Tulisan dengan judul Siapakah Penulis Taurat (link) telah mendapat tanggapan pihak muslim bernama Fach Rudin (disingkat FR). Jika dicermati tanggapannya lebih banyak mempersoalkan masalah tekstual seperti masalah "kontradiksi" dibanding kajian historis secara komprehensif. FR hanya mengulangi point point dari kajian liberal scholarship seperti teori JEDP. Tulisan ini merupakan tanggapan balik atas tanggapan tersebut melalui kajian mendalam & komprehensif. Sistematika penulisan mengikuti sistematikan tanggapan FR dengan membahas kitab demi kitab dari Taurat. Sangat disarankan pembaca telah membaca tulisan sebelumnya (link).
Klaim FR
Penemuan inskripsi kuno Tell el-Amarna, Serabit el-Khadim di Sinai, dan Situs Ras Syamra tidaklah membuktikan sama sekali bahwa Musa melek huruf (bisa baca tulis).. Sebab ketiga situs itu, cuma menjelaskan tentang adanya hubungan diplomatik pihak Mesir dengan Kanaan. Bangsa Mesir sudah mengenal tulisan tetapi hal itu tidak bahwa semua penduduk Mesir kala itu, sudah melek huruf. Sebab banyak orang yang hidup dinegara berkembang seperti saat ini saja, ternyata dengan mudah kita bisa menemukan orang yang tidak bisa baca tulis
Tanggapan JJ
Rujukan terhadap tiga inskripsi arkeologi (Tell el-Armana, Serabit el-Khadim & Ras Syamra) yang ditulis di sekitar zaman Musa, bertujuan untuk menjawab preposisi utama teori JEDP. Preposisi teori ini bahwa budaya penulisan belum ada pada masa Musa, nanti setelah masa Daud atau masa pembuangan ke Babel. Pemahaman ini pertama kali dikembangkan pada abad 18 oleh Jean Astruc, kemudian dilanjutkan Eichorn dan dimatangkan oleh Graf & Wellhausen menjadi teori JEDP. Pada masa mereka itu belum ada penemuan inskripsi arkeologi tersebut, tidak heran mereka menolak Musa sebagai penulis Taurat karena beranggapan belum ada budaya penulisan pada masa Musa.
FR mencoba menurunkan makna penemuan arkeologi itu dengan mengatakan bahwa inskripsi itu hanya teks-teks hubungan diplomatik Mesir & Kanaan. Namun point saya tetap stand, bahwa budaya tulisan jelas telah ada pada masa Musa. Arsip Palestina di Tell el-Amarna itu berupa ratusan lempeng tanah liat tertanggal mulai 1420 s/d 1380 SM sezaman dengan Musa & Yosua. Ini membuktikan penduduk Kanaan dan tentunya Mesir yang jauh lebih maju peradabannya telah melek huruf terutama di kalangan pejabatnya.
Namun beberapa kalangan bawah tertentu juga telah melek huruf, sebagaimana ditunjukan dalam inskripsi Serabit el-Khadim yang ditemukan di daerah Sinai. W.W. Albright dalam bukunya The Protot-Sinaitic Inscriptions and Their Decipherment, Cambridge: Harvard University, 1966 telah menguraikan inskripsi tersebut. Isinya berupa catatan tentang kuota tambang & penyembahan kepada dewi bangsa Fenisia. Catatan ini menunjukan bahwa masalah melek huruf bukanlah hal yang asing pada masa itu, bahkan di kalangan bawah tertentu seperti para buruh & mandor tambang. Demikian pula inskripsi Ras Syamra sekitar tahun 1400 SM yang berisi kisah-kisah asmara & peperangan yang diantaranya ditulis dalam bentuk puisi, paralel dengan Taurat yang juga terdapat teks-teks puisi.
Sebenarnya masih ada beberapa inskripsi arkeologi lagi, namun tiga inskripsi arkeologi ini sudah cukup membantah secara telak preposisi teori JEDP tersebut. FR ikut-ikutan mengambil posisi seperti mereka, walaupun sebenarnya point mereka ini sudah out of date. Sepertinya FR hanya mengambil potongan informasi bahwa inskripsi-inskripsi itu hanya tulisan sebatas korespondensi diplomatik. Walaupun demikian potongan informasi itu justru tetap membuktikan budaya tulisan telah ada saat itu. Apalagi isinya cukup luas mencakup catatan pekerjaan tambang, kisah-kisah asmara, peperangan, pemujaan kepada dewa dan sebagainya.
Bagaimana dengan Musa? sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa Musa hidup di istana Firaun sebagai bagian dari keluarga kerajaan. Sebagai anak-anak kerajaan, mereka perlu dipersiapkan agar kelak bisa mengelola kerajaan, maka wajarlah mereka diajarkan pengetahuan termasuk kemampuan baca tulis. Maka sudah tepat dikatakan dalam kitab Kisah Para Rasul. Kis_7:22 Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.
Kajian dari para arkeolog & historian, telah menunjukan data bahwa anak-anak dari keluarga kerajaan mendapatkan pendidikan terbaik pada masanya, bahkan didampingi seorang tutor. “...Anciently, children of haréÆm-women could be educated by the Overseer of the haréÆm (‘a teacher of the children of the king’, F. Ll. Griffith and P. E. Newberry, El Bersheh, 2, 1894, p. 40). In due course princes were given a tutor, usually a high official at court or a retired military officer close to the king (H. Brunner, Altägyptische Erziehung, 1957, pp. 32-33); Moses doubtless fared similarly...’ The New Bible Dictionary, (Wheaton, Illinois: Tyndale House Publishers, Inc.) 1962.
Tidak hanya dalam ilmu pengetahuan Mesir, Musa dengan dasar pendidikan yg dimilikinya, dengan mudah bisa mempelajari bahasa & jenis tulisan lainnya seperti tulisan proto-canaanite dan sebagainya. “.. Moreover, as a Semite in Egypt, Moses would have had no difficulty whatever in learning and using the twenty or so letters of the proto-Canaanite linear alphabet, especially if he had been submitted to the much more exacting discipline of a training in the scores of characters and sign-groups of the Egyptian scripts (though even these require only application, not genius, to learn them)..” Idem. Semua data ini menunjukan bahwa alasan menolak Musa sebagai penulis Taurat karena belum adanya budaya tulisan, telah dimentahkan dengan bukti-bukti arkeologi yang sangat jelas. Demikian pula Musa sebagai bagian dari anak-anak kerajaan telah mendapat pendidikan terbaik pada masanya, sehingga bisa pastikan Musa melek huruf & memiliki kemampuan menulis. Menolak hal ini, menunjukan sikap yang tidak paham atau tidak mau memahami data sejarah :-)
Klaim FR
1. KITAB KEJADIAN. Kitab ini ditulis pada masa pembuangan, terlebih mengenai penciptaan yang pengarangnya tidak memikirkan kenyataan secara ilmiah dan terlihat sekali adanya perbedaan latar belakang penulisan baik dalam masa penulisannya dan juga pengarangnya. Para ahli menaruh perhatian pada pembentukan pentateukh, yang diawali dari kitab Kejadian, saat diketahui adanya perbedaan penyebutan Allah. Yaitu, YHWH yang menunjuk nama diri Tuhan Israel (dalam Alkitab Terjemahan Baru diterjemahkan dengan Tuhan Allah), dan Elohim yang diterjemahkan menjadi Allah
Tanggapan JJ
FR kemudian membahas satu-satu persatu kitab-kitab dalam Taurat. Sebelumnya dalam sebuah notes, FR mempermasalahkan kisah penciptaan dalam Taurat dalam kitab Kejadian pasal 1 & 2. Pada pasal 1 menurutnya ditulis penulis yang disebut versi Elohist sedangkan pasal 2 oleh Yahwist. Konsep ini pertama kali dikemukakan oleh Jean Astruc tahun 1753 yang kemudian berkembang ke pasal-pasal selanjutnya & mencapai puncaknya dalam bentuk teori JEDP menurut Graf & Welhaussen.
Namun jika kita cermati, penggunaan nama Elohim pada pasal 1 merupakan nama ilahi yang cocok dengan kisah penciptaan sebagai penguasa atas alam semesta. Sedangkan dalam pasal 2 Dia muncul untuk menjalin perjanjian secara pribadi dengan Adam & Hawa; karena itu kepada mereka, Elohim menyatakan sebagai YHWH atau Allah perjanjian. Upaya untuk memisahkan kisah penciptaan dengan perbedaan penyebutan Elohim (pasal 1) dan YHWH (pasal 2), menjadi rancu karena pada pasal 2 dan 3 justru menggunakan kombinasi nama Elohim & YHWH. Teori JEDP itu beranggapan bahwa penulis Yahwist hanya tahu nama tersebut dan anggapan ini gugur karena pada bagian yang dianggap Yahwist juga digunakan Elohim.
Pada tulisan saya sebelumnya, saya telah menyebutkan bahwa penggunaan dua nama atau lebih merupakan hal yang biasa, khususnya penyebutan nama-nama dewa. Mesir mengenal Osiris yang juga disebut Wennefer, Khent-amentiu dan Neb-abdu. Babel mengenal dewa Bel dengan nama lain Enlil & Nunammir. Kanaan dengan nama dewa Baal nama lainnya Aliyan dan Yunani terkenal dengan dewa Zeus yang juga disebut Kronion & Olympius. Demikian pula dalam Taurat & kitab-kitab lain dalam Tanakh, dikenal nama-nama ilahi seperti YHWH, Elohim, Eloah, El, El Shaddai, Hashem dan Adonai. Sudah tentu penggunaan nama-nama ini memiliki pengertian masing-masing secara leksikal & terminologis. Semua nama-nama ilahi ini merujuk pada Pribadi yang sama yang telah berfirman sebagaimana tercatat dalam Alkitab.
Kembali ke masalah Kejadian pasal 1 & 2, jika kita mencermati kedua bagian ini maka tidak ada kontradiksi diantara keduanya atau tidak ada dua versi penciptaan. Pasal 1 menyajikan kisah penciptaan secara umum dan pasal 2 melengkapi detail tertentu dalam kisah penciptaan tersebut. Ringkasan kisah penciptaan dalam pasal 1 tersebut justru berakhir pada empat ayat pertama dalam pasal 2 yang ditutup pada ada ayat ke-4 "..Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit". Pada ayat selanjutnya menjelaskan detail tertentu pada bagian kisah penciptaan khususnya kisah Adam & Hawa. Kegagalan memahami sifat komplementer dari kedua bagian itu, antara skema garis besar di satu sisi dan konsentrasi rinci perihal manusia & lingkungan di sisi lainnya, oleh Kenneth Kitchen dalam bukunya Ancient Orient and Old Testament, London: Inter-Varsity Press, 1966, disebut sebagai "penggelapan informasi".
Klaim FR
Pertentangan di dalam cerita muncul bersamaan, dengan adanya perbedaan gaya dan kosa kata di dalamnya (semisal : 6:19 dan 7:2), yang terkadang terdapat tiga versi dari cerita yang sama (misal : pasal 12, 20 dan 26). Hal itu ternyata membingungkan para ahli, yang pada akhirnya, terselesaikan dengan cara membagi cerita-cerita tesebut kedalam dua atau lebih tradisi / sumber, yang aslinya berdiri sendiri. Adapun contoh permasalahan kontradiksi yang terdapat kitab Kejadian : jumlah binatang yang dibawa masuk kedalam bahtera (7:2 VS 6:19-20 dan 7:15-16), penyebab banjir (7:4,12 VS 7:11 dan 8:1), lamanya banjir berlangsung (7:24,8:3, 8:13 VS 7:4,10). Contoh tentang adanya sisipan : 2-5,24 dan 34-35
Tanggapan JJ
FR mencoba mempertentangkan beberapa teks dalam kitab Kejadian misalnya Kej 6:19 & 7:2. Pada ayat pertama menyebutkan semua binatang satu pasang sedangkan pada ayat kedua menyebut binatang tidak haram 7 pasang dan binatan haram 1 pasang. Sama seperti kisah penciptaan dalam Kej 1 & 2, ayat pertama ini menyebutkan secara umum semua binatang yang harus berpasangan jantan & betina, kemudian pada ayat kedua menjelaskan lebih detail bahwa semua binatang itu dibagi dua kategori; binatang tidak haram dengan jumlah 7 pasang dan binatang haram 1 pasang. Pada intinya, binatang haram pun ikut masuk dalam bahtera Nuh selain binatang tidak haram.
Mengenai Kejadian pasal 12, 20 dan 26 juga tidak ada hal yang perlu dipermasalahkan. Semua kisah ini adalah kisah yang berbeda secara kronologi waktu dari perjalanan hidup para patriakh. Masalah penyebab banjir dalam Kej 7:4,12; 7:11 dan 8:1 hanya perbedaan peredaksian semata, inti penyebab banjir menjadi lebih lengkap yaitu karena hujan deras yang terus menerus diawali & disertai angin yang berhembus. Demikian pula dengan lamanya banjir juga tidak ada perbedaan signifikan juga hanya peredaksian terhadap narasi kalimatnya. Adapun yang dianggap sisipan itu hanya masalah point of view dari penulis sebagai keterangan untuk memperjelas teks-teks yang ada.
Dari perbedaan ini, terlalu naif menyatakan adanya penulis yang berbeda-beda. Bayangkan jika memang benar demikian, teks-teks yang dianggap ditulis oleh penulis yang berbeda sebagaimana contoh-contoh yang diberikan, justru terdapat dalam pasal yang sama. Maka bisa dikatakan hampir mustahil untuk menjalin perbedaan ini dalam satu naskah yang utuh, karena diperlukan redaktur yang ulung untuk menggabungkannya. Pada kenyataannya tidak ada bukti eksternal dari manuscript atau catatan sejarah menurut written & oral tradition bangsa Yahudi yang mengindikasikan terdapat dokumen yang terpisah-pisah seperti dokument E, dokumen Y dan sebagainya. Dari kajian yang cermat, justru terdapat kesatuan tematik & linguistik dari Taurat, sebagaimana hasil kajian Kikawada & Quin dalam bukunya Before Abraham Was, 1985 dan tulisan Rendsburg, The Redaction of Genesis, Eisenbrauns: 1986.
Klaim FR
2. KITAB KELUARAN. Menyangkut peristiwa kunci pengalaman iman Israel ini, peninggalan Mesir sama sekali tidak mempunyai catatan layaknya patung Spinx yang diam membisu, seperti tentang kisah 10 tulah yang dikeluarkan oleh Musa saat menghadapi Firaun. Meskipun pada narasi Keluaran, terdapat kisah yang kontradiksi atas kisah tulah tersebut (7:1-11:10). Berdasarkan teks yang terdapat pada kitab Keluaran, tampak ada beberapa rute yang berbeda disaat Musa membawa orang-orang Israel keluar dari tanah Mesir, seperti pada Kel. 13:1-22. Selain itu, terdapat kisah yang tidak bisa dimengerti tentang mezbah kurban bakaran. Karena bagaimana mungkin mezbah itu bisa berfungsi, karena kayu akan terbakar oleh panas yang berasal dari kurban yang dipersembahkan (27:9-19)
Tanggapan JJ
Saya agak heran dengan gaya argumentasi FR menelan mentah-mentah kajian liberal scholar yang umumnya pendapatnya sudah out of date. Demi menyerang Alkitab, yang bersangkutan mengambil posisi liberal yang sebenarnya juga menyerang Quran & tradisi Islam itu sendiri. Karena Quran sendiri menyebutkan eksistensi bangsa Israel di Mesir dan peristiwa exodus bangsa Israel berjalan membelah laut. Malah beberapa penemuan arkeologi di Mesir seperti Mummi Firaun sangat diminati pihak Islam dan menganggapnya sebagai bukti untuk membenarkan Islam. Silahkan lihat kajian tentang hal ini http://apologiakristen.blogspot.co.id/2010/03/mummi-firaun-quran-vs-bible-1.html. Ada banyak bukti arkeologi eksistensi bangsa Yahudi di Mesir dan peristiwa Exodus, sebagaimana kajian para historian & arkeolog seperti James Hoffmeier, Kenneth Kitchen, Leon Wood, Bimson, Gleason Archer dan lain-lain. Perlu tulisan tersendiri untuk menguraikannya termasuk berinteraksi dengan tulisan para liberal scholar.
Masalah rute exodus memang diperdebatkan para ahli dengan proposalnya masing-masing. Saya kira hal yang substansi bukan pada masalah rutenya, melainkan eksistensi peristiwa exodus itu sendiri. James Hoffmeier dalam tulisannya Ancient Israel in Sinai: The Evidence for the Authenticity of the Wilderness Tradition, Oxford University Press, 2005, telah menyajikan bukti-bukti kuat tentang kesesuaian teks-teks dalam Taurat dengan data arkeologi berkaitan dengan kondisi padang gurun dan detail geografi pada zaman Musa. Tidak ada perbedaan versi rute exodus dalam kitab Keluaran, rincian tersebut berkaitan perbedaan tempat dan waktu dalam kronologi perjalanan mereka.
Sekali lagi, FR kembali mengangkat masalah "kontradiksi" seperti peristiwa tulah-tulah di Mesir. Padahal secara substansi tidak ada hal yang perlu dipermasalahkan. Fach Rudin tidak mengerti bagaimana mungkin mezbah yang terbuat dari kayu sebagai tempat korban bakaran. Yah.. karena dia tidak paham bagaimana model sebenarnya mezbah bakaran tersebut yang juga menggunakan jala-jala tembaga dan periuk-periuk. So... jika seseorang sudah apriori terlebih dahulu, maka dicari celah-celah kelemahannya dan ternyata tidak terbukti, hanya membuktikan ketidakpahaman sang pengkritik tersebut. :-)
Klaim FR
3. KITAB IMAMAT. Terdapat bermacam pendapat mengenai waktu penulisan, teks, dan kepengarangan Kitab Imamat. Ada yang berpendapat bahwa Musa adalah pengarangnya. Yang lain berpendapat bahwa kitab ini berasal dari masa sehabis pembuangan (akhir abad V SM), bahkan ada yang menempatkan pada abad VIII SM. Kitab Imamat lebih merupakan sebuah daftar dari peraturan ritual daripada suatu uraian rinci mengenai pelaksanaan aktual. Pertemuan kudus dalam cerita-cerita lama bangsa-bangsa lain, hal itu dilaksanakan bagi dewa-dewa. Kisah mengenai akulturasi tersebut (percampuran dua kebudayaan atau lebih yg saling bertemu dan saling mempengaruhi), bisa kita telaah tentang semisal tentang pesta ziarah paskah-roti tak beragi (23:4-14), pesta Minggu atau Pentakosta (23:15-22), pesta Pondok Daun (23;33-44)
Tanggapan JJ
Kembali FR mengulangi pendapat liberal scholar, tanpa menguji pendapat tersebut secara cermat. Berbagai ritual & aturan upacara keagamaan yang diatur dalam kitab Imamat, jelas telah ada jauh sebelum masa Daud dan masa pembuangan. Termasuk berbagai perayaan seperti hari raya Roti Tidak Beragi, hari raya Pondok Daun dan lain-lain. Tuduhan bahwa hal itu mengadopsi paganisme jelas tidak beralasan, karena terdapat perbedaan signifikan ritual tersebut dengan paganisme.
Mari kita bandingkan sebuah ritual dalam upacara keagamaan yang nanti ada pada zaman Daud, yaitu kumpulan penyanyi di Bait Allah yang oleh Daud dibagi atas dua puluh empat kelompok latihan (1 Taw 25) yang juga sering disebut dalam kitab Mazmur. Jika kitab Imamat ditulis setelah zaman Daud, maka kita akan jumpai dalam kitab Imamat deskripsi tentang kelompok penyanyi tersebut. Namun tidak ada keterangan tentang hal itu dalam kitab Imamat. Hal ini menjadi bukti kuat bahwa kitab Imamat atau Taurat telah ditulis sebelum zaman Daud. Demikian pula kelompok (ordo) ahli-ahli Taurat (Soferim) pada zaman Ezra atau pada era pembuangan, hal ini pun juga tidak dijumpai dalam kitab Imamat. Termasuk kelompok penting para pelayan di Bait Suci yang disebut Netimin sebagaimana dicatat pada era pembuangan di Babel, juga tidak terdapat dalam kitab Imamat atau Taurat.
Klaim FR
4. KITAB BILANGAN. Disebut Bilangan, karena berisikan dua cacah jiwa suku-suku Israel (1:20-46 dan 26:5-51) dan kaum Lewi (3:14-51 dan 26:57-62). Didalamnya juga terdapat daftar bermacam-macam hal, beberapa diantaranya dalam angka-angka : daftar pemimpin yang membantu cacah jiwa (1:5-15), daftar persembahan yang dibawa untuk penahbisan mezbah (7:10-83), daftar para pengintai uang diutus untuk menyelidiki Kanaan (13:4-15), daftar kurban yang dipersembahkan pada hari raya besar dan hari raya (28:1-29:38), dan daftar jarahan yang diambil dari orang-orang Midian (31:32-52). Meskipun nama Bilangan sesuai dengan beberapa bagian isinya, namun tidak secara tepat mengisyaratkan kisah-kisah yang terkandung didalamnya. Sebab didalamnya terdapat dongeng, seperti tentang Bileam yang dibalut dengan adanya inkonsistensi perintah Allah pada Bileam (22:1-22-35), ketidak jelasan kisah Keni (24:21-25), ketidak jelasan dosa, dan lain-lain. Sejarah awal diakhiri pada abad VI SM oleh imam-imam yang sedang sibuk membangun kembali ibadat di Bait Allah. Maka karya mereka disebut Imamat (P, untuk menyingkatnya). Para imam menyalurkan tradisi masa lalu Israel, mereka bukanlah pengarang yang menyusun cerita-cerita apalagi dianggap Musa sebagai penulisnya. Mereka penulis kitab Imamat ini adalah penulis yang mengingat masa lalu dan menyampaikan hal-hal pokok dari tradisi, sebagai dasar untuk membangun kembali jati diri umat Allah tanpa pernah bisa kita ketahui. Suatu hal yang sangat sulit dan bahkan mustahil bagi penulis kitab Imamat ini adalah orang tunggal, untuk mampu mengingat jumlah atas daftar diatas. Dalam 1:4-19, terdapat ketidakjelasan narasi, apakah nama para pemimpin suku berasal dari zaman dulu atau mereka adalah nama para pemimpin pada zaman sesudah pembuangan. Karena sebagian nama-nama, muncul kembali dalam 1Taw. 6:12, 7:26,12:3 dan 10,15:24,24:6 serta 2Taw. 11:18,17:8,35:9
Tanggapan JJ
Perlu diketahui proses penulisan Taurat berlangsung cukup lama, bisa mencapai sekitar 40 tahun saat Musa bersama bangsa Israel di padang gurun. Dalam Babylon Talmud, disebutkan tentang proses pencatatan Taurat, beberapa kisah dicatat terpisah (small scroll) dalam kurun waktu tersebut, kemudian disatukan dalam satu tulisan oleh Musa dibantu Yosua. Dalam proses pencatatan ini Musa dibantu oleh abdinya Yosua yang juga bisa menulis. Yosua melengkapi bagian penutup Taurat dengan menambahkan kisah kematian Musa. Maka dalam kurun waktu yang cukup panjang tersebut, detail angka bisa diingat & dicatat, bahkan bisa langsung diverifikasi saat itu oleh Musa.
Masalah lain seperti tentang Bileam, ketidakjelasan dosa dan lain-lain, saya kira perlu pembahasan tersendiri. Mengenai penyebutan Keni dan keterangan geografis lainnya, beberapa nama tempat atau bangsa dalam Alkitab semula tidak diketahui pembandingnya namun seiring perkembangan arkeologi akhirnya terkonfirmasi keberadaannya. Sebagai contoh tentang bangsa Het, dahulu para liberal scholar mempertanyakannya karena tdak ada catatan dalam dokumen kuno lainnya. Tetapi akhirnya ditemukan inskripsi yang menyebutkan tentang bangsa Het tersebut. Mengenai adanya kesamaan nama-nama orang dalam Taurat dan kitab sesudahnya, juga bukanlah masalah, karena penyebutan nama-nama yang sama untuk pribadi yang berbeda adalah hal yang lumrah.
Klaim FR
5. KITAB ULANGAN. Kitab Ulangan merupakan salah satu kitab yang paling penting dan berpengaruh diantara kitab-kitab Ibrani lainnya. Kitab ini menyajikan pandangan teologis yang mempengaruhi Nabi-nabi terdahulu (Yosua,Hakim-hakim,Samuel dan Raja-raja), yang dikenal dengan Deuteronomis Israel (kata ini dipakai untuk mencakup tulisan PL yang ada hubungannya dengan Kitab Ulangan). Kelompok Deuteronomis bukanlah sejarawan, mereka menyimpan, meneruskan, dan menafsirkan kembali tradisi kuno, serta menyajikan kepada umat Israel pedoman bagi masa depan mereka pada waktu masa depan sangat diragukan. Siapakah kaum deuteronomis? Dari kalangan manakah mereka berasal? Banyak jawaban atas pertanyaan tersebut, seperti : - Para Nabi. Dianggap bertanggung jawab atas kitab ini, karena pada suatu saat segala sesuatu dari Alkitab Ibrani yang bercirikan etik dan teologis dianggap berasal dari lingkungan para Nabi. Meskipun, Kitab Ulangan ini tidaklah memperlakukan para Nabi dengan baik (18:9-22). - Khotbah para Lewi. Sebenarnya tidak ada contoh khotbaj Lewi, maka tidak mungkin mengatakan bahwa Kitab Ulangan adalah hasil dari kegiatan semacam itu. Walaupun kitab ini secara konsisten, menggambarkan kaum Lewi sebagai objek dari belas kasihan, suatu potret diri yang tidak baikm - Para Bijak Israel. Tetapi mereka tidak pernah muncul, dalam kitab yang mengandaikan bahwa merekalah yang menyusun dan menerbitkan kitab ini bagi Israel sebagai pola hidup mereka. - Para Penatua Di Israel. Mereka adalah pemimpin masyarakat yang menjadi pengelola tradisional atas peraturan-peraturan yang terdapat dalam Ulangan. Seperti halnya kitab lain, kitab Ulangan mengalami berbagai masalah pada narasinya, misalnya : adanya sisipan pada 10:6-9, adanya pertentangan ayat 24:16 dengan 5:9
Tanggapan JJ
Tidak ada point argumentasi signifikan dari uraian di atas, hanya berupa statement dan kesimpulan yang tidak didukung argumentasi dan bukti yang kuat. Masalah “sisipan” dan "kontradiksi" ayat ini perlu dibahas tersendiri. Karena titik berat kajian ini seputar kajian sejarah dikolaborasi dengan data internal dalam Alkitab serta data extrabiblikal seperti referensi dari inskripsi kuno. FR hanya sekedar menyalin pendapat para liberal scholar tersebut. Kitab Ulangan sifatnya berupa ringkasan atau pengulangan point-point yang terdapat dalam kitab-kitab sebelumnnya dan menunjukan sebuah kesatuan yang utuh dengan kitab-kitab sebelumnya.
Klaim FR
Jika Musa adalah penulis pentateukh, yang dalam penulisannya mendapatkan bimbingan dari Tuhan, maka yang perlu kita perhatikan dan menjadi acuan dasarnya adalah kita tidak akan menemukan adanya kontradiksi dan sisipan atas apa yang ditulis oleh Musa. Sebab mustahil bagi seorang Nabi seperti Musa, menuliskan berbagai keterangan di dalamnya (yang didapat atas bimbingan Tuhan), tetapi pada narasi yang ada, kenyataannya terdapat kontradiksi dan sisipan. Dan jika didalam Pentateukh terdapat berbagai kontradiksi dan sisipan yang diakui oleh para penafsir Alkitab, apakah layak jika Pentateukh tersebut ditulis oleh Musa, yang sejatinya dalam tindak tanduknya selalu mendapatkan bimbingan dari Tuhan-nya ?
Tanggapan JJ
Munculnya anggapan adanya "kontradiksi" dan "sisipan" lebih banyak didasarkan karena ketidakmengertian konteks dari teks-teks tersebut, serta tidak memahami gaya sastra dalam penulisan Alkitab. Dalam Quran pun banyak ditemukan teks-teks yang juga diduga kontradiksi & ayat-ayat yang tidak masuk akal, tentu para apologet Islam akan mencoba menjawabnya. Apakah dengan adanya "kontradiksi" seperti ini lalu serta merta bisa disimpulkan bahwa kitab tersebut tidak asli lagi? Saya telah memberi jawaban ringkas terhadap beberapa teks yang dianggap kontradiksi dan sisipan oleh FR, hal ini menunjukan bahwa masalah ini bukanlah hal signifikan untuk membuktikan Musa bukan penulis Taurat. Justru dari kajian komprehensif menunjukan sebaliknya bahwa Musa-lah penulis Taurat.
Penutup
Bukti-bukti bahwa Musa sebagai penulis Taurat, telah disebutkan dalam Taurat sendiri dan kitab-kitab selanjutnya seperti kitab Yosua, Raja-raja, Tawarikh, Ezra, Nehemia & Daniel. Serta diteguhkan kembali oleh Yesus sebagaimana tercatat dalam Injil dan pernyataan para rasul. Demikian pula melalui oral tradition bangsa Yahudi yang kemudian dikompilasi ke dalam Misnah & Gemarah (Talmud), Midrah serta penulis Yahudi kuno Joshepus & Philo, semuanya menyebutkan Musa sebagai penulis Taurat. Demikian pula dengan bukti eksternal, dimana Taurat berisi berbagai detail seperti data geografis, kondisi alam, jenis binatang dan sebagainya yang bersesuai dengan konteks Mesir & semenanjung Sinai pada masa Musa sebagaimana hasil kajian arkeologi. Jika diuraikan semuanya, akan menghasilkan uraian yang sangat panjang.
Sebelum saya menutup tulisan ini, saya perlu mengajukan 3 (tiga) tantangan untuk FR:
1. Silahkan tunjukan bukti manuscript berupa codex atau fragment/papyrus untuk eksistensi para penulis JEDP tersebut, seperti manuscript J, Manuscript E dll
2. Silahkan ajukan referensi dari dokumen extrabiblikal seperti Talmud, Joshepus, Philo dll yang menyebut eksistensi tentang penulis Elohist, penulis Yahwist dll
3. Jika Taurat saat ini bukan ditulis oleh Musa tetapi oleh penulis JEDP tersebut, maka silahkan tunjukan manuscript Taurat yang asli yang diberikan kepada Musa sebagaimana dinyatakan oleh Quran.
Shallom..