Gal 1:6 Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain,
Gal 1:7 yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.2 Kor 11:4 Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.
Kehadiran para bidat telah ada sejak masa awal kekristenan berkembang di abad pertama. Menariknya mereka telah eksis bahkan saat kitab Injil dan tulisan-tulisan Perjanjian Baru sementara ditulis dan para rasul masih hidup. Keberadaan mereka salah satunya ditulis dalam kitab Galatia yg tujuan kitab ini orang-orang percaya di provinsi Galatia seperti di Ikonium, Listra, Derbe dll. Paulus sangat keras menentang pengajaran ini yang mengharuskan orang-orang percaya menjalankan Taurat agar selamat. Pemahaman mereka keselamatan tidak cukup hanya karena kasih karunia Kristus.
Selain di Galatia, ajaran ini berkembang di Antiokhia tempat pertama kali orang-orang percaya disebut Kristen (Kis 15:1). Para pengajarnya berasal dari Yudea yg mencakup Yerusalem yg justru adalah pusat lahirnya gerakan kekristenan awal pasca peristiwa Pentakosta. Permasalahan ini akhirnya mencuat setelah Paulus & Barnabas keras menolak mereka, terjadi perdebatan dan kemudian disepakati utk dibicarakan di Yerusalem bersama para rasul.
Pada masa itu, kekristenan belum melembaga seperti kekristenan di masa berikut dengan sistem organisasi & pengajarannya. Namun masih berupa sebuah kegerakan orang-orang percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya dan mereka adalah orang-orang Yahudi. Kemudian seiring waktu muncullah masalah dan perbedaan pemahaman diantara orang percaya. Salah satu yang serius yaitu ajaran yg menyatakan bahwa orang percaya harus juga menjalankan Taurat agar selamat. Permasalahan ini kemudian dibahas para rasul di Yerusalem yang dikenal dengan nama Sidang Yerusalem.
Dalam sidang itu, keputusan diambil sebagaimana disuarakan oleh rasul Petrus tegas menyatakan keselamatan hanya karena kasih karunia Kristus yang artinya meneguhkan apa yg diajarkan Paulus. Namun ironisnya ratusan atau ribuan tahun kemudian Paulus diposisikan sebagai kambing hitam dituduh sebagai penyesat kekristenan oleh para polemikus yang tidak paham sejarah secara utuh.
Setelah ajaran bermasalah Injil/Yesus yg lain muncul dari dalam kekristenan dalam konteks yudaisme pada masa itu dan kemudian ditentang keras oleh Paulus dalam tulisannya (kitab Galatia). Selanjutnya Injil/Yesus yg lain muncul dari pengaruh luar yaitu paham gnostisisme yaitu ajaran docetime yang oleh scholar Ben Witherington disebut sebagai proto gnostik. Ajaran ini ditentang keras oleh rasul Yohanes dalam suratnya
1 Yoh 4:2 Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah
Penolakan ini juga digemakan oleh muridnya yaitu Ignatius seperti dalam suratnya letter to the Smyrnaeans, 7:1, di tahun 110 M.
They abstain from the Eucharist and from prayer, because they confess not the Eucharist to be the flesh of our Saviour Jesus Christ, which suffered for our sins, and which the Father, of His goodness, raised up again.
Jika kita cermati data sejarah, bidat yang muncul di abad pertama sangat kurang, karena masih adanya para rasul yang keras menolak ajaran-ajaran sesat itu. Nanti setelah matinya para rasul ajaran para bidat mulai banyak berkembang seiring dengan semakin banyaknya orang yg menjadi Kristen dan mencakup wilayah yg luas sampai ke Roma. Hal ini ditandai dengan banyaknya bermunculan injil-injil apokrif seperti injil Petrus, injil Thomas dll. Tetapi jangan salah kaprah menempatkan injil "palsu" Barnabas yg banyak beredar di era modern ini diantara injil apokrif karena itu produk abad pertengahan awal. Masalah ini sdh berulang-ulang dijelaskan tetapi pihak polemikus seperti Menachem Ali terus mengulang-ulang point ini.
Jika kita kembali melihat konteks penyebutan injil yg lain atau Yesus yg lain oleh Paulus & para rasul, maka kita bisa mengidentifikasi karakteristiknya yaitu ajaran yg menolak keutamaan Yesus sebagai sumber keselamatan satu-satunya artinya tidak ada manusia lain, baik yg mengaku atau diakui sebagai nabi yg bisa menyelamatkan. Sebagaimana ditegaskan juga oleh rasul Petrus.
Kis 4:12 Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."
Injil/Yesus yg lain juga dimaksud mereka yg beranggapan keselamatan melalui Yesus tidak cukup tetapi harus ditambah dengan upaya lain seperti harus menjalankan Taurat. Selain itu mereka yang menolak natur Yesus secara utuh sebagai Tuhan dan manusia juga dikategorikan Injil/Yesus yg lain. Ajaran docetisme hanya menerima natur ilahi Yesus yg dipahami secara gnostik dan menolak kemanusiaanNya, ini dikategorikan sebagai injil/Yesus yg lain, sudah tentu mereka yg sebaliknya hanya menerima aspek kemanusian Yesus dan menolak keilahiannya juga bisa dikategorikan injil/Yesus yg lain. Yudas 1:4 ... dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus.
Perlu diluruskan pemahaman yg keliru bahwa Injil yg lain yg dimaksud Paulus dianggap berbicara tentang "kitab" padahal yang dimaksud adalah ajaran yg salah. Nanti kemudian pada abad ke-2 dan selanjutnya berbagai ajaran para bidat itu kemudian ditulis dalam kitab-kitab yg dikenal sebagai injil apokrif. Menachem Ali mencoba mengacaukan hal ini, dengan mempersoalkan masalah kanonisasi Perjanjian Baru yang point utamanya beranggapan bahwa injil kanonik dianggap tidak berbeda atau setara dengan injil apokrif lainnya, bahkan mencoba menekankan beberapa aspek dalam injil apokrif tertentu diatas injil kanonik, termasuk mengungkit masalah injil "palsu" Barnabas. Selain itu banyak polemikus muslim beranggapan Yesus telah menerima kitab injil yg kemudian "injil" ini yang dikabarkan oleh Yesus.
Masalah seputar kanonisasi Perjanjian Baru ini akan dibahas berikutnya. Tulisan ini sifatnya sebagai pengantar agar kita memahami konteks penyebutan Injil/Yesus yg lain, untuk selanjutnya jadi acuan kita menilai pengajaran Injil/Yesus yg lain yang berkembang pada masa-masa berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar