Polemik Identitas Kearaban

Beberapa waktu lalu saya & Menachem Ali cukup intens mendiskusikan perihal identitas kearaban. Belakangan ini Menachem Ali mencoba mengangkatkan kembali masalah ini malah telah & sedang menuliskan buku-buku tentang hal ini. Beberapa pointnya disajikan kembali dalam tulisan di FB dan yg menarik tulisannya mendapat reaksi dari Mun'im Sirry setelah M Ali dalam tulisannya menyebut diksi "nalar revisionis".

Point utama dari Menachem Ali masih seputar diskusi kami sebelumnya yaitu dia mencoba mengasosiasikan secara eksklusif Arab dengan Ismail, sehingga identitas kearaban menurut dia merujuk pada etnik atau jalur nasab tertentu khususnya keturunan Ismail. Referensi terbaru M Ali mengambil rujukan dr teks Peshitta (Aramaik), sebelumnya dia biasa mengambil sumber dari literatur rabbinik seperti tulisan rabbi Saadia Gaon (Rasag) & Talmud, penulis2 Kristen awal seperti Jerome dan terutama tulisan Joshepus.

Point utama ini telah saya kritik dlm diskusi kami, karena menurut saya pengasosiasian Arab dgn Ismail tidak berarti bahwa Arab itu eksklusif keturunan Ismael. Data biblikal & extrabiblikal menunjukan bahwa Arab itu terdiri dari banyak suku tidak hanya keturuan Ismail, seperti keturunan Keturah, Esau, Joktan dll yg oleh scholars merujuk pada kumpulan suku-suku nomaden di semenanjung Arabia sebagaimana diuraikan cukup jelas oleh Munim Sirry. Memang keturunan Ismail yg lebih dominan terutama sejak eksisnya kerajaan nabataen merujuk ke suku Nebayoth yg sebelumnnya suku Ismail yg dominan seperti ditulis dlm Alkitab adalah suku Kedar. Hal ini telah dianalisis secara cermat oleh Israel Eph'al "... We have seen that there is no historical basis to the tradition of associating the Ishmaelites with the Arabs… A more definite identification of the Ishmaelites with the Arabs is found at a later stage, in Josephus's Antiquities of the Jews", "Ishmmael and Arab(s): A transformation of ethnological Terms, Journal of Near Eastern Studies , Tel Aviv University, Oct 1976.

Menariknya respon Mun'im Sirry melalui pendekatan historis mirip dgn posisi saya yaitu sama-sama menolak pendapat bhw identitas Arab merujuk ke etnik atau jalur nasab tertentu. Karena memang berbagai data historis extrabiblikal termasuk arkeologi tdk mendukung posisi Menachem Ali, termasuk dari rujukan scholars yg saya gunakan dalam studi ancient arabs seperti Jan Retso, Israel Eph'al. dll. Misalnya Retso menyatakan "... The fact that so many authors and scholars have thought that Arab means 'nomad' or that it may mean anything from camp to family may indicate that the word has a very vague meaning or that it indeed means nomad, i.e. it is a term for a way of living, The Arabs In Antiquity: Their History from the Assyrians to the Umayyads, RoutledgeCurzon, London and New York, 2003 page5

Saya menghargai berbagai tulisan akademik pak Mun'im yg mengelaborasi banyak data yg ada, maka dlm tulisan & kajian saya kontra Menachem Ali dlm konteks apologetik saya berupaya utk tidak membawa2 nama pak Mun'im. Hanya saja utk pembahasan tentang identitas kearaban kebetulan ada irisan yg sama posisi saya dengan pak Mun'im. Mohon maaf pak Mun'im telah menyebut nama anda dalam tulisan ini.

Dalam tulisan2 berikutnya saya akan coba mereview dan mengelaborasi kembali diskusi saya dgn Menachem Ali, khususnya data biblikal tentang identitas kearaban termasuk data extrabiblikal yg relevan.
Share:

Tidak ada komentar: