Apakah Allah menyesal?

Mari kita bahas frase "menyesallah TUHAN" dalam Kejadian 6:6

Kej 6:5 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,
Kej 6:6 maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya.
Kej 6:7 Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka."
Kej 6:8 Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN.

Penilaian negatif terhadap kata "menyesal" kepada Allah, berangkat dari asumsi bahwa kata "menyesal" memiliki arti yang negatif. Misalnya seseorang (terdakwa) yang menyesali perbuatan yang telah dilakukannya. Ini bisa berarti orang tersebut telah melakukan kesalahan sebelumnya. Dalam ayat ini, menyesalnya Allah dianggap Alalh telah melakukan kesalahan sebelumnya dengan menciptakan manusia.

Hasil gambar untuk God regret

Namun kata "menyesal" itu sendiri tidak harus berkonotasi negatif. Misalnya pernyataan beberapa kepala negara yang menyesalkan tindakan yang dilakukan ISIS membunuh para sandera. Apakah dengan mengungkapkan kata "menyesal" para kepala negara ini telah melakukan kesalahan dalam peristiwa pembunuhan tersebut?

Kata "menyesal" bahasa Ibraninya "nâcham", arti secara leksikal menurut Strong terdiri atas: to be sorry, console oneself, repent, regret, comfort, be comforted dan penggunaannya dalam Alkitab (outline of bible usage) sebagai berikut:
  1. (Niphal)
    1. to be sorry, be moved to pity, have compassion
    2. to be sorry, rue, suffer grief, repent
    3. to comfort oneself, be comforted
    4. to comfort oneself, ease oneself
  2. (Piel) to comfort, console
  3. (Pual) to be comforted, be consoled
  4. (Hithpael)
    1. to be sorry, have compassion
    2. to rue, repent of
    3. to comfort oneself, be comforted
    4. to ease onesel
Source: http://www.blueletterbible.org/lang/lexicon/lexicon.cfm?Strongs=H5162&t=KJV
Arti dari kata "nacham" tidak harus berarti negatif tetapi dari konteksnya kita bisa menemukan makna sebenarnya.

Penyesalan Allah dalam ayat 6 memang dikaitkan dengan penciptaan manusia, apakah Allah telah melakukan kesalahan dengan menciptakan manusia? Jelas tidak, karena semua ciptaan Allah itu baik adanya. Kej 1:31 "Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.."  Dari konteks Kej 6:6, diuraikan tentang kejahatan yang telah merajalela dan ini memilukan hati Allah. Banyaknya kejahatan terjadi karena umumnya manusia saat itu "memilih" untuk melakukan kejahatan. Kebebasan untuk memilih diberikan Allah kepada manusia, sebagaimana yang terjadi pada Adam & Hawa saat diberi pilihan untuk memakan atau tidak buah pengetahuan yang baik & jahat. Ini berarti arti yang tepat dari kata "Nacham" dari rentang arti semantik yang ada yaitu "be moved to pity, have compassion" atau "menjadi bersedih atau merasa kasihan"

Sekarang kita bandingkan dengan ayat berikut:
1 Sam 15:29 Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan Ia tidak tahu menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus menyesal."
Bil 23:19 Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal..."
Pada ayat ini dengan tegas disebutkan bahwa Allah tidak tahu menyesal, pengertian kata menyesal pada ayat-ayat yaitu repent (menyesal karena bersalah) mengacu pada kesalahan yang terjadi pada masa sebelumnya yang biasa dilakukan oleh manusia namun hal ini tidak berlaku bagi Allah. Contoh konkret kaitan kata "menyesal"  (repent) dengan kesalahan seperti pada ayat berikut ini.
Yer 8:6 Aku telah memperhatikan dan mendengarkan: mereka tidak berkata dengan jujur! Tidak ada yang menyesal karena kejahatannya ...
Luk 17:3 Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia.

Penggunaan kata "menyesal" untuk Allah dalam Kej 6:6 merupakan sebuah bentuk antropomorfisme, atau pengungkapan sikap & tindakan Allah dalam bahasa yang dimengerti manusia. Di sini Allah bukan menyesal karena Dia salah menciptakan manusia, tetapi Dia menyesal atas keprihatinan mendalam atau sebuah ungkapan kesedihan karena ternyata manusia banyak memilih untuk melakukan hal yang jahat. Allah tidak menganggap penciptaan manusia sebuah kesalahan, karena dengan pilihan bebas yang diberikan kepada manusia, Dia tahu konsekuensi yang bisa terjadi.

Prinsip yang sama bisa kita terapkan untuk penggunaan kata "menyesal" untuk Allah pada ayat-ayat lain, misalnya:
1 Sam 15:11 "Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku." ...
Allah memang telah menjadikan Saul raja, tetapi apakah Saul akan menjadi raja yang baik atau tidak adalah pilihan Saul sendiri. Dan Allah "menyesal" (bersedih/kasihan) karena Saul memilih untuk berbalik dari Dia.

So.. tidak ada hal yang negatif dengan frase "menyesallah TUHAN"...
Share:

Apakah Yesus Mengajarkan Rasisme

Saat menulis artikel Apakah Yesus hanya datang untuk bangsa Israel?, ada satu hal yang "mengganjal" yaitu penyebutan kata "anjing" yang merujuk pada bangsa non Israel (Gentiles). Mat 15:26  Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Apakah Yesus bertindak rasis dengan penyebutan tersebut?

Share:

Apakah Yesus Datang Hanya untuk Bangsa Israel ?

Polemikus muslim sering menyatakan bahwa Yesus datang hanya untuk bangsa Israel bukan untuk bangsa lain. Ayat berikut yang jadi dasar anggapan mereka tersebut.
Mat 15:24  Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."  
Bagaimana kita menyikapi hal ini?
Share:

Siapa yang dikorbankan: Ishak atau Ismael?

Setiap Idul Adha kaum muslim merayakan peringatan kisah nabi Ibrahim (Abraham) yang akan mempersembahkan Ismael sebagai korban kepada Allah, peristiwa ini terjadi di Mekkah tanah Arab. Namun berbeda dengan pengajaran Kristen yang menyatakan bahwa Ishak-lah anak yang akan dikorbankan. Bahkan dalam kronologis perjalanan Abraham dari Ur Kasdim-Haran sampai meninggalnya di Hebron, tidak ada petunjuk bahwa Abraham pernah ke Mekkah untuk membangun Kabbah.

Perbedaan ini menghasilkan dua perspektif yang sangat bertolak belakang. Jika ada dua pernyataan yang berbeda tanpa bisa diharmoniskan maka konsekuensinya salah satunya benar & lainnya salah. Memang ada yang mencoba mendamaikan dengan menyatakan: “..toh keduanya Ishak & Ismael tidak pernah jadi dikorbankan digantikan dengan domba”. Namun pernyataan ini mengabaikan fakta bahwa terjadi perbedaan “perintah” dari Tuhan, satunya menyuruh mempersembahkan Ishak dan lainnya Ismael. Satu kisah menyatakan Abraham & Ismael pernah ke Mekkah dan lainnya tidak. Jelas tidaklah mungkin kedua-duanya benar.

Konsekuensi logisnya jika Ismael benar yang akan dikorbankan & pernah ke Mekkah Arab, maka kebenaran Kristen & sistem teologisnya menjadi runtuh, karena Alkitab dengan tegas mengajarkan Eksklusivitas Israel sebagai bangsa pilihan & Yesus satu-satunya Mesias melalui keturunan Ishak. Namun jika Ishak benar yang dikorbankan & Abraham/Ismael tidak pernah ke Mekkah Arab, maka dasar historis Islam termasuk ritual ibadah Haji akan runtuh & membuat kebenaran Islam menjadi diragukan.

Bagi mereka yang sungguh-sungguh mencari kebenaran akan menyadari konsekuensi ini. Apakah posisinya saat ini sudah benar atau salah? Kemungkinan besar banyak pihak tidak  mau mengalah & menerima kebenaran pihak lain, karena sudah berbicara "fanatisme iman". Namun bagi mereka pencari kebenaran sejati akan secara jernih menimbang setiap argumentasi yang ada kemudian menjatuhkan pilihannya.

Secara ringkas, pandangan Islam bertitik tolak  pada ayat-ayat Quran yang mengindikasi Ismael yang dikorbankan, walaupun sebenarnya Quran tidak menyebut secara eksplisit Ismael yang akan dikorbankan tetapi hanya berdasarkan tafsir dari pihak Muslim. Justru argumentasi yang dibangun lebih  dominan mengacu pada Alkitab itu sendiri, dengan cara merekonstruksi kembali kisah itu sesuai perspektif Islam. Namun sangat disayangkan argumen ini terlalu terfokus pada detail tertentu dengan mengabaikan banyak detail lainnya serta konteks perikop, konteks kitab & konteks benang merah Perjanjian Lama-Perjanjian Baru.

Islam memandang  Alkitab telah dipalsukan atau diedit dengan menggantikan kata "Ismael" menjadi "Ishak" yang akan dikorbankan, dengan alasan adanya motif fanatisme bani Israel pada nenek moyangnya yaitu Ishak. Argumentasi utamanya mengacu pada istilah "anak tunggal" dengan menyatakan bahwa tidak mungkin Ishak bisa disebut anak tunggal karena dia memiliki seorang kakak, Ismael lebih cocok disebut anak tunggal pada waktu Ishak belum lahir. Maka direvisilah kronologis kisah tersebut dalam Alkitab dengan menempatkan perikop perintah pengorbanan anak tunggal berada sebelum perikop kelahiran Ishak. Untuk mendukung argumentasi ini diangkat kisah pengusiran Hagar & Ismael yang dianggap aneh serta kekeliruan susunan kronologis kisah Abraham pasca peristiwa pengorbanan anak tunggal.

Sekilas argumentasi yang dibangun terlihat masuk akal sehingga bagi pembaca yang tidak kritis akan menerimanya begitu saja, bahkan umat Kristen yang tidak teliti bisa terpengaruh. Namun jika diteliti secara seksama dengan metodologi yang tepat menggunakan eksegese, kajian konteks, referensi sejarah dan sebagainya, justru memberikan kesimpulan yang sebaliknya. Penyebutan “anak tunggal” tidak harus dipahami secara literal dalam pengertian jasmani. Dari konteksnya membuktikan bahwa anak tunggal yang dimaksud adalah satu-satunya Anak Perjanjian yang akan menurunkan Mesias dan satu-satu Ahli Waris sesuai hukum pada masa itu. Untuk lebih jelasnya silahkan pelajari artikel tentang anak tunggal ini. Sedangkan tuduhan masalah keanehan kisah pengusiran Hagar & Ismael ternyata bukanlah sebuah masalah. Seandainya memang benar ada kekeliruan dalam kisah itu, tetap tidak memberikan bukti apa-apa bahwa Ismael yang akan dikorbankan. Karena tidak ada referensi kisah tandingan yang valid mengenai pengorbanan Ismael. Hanya ada satu satunya sumber referensi mendukung Ismael yaitu Injil Barnabas yang terbukti hasil rekayasa abad 12-13 M. Justru sebaliknya referensi sejarah sangat melimpah menyatakan bahwa Ishak adalah anak tunggal yang akan dikorbankan itu.

Bagi kita umat Kristen, pemahaman akan hal ini penting karena Yesus Kristus yang kita imani adalah Mesias dari jalur keturunan Ishak. Kisah pengorbanan anak tunggal melambangkan kisah Kristus. Marilah kita berdoa agar saudara-saudara kita dibukakan pikiran dan hati mereka untuk menyadari kebenaran ini dan kemudian menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Amin

Jimmy Jeffry
Share: