Pihak Islam mengklaim sebagai agama yang meluruskan agama sebelumnya yaitu kekristenan yang dianggapnya telah tersesat. Dasar utamanya pada ajaran tentang keesaan Allah (Tauhid) yang di kekristenan dianggap telah menyimpang dengan adanya ajaran Trinity. Koreksi terhadap ajaran Trinity bahkan tercatat dalam Quran pada beberapa ayat, termasuk koreksi tentang ajaran Yesus sebagai Anak Allah. Artikel ini membahas koreksi Quran tersebut dan dimaksudkan sebagai pembelaan (apologia) dari pihak kekristenan.
I. TUDUHAN YANG ANAKRONISTIK
I. TUDUHAN YANG ANAKRONISTIK
QS Al Maa'idah 116: Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?." Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib." (Terjemahan Depag RI).
Ayat ini berisi pertanyaan interogatif Allah kepada Yesus (Isa), apakah Yesus pernah mengatakan kepada manusia agar menjadikan Dia bersama ibuNya sebagai Tuhan selain Allah. Pertanyaan yang dijawab tidak oleh Yesus ini menunjukan pada masa Yesus telah ada anggapan bahwa Yesus dan ibuNya adalah Tuhan selain Allah yang berarti dikenal ada tiga Tuhan; Tuhan Allah, Tuhan Yesus & Tuhan Maria atau bisa disebut sebagai Trinity. Memang ada yang berapologi bahwa dalam ayat ini tidak berbicara tentang Trinity karena tidak ada kata "Trinity", namun ayat tersebut menyebutkan tiga pihak yang disebut Tuhan. Maka cukup logis menyebutnya sebagai Trinity yang terdiri atas Allah, Yesus & Maria yang ketiganya disebut Tuhan. Kita akan memperdalam lagi masalah ini pada bagian berikutnya.
Masalah substansial dari ayat ini, apakah memang benar ada pemahaman seperti itu pada masa Yesus? dan apakah kekristenan yang dianggap telah tersesat oleh pihak Islam memiliki pemahaman ketigaan Tuhan seperti itu? Jika kita menelusuri berbagai dokumen kuno pada abad awal kita tidak menemukan satu referensi pun adanya pemahaman bahwa Maria dianggap sebagai Tuhan atau figur ilahi. Baik dalam injil kanonik maupun dari berbagai versi injil apokrif seperti injil Thomas, injil Yudas, injil Maria dll. Bahkan catatan extrabiblikal seperti tulisan Joshepus, berbagai literatur rabinik: Talmud & Midrash termasuk tulisan penulis Romawi seperti Tacitus dll juga tidak menyebutkan hal ini. Dari fakta ini memberikan dugaan kuat bahwa kisah dalam Quran itu anakronistik.
Pihak apologis Islam berusaha menjawab masalah ini dengan menyatakan bahwa koreksi dari Quran itu sifatnya lintas waktu, termasuk bersifat prediktif peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang (eskatologis). Dasarnya dengan menafsir kalimat "..Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib". Padahal kalimat ini hanya menyatakan kemahatahuan Allah tidak serta merta menjadi dasar pemahaman eskatalogis tersebut. Kalimat tersebut dari konteks ayatnya dipahami bahwa Allah sudah tahu apa yang dilakukan Yesus (Isa) dan pertanyaan itu hanya sebagai test kejujuran atau klarifikasi kepada Yesus.
Jika kita mencermati ayat tersebut, jelas menunjukan bahwa pertanyaan Allah berkaitan saat Yesus berinteraksi dengan manusia. Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama Islam tentang kapan terjadinya Dialog antara Allah dengan Yesus, beberapa penafsir seperti Ibn Khatir, Jalalin dll memahaminya sebagai narasi eskatologis. Namun masalahnya terletak pada kapan terjadinya interaksi antara Yesus dengan manusia yang memunculkan pertanyaan klarifikasi dari Allah tersebut. Penjelasan paling logis pemahaman bahwa Yesus dan Maria dianggap sebagai Tuhan terjadi pada masa Yesus.
Mari kita lihat petunjuknya pada ayat selanjutnya. QS Al Maa'idah 117.
Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau
perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku
dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku
berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah
yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala
sesuatu.
Kalimat "...Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka." dan "..aku
menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka.." merupakan bukti kuat bahwa anggapan Yesus & Maria sebagai
Tuhan terjadi pada saat Yesus berada diantara mereka yaitu bani Israel pada abad pertama.
Jika pemahaman tentang Maria ini dipaksakan nanti terjadi pada masa sesudah Yesus, berarti Yesus dianggap pernah datang kembali untuk berinteraksi dengan manusia sebelum lahirnya Islam, misalnya bertemu dengan penganut bidat Collyridians. Bisa saja pihak apologis Islam kembali berkelit bahwa perkataan Yesus kepada manusia yang diklarifikasi Allah tidak harus diartikan Yesus datang kembali dan bertemu dengan manusia artinya bisa hanya terjadi pada pengikut Yesus selanjutnya. Namun tafsiran ini juga lemah karena membuat pertanyaan Allah itu absurd atau menjadikan Allah tidak tahu apakah Yesus pernah datang kembali atau tidak ;-).
II. TRINITY VERSI COLLYRIDIANS VS KEKRISTENAN
Selanjutnya pihak apologis Islam mengajukan point tentang Collyridians yang mengajarkan tentang penyembahan Maria sebagai figur ilahi. Bapa gereja yang pernah membahas bidat ini yaitu Epiphanius dalam bukunya Panarion, mari kita lihat penjelasan ringkas bidat ini pada referensi berikut ini:
Collyridians. Under this name Epiphanius (Haer. 79) assails certain women who had brought from Thrace into Arabia the practice of performing on certain days rites in honour of the Blessed Virgin, the chief being the offering of a cake (κολλυρίς), and the partaking of it by the worshippers. Epiphanius condemns their conduct because (a) women ought not to offer sacrifice, and (b) Mary is to be honoured, God only to be worshipped..". A Dictionary of Christian Biography and Literature to the End of the Sixth Century A.D
"Epiphanius, in his seventy-eighth Heresy, combats the advocates of the opposite view in Arabia toward the end of the fourth century (367), as heretics under the title of Antidikomarianites, opposers of the dignity of Mary, i.e., of her perpetual virginity. But, on the other hand, he condemns, in the seventy-ninth Heresy, the contemporaneous sect of the Collyridians in Arabia, a set of fanatical women, who, as priestesses, rendered divine worship to Mary..". Philip Schaff, History of the Christian Church, Volume III.
Masalah utama dari rujukan tentang Collyridians ini yaitu eksistensi Collyridians bukanlah representasi dari kekristenan secara umum pada masa itu. Melainkan salah satu bidat yang jumlahnya sangat kecil dan memiliki pandangan yang berbeda dengan pemahaman kekristenan secara universal pada masa itu. Bahkan bidat ini juga masih dikategorikan kelompok yang kecil di lingkungannya yaitu Arabia. Pada saat itu di Arabia mayoritas beraliran Nestorian seperti ditunjukan dari berbagai inskripsi arkeologi & data sejarah. Salah satu kajian yang mendalam tentang hal ini ditulis oleh J. Spencer Trimingham dalam bukunya Christianity Among the Arabs in Pre-Islamic Times, London, Longman, 1979. Pemahaman Trinity dari aliran ini secara prinsip sama dengan umumnya kekristenan lain pada masa itu. Memang mereka berbeda pendapat mengenai dua natur Yesus sebagaimana dirumuskan dalam konsili Chalcedon, namun prinsip pengajaran Trinity yang terdiri atas Bapa, Anak & Roh Kudus sama dengan gereja lainnya. Salah satu inskrispsi di Yaman wilayah Arab Felix menunjukan pemahaman Trinity yang universal, sebagaimana ditulis oleh Zwemer. "...On the Christian monuments found by Dr. Edward Glaser in Yemen, Allah is mentioned. The Sirwah inscription (AD 542) opens with the words: In the power of the All-merciful and His Messiah and the Holy Ghost, which shows that, at least in Yemen, Arabian Christians were not in error regarding the persons of the Trinity..” Samuel Zwemer, The Moslem Doctrine of God,1905".
Pada saat lahirnya Islam, formulasi standard doktrin Trinity telah dirumuskan melalui konsili Nicea & Konstantinopel yang kemudian dikenal dengan pengakuan Iman Nicea Konstatinopel. Dua konsili berikutnya yaitu Konsili Efesus & Chalcedon hanya melengkapi rumusan itu berkaitan dengan dua natur dari Yesus. Namun dari keempat konsili oikumenis pertama ini tidak ada pembahasan tentang bidat Collyridians. Anggapan bahwa bapa gereja bungkam tentang bidat ini atau menghindar untuk membahasnya jelas tidak valid. Karena bidat ini memang tidak memiliki pengaruh signifikan pada masa itu. Bahkan di Arabia sendiri yang mayoritas Nestorian, bidat Collyridians ini hanya kelompok yang kecil. Epiphanius sendiri dalam bukunya Panarion itu tidak hanya menulis tentang bidat Collyridians melainkan banyak bidat lainnya yang jumlahnya puluhan bidat. Namun herannya justru ajaran bidat yang kecil inilah yang dibahas khusus dalam Quran. Sehingga menimbulkan pertanyaan besar mengapa Quran tidak mengkritisi ajaran Trinity yang telah dirumuskan dan diimani kekristenan secara universal. Trinity yang terdiri atas Bapa, Anak & Roh Kudus bukannya Bapa, Anak & Maria. Dalam ajaran Trinity terdapat Roh Kudus yang adalah Pribadi yang Ilahi. Namun tidak ada penjelasan dalam Quran yang mengkritisi masalah Roh Kudus ini. Bahkan definisi Roh Kudus juga tidak begitu jelas di Quran, apakah sekedar sifat atau atribut Allah, pribadi Allah, malaikat Jibril dsb.
Kritikan terhadap Trinity Bapa, Anak & Maria dalam Quran dimaksudkan
sebagai kritikan terhadap ajaran kekristenan yg dianggap bersifat
universal. Padahal kritikan itu hanya bersifat responsif terhadap ajaran
bidat lokal Collyridians yg tidak merepresentasikan ajaran kekristenan
secara universal. Bukti tambahan berupa penggunaan kata "manusia" dalam
QS Al Maa'idah 116 ".. adakah kamu mengatakan kepada manusia.." menjadi
bukti kuat bahwa kritikan itu dimaksudkan utk kekristenan secara
universal. Penggunaan kata "manusia" dalam ayat tersebut bersifat universal dan sinkron dengan ayat-ayat lainnya:
Al Israa' 94. Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka: "Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi rasuI?"
QS Al An'aam 91. Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata: "Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia." Katakanlah: "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia...
QS Al Jin 5. dan sesungguhnya kami mengira, bahwa manusia dan jin sekali-kali tidak akan mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah.
Jika QS Al Maa'idah dimaksudkan hanya pada sekelompok orang (manusia) misalnya khusus untuk bidat Collyridians, maka seharusnya digunakan kalimat yang sifatnya terbatas misalnya "diantara mereka", "beberapa orang Kristen" dsb. Contoh seperti ayat berikut ini:
QS Luqman 5-6 Mereka itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.
Berdasarkan fakta ini, maka status kemahatahuan Allah dalam Quran patut dipertanyakan. Termasuk klaim Islam sebagai pelurus kekristenan yang dianggap telah tersesat menjadi tidak valid, karena fungsi meluruskan yang seharusnya berkaitan dengan ajaran yang paling esensial berkaitan dengan Tauhid, tidak dilakukan.
Ada yang berapologi bahwa Quran mengkritisi salah satu model Trinity sebagai salah satu contoh dan prinsip yang sama berlaku ke berbagai mutasi dari model Trinity termasuk Trinity Bapa Anak & Roh Kudus. Argumentasi ini lemah, karena model Trinity versi Collyridians hanya dipegang oleh sekelompok kecil orang, mengapa model ini yang diambil sebagai contoh?. Seharusnya model Trinity yang dikritisi adalah Trinity yang telah dipahami secara universal.
Apologis Islam mencoba mengajukan data seputar pengajaran tentang Maria sebagai Bunda Allah yang dipahami di lingkungan Katolik. Namun pengajaran Katolik tentang Maria ini tidaklah memposisikan Maria sebagai figur Ilahi yang disembah. Pihak Katolik telah membantah keras bahwa tidak ada ajaran Katolik yang mengajarkan hal seperti itu. Kalaupun ada umat Katolik yang memahami posisi bunda Maria ini secara berlebihan mengarah pada pemahaman Maria sebagai figur ilahi, jelas tidak mereprensentasikan ajaran Katolik. Apakah kritikan Quran tentang Trinity hanya diarahkan kepada beberapa "umat" yang memiliki pemahaman seperti itu? Lalu dimana sifat universalitas Quran?
Surah Al Maaidah 116 jelas menyebutkan anggapan Maria sebagai Tuhan selain Yesus dan Allah, bukan hanya sekedar praktek "pengilahian" semata. Berbagai data yang diajukan tersebut tidaklah revelan, karena jelas tidak sama seperti yang dimaksud dalam Surah Al Maaidah yang secara tegas menyebut Maria sebagai Tuhan selain Allah. Bahkan beberapa pengajaran tentang Maria di lingkungan Katolik ini nanti dinyatakan sebagai ajaran resmi Katolik di masa yang terlampau jauh dari masa lahirnya Islam, seperti ajaran tentang the Immaculate Conception of Mary tahun 1854, tentang the Assumption of Mary tahun 1950 dan Maria sebagai the Mother of the Church di tahun 1965. Semua gereja: Katolik, Ortodoks, Protestan dll sampai saat ini semua tetap mengimani dan memahami Trinity yang terdiri atas Bapa, Anak & Roh Kudus, kecuali tentunya beberapa bidat seperti Saksi Yehovah, Mormon dll. Sehingga menjadi jelas bahwa tuduhan Quran itu jelas salah alamat atau disebut Strawman Fallacy.
III. KONSEP ANAK ALLAH & TRINITY
Pada bagian ini kita akan memperdalam masalah konsep Trinity dalam Quran. Pihak apologis Islam mengajukan dua surah QS Al Maa'idah 73 & QS An Nisaa 171 yang disebutkan menjelaskan posisi Islam tentang Trinity, sedangkan surah Al Maaidah 116 dianggap bukanlah tentang Trinity.
QS Al Maa'idah 73. Sesungguhnya kafirlah orang0orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.
An Nisaa' 171. Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu[383], dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya[384] yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya[385]. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.
Dalam QS Al Maaidah 73 tidak jelas menyebutkan siapa-siapa yang dimaksud dari tiga Tuhan tersebut. Pihak pertama jelas adalah Allah, untuk pihak kedua merujuk pada Yesus sebagaimana ditunjukan dalam ayat sebelumnya, ayat 72 "Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam..". Namun siapa pihak ketiga yang dimaksud tidaklah jelas. Karena ketidakjelasan ini maka apologis Islam mengajukan point bahwa yang dikritisi adalah semua model Trinity termasuk Trinity Bapa, Anak & Roh Kudus. Kita akan menguji pendapat ini dengan melihat pada ayat selanjutnya yang memberi petunjuk penting.
Dalam QS An Nisaa 171 memang tidak menjelaskan secara eksplisit siapa saja yang dimaksud dari tiga Tuhan tersebut. Namun secara implisit terdapat petunjuk yaitu penyebutan figur Isa dan Maryam. Petunjuk paling penting pada kalimat "...Maha Suci Allah dari mempunyai anak" yang jelas dipahami secara literal anak secara fisik. Pemahaman literal ini sinkron dengan ayat-ayat lainnya dalam Quran.
Al Jin 3. dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristeri dan tidak (pula) beranak.
Al Ikhlash 1-3. Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
Ash Shaaffaat 151-152. Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan: "Allah beranak." Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta.
Al An'aam 101. Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.
Pada keempat ayat ini begitu jelas menyebutkan tentang kritikan Quran terhadap pemahaman bahwa Allah itu beranak, memiliki anak dan beristri. Pemahaman ini jelas literalistik yang berbeda dengan pemahaman Kekristenan bahwa Anak Allah dipahami secara figuratif/simbolik. Perlu pembahasan tersendiri terhadap masalah ini. Berangkat dari data ini, kita bisa memahami kalimat "Maha Suci Allah dari mempunyai anak" dalam QS An Nisaa 171 jelas merujuk pada adanya oknum lain yaitu "istri” Allah yang dianggap sebagai salah satu pribadi ilahi di samping Allah sendiri. Maka oknum ketiga Tuhan dari tiga Tuhan dalam QS An Nissa 171 merujuk kepada Maryam. Prinsip yang sama juga diberlakukan pada QS Al Maaidah 73. Point ini sinkron dengan penjelasan awal mengenai surah Al Maaidah 116 yang begitu jelas menyebutkan anggapan Yesus dan Maria sebagai Tuhan selain Allah.
Bisa jadi pandangan Quran ini berkaitan dengan penyembahan Pagan di Mekkah yaitu dewa Mekkah yang memiliki istri (Allat). Kemudian keliru memahami konsep Theotokos (bearer of God) yang diberlakukan kepada Maria dalam pembahasan bapa-bapa gereja sebelumnya, yang dipahami bahwa Maria sebagai ibu Tuhan (Yesus) sebagai istri dari Allah. Alfred Guillaume telah menuliskan dugaannya tersebut dalam bukunya "..the term 'Mother of God given to the Virgin Mary could mean only one thing to an Arab-the sexual trinity (triad) of the old heathen world, which was never a unity.” Guillaume, Islam, 1954.
PENUTUP.
Berdasarkan seluruh kajian kita dapat menarik kesimpulan bahwa tuduhan Quran mengenai Trinity jelas salah alamat (Strawman Fallacy). False Trinity Bapa, Anak & Maria bukanlah ajaran Trinity yang dipahami gereja secara universal. Bahkan konsep tentang Anak Allah yang dipahami secara literal dalan pengertian anak secara fisik bukanlah konsep kekristenan, ini pun juga Strawman Fallacy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar