Alkitab dengan jelas mengajarkan Yesus memiliki dua natur; ilahi & manusia. Dia melakukan mujizat dengan kuasaNya sendiri, mengampuni dosa yg hak itu eksklusif milik Allah, menerima penyembahan kepadaNya, memberi pernyataan "Aku berkata kepadamu" yg setara dengan firman YHWH dlm PL dll, kesemuanya itu menunjukan natur keilahianNya. Namun di sisi lain Dia bisa merasakan lapar, menangis bahkan mati yg menunjukan natur kemanusiaanNya. Para bapa gereja kemudian membuat rumusan untuk hal ini yg kemudian dikenal dengan nama Hypostatic Union atau kesatuan hipostatis yaitu Yesus memiliki 1 hypostatic (pribadi) dengan 2 natur.
Polemik tentang kebangkitan Yesus apakah Dia aktif dalam kebangkitanNya atau pasif banyak terkait dengan konsep hypostatic union ini. Pihak yg berdiskusi, umumnya dalam posisi Yesus "aktif & pasif" dalam kebangkitanNya, sedangkan lawan diskusinya dalam posisi Yesus "hanya pasif". Argumentasi standard dari posisi "aktif pasif" menyatakan Yesus dibangkitkan merujuk pada natur kemanusiaanNya sedangkan Yesus membangkitkan diriNya sendiri merujuk ke natur keilahianNya. Namun argumentasi standard ini mendapat respon dari pihak "hanya pasif", berikut ini respon atau pertanyaan mereka dan tanggapan baliknya dalam bentuk question & answer (Q&A).Q: Natur tidak bisa mengalami kematian/kebangkitan, bukankah yang bisa mati/bangkit adalah pribadi?
A: Ya sepakat, yang bisa mengalami kematian adalah pribadi dan dalam hal ini pribadi Yesus dalam natur kemanusiaanNya yang mengalami kematian kemudian dibangkitkan oleh Allah Tritunggal termasuk oleh pribadi Yesus dalam natur keilahianNya membangkitkan diriNya sendiri.
Q: Karena Yesus sehakekat dgn Allah Bapa, apakah berarti Allah Bapa juga mengalami disesah, disalib dan mati seperti pribadi Anak?
A: Tidak, karena Allah Bapa tidak memiliki natur kemanusiaan, berbeda dengan Yesus. Pribadi Yesus dalam natur kemanusiaanNya jelas bisa disesah, disalib, bisa mati dan telah mengalami kematian namun pribadi Yesus dalam natur ilahi jelas tidak bisa mati, karena Tuhan tidak bisa mati. Rasul Petrus tegas menyatakan hal ini. 1 Pet 3:18 "... Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia...". Jelaslah pribadi Yesus sebagai manusia atau dalam natur kemanusiaanNya yg mengalami kematian.
Q: Bagaimana dengan kelahiranNya, apakah pribadi Anak terlibat aktif dalam kelahiranNya?
A: Tentu saja Dia juga aktif dalam kelahiranNya, bukankah Yesus memiliki pra eksistensi sebagai Logos yang kemudian pada saat Dia berinkarnasi natur kemanusiaan ditambahkan kepadaNya. Sebelum inkarnasi ada 1 pribadi dengan 1 natur dan setelah inkarnasi ada 1 pribadi dgn 2 natur.
Q: Paulus banyak menuliskan Yesus dibangkitkan sedangkan Yesus dianggap menyatakan akan membangkitkan diriNya sendiri, bukankah ini kontradiksi kecuali Yesus tidak bermaksud demikian?
A: Yesus sangat jelas menyatakan Dia akan membangkitkan diriNya sendiri (Yoh 2:19-21,10:17-18). Pembahasan detail teks2 ini akan dibahas tersendiri. Memang sekilas terkesan kontradiksi dan untuk merekonsialisasinya tidak berarti Yesus dianggap tidak mengajarkan kebangkitan "aktif" supaya sama dengan Paulus. Kedua hal itu "pasif" (Paulus) dan "aktif' (Yesus) sama-sama benar dan kesan kontradiksi itu dapat diselesaikan melalui konsep hypostatic union, seperti dijelaskan Richard Gaffin "..The Chalcedon formulation proves helpful here: The two natures co-exist hypostatically (in one person), without either confusion or separation; Jesus expresses what is true of his person in terms of his deity, Paul expresses what is no less true in terms of his humanity.". Redemption and Resurrection: An Exercise in Biblical-Systematic Theology, Testamentum Imperium, An International Journal, Volume I 2005-2007, page 5-6
Q: Bukankah hal ini bisa mengarah atau dalam bayang-bayang nestorianisme?
A: Tidak, karena nestorian mengajarkan adanya 2 pribadi atau 2 hypostatic yaitu Allah Firman dan manusia Yesus, seakan-akan posisi "aktif pasif" bermakna Allah Firman telah membangkitkan manusia Yesus. Kalau pandangan seperti itu, akan menunjukan adanya suatu pribadi (Allah Firman) yg membangkitkan pribadi yg lain (manusia Yesus). Namun konsep hypostatic union tidak seperti itu, lebih tepatnya pribadi dalam natur kemanusiaan yg mengalami kematian dan pribadi yg sama dlm natur keilahianNya membangkitkan diriNya sendiri. Untuk memudahkan kita memahami hal ini, kita bisa lihat perbandingannya dgn Yesus yg berkuasa menciptakan makanan namun pada saat bersamaan Dia sebagai manusia merasakan lapar. Kondisi ini terjadi hanya pada satu pribadi Yesus yg memiliki natur ilahi yg bisa menciptakan makanan dan saat bersamaan dalam natur manusia Dia merasakan lapar. Contoh lain, sebagai manusia Yesus menangis atas kematian sahabat-Nya Lazarus namun sebagai Allah Dia berkuasa membangkitkan Lazarus dari kematian. Penjelasalan2 seperti ini telah diuraikan para bapa gereja seperti Leo yg menuliskan The Tome, Cyrillus - formula unions dll menghadapi ajaran Nestorius (ada 2 hypostatic) dan Eutyches (kedua natur bercampur) yg kemudian dirumuskan dlm konsep hypostatic union di konsili Chalcedon (451M).
Q: Karena Yesus sebagai manusia Dia sehakekat dgn kita maka seharusnya Dia tidak akan membangkitkan diriNya sendiri untuk menunjukan bahwa Dia memang sehakekat & solidaritas dengan kita?
A: Pribadi Yesus sebagai manusia memang sehakekat dengan kita, namun kita tidak boleh hanya fokus atau membatasi Yesus pada natur kemanusiaanNya saja karena Dia juga memiliki natur keilahiaan. Karena Yesus 100% sehakekat dengan manusia bahkan Dia telah mengalami kematian maka hal itu sudah cukup menunjukan Dia benar-benar sehakekat & solidaritas dengan kita manusia, tanpa harus ditambahkan Dia harus tidak menggunakan kuasaNya untuk membangkitkan diriNya sendiri. Saya kira kita harus hati-hati untuk tidak memaksakan logika berpikir kita melampaui data yang ada.
Q: Kebangkitan Yesus memang karya Allah Tritunggal, tetapi tidak semua pribadi dalam Allah Tritunggal melakukan hal yang sama, seperti dalam peristiwa penyesahan & penyaliban, Allah Bapa dan Roh Kudus tidak ikut terlibat. Demikian juga dalam kebangkitan Yesus, Yesus dalam posisi pasif sedangkan yang aktif adalah Allah Bapa & Roh Kudus?
A: Mengenai penyesahan & penyaliban sudah dijawab sebelumnya bahwa hal ini hanya dialami pribadi Anak karena dalam diriNya ada natur kemanusiaan. Namun diluar hal-hal yang hanya bisa dialami Yesus karena natur kemanusiaanNya, semuanya melibatkan semua Pribadi dari Allah Tritunggal. Dalam teologi dikenal istilah Perikoresis tentang karya bersama dari Allah Tritunggal (opera ad extra) yg juga telah digumulkan bapa gereja. Mereka tidak hanya menghadapi konsep unitarian dari Arius tetapi juga menghadapi 2 ekstrim berkaitan Allah Tritunggal, ekstrim pertama Triteisme yg terlalu menekankan ketigaan sehingga tergelincir pd konsep 3 Allah dan ekstrim kedua modalisme/sabelian yg terlalu menekankan keesaan sehingga tiga pribadi itu hanya topeng atau peran semata.
Bapa-bapa gereja Kapadokia (Gregorius dr Nazianzus, Gregorius dr Nyssa & Basilius dr Kaisarea) telah membantah kedua ekstrim ini. Gregorius dr Nyssa dalam bukunya Quod Non Sint Tres Dii sebagaimana ditulis Tony Lane dlm bukunya Runtut Pijar "... Kita tidak pernah mendengar bahwa Sang Bapa berbuat sesuatu sendiri tanpa kerja sama dengan Sang Anak. Demikian juga Anak tidak pernah bertindak sendiri tanpa Roh Kudus...". Maka konsep Perikoresis seperti yg ditunjukan dlm tulisan bapa-bapa gereja Kapadokia justru mendukung posisi "aktif pasif" bahwa Yesus sebagai bagian dari Allah Tritunggal juga terlibat aktif dalam kebangkitan tubuh manusiaNya.
Sebagai tambahan, penjelasan Geerhardus Vos & Richard Gaffin, tulisan & posisi keduanya sebelumnya telah salah dimengerti seakan-akan mereka dalam posisi "hanya pasif". Berikut pernyataan mereka ".. In all their external works, the three persons act together. And the work of the resurrection finds a parallel in the act of the incarnation, in which the same conjoint working of the divine persons manifests itself.". Geerhardus Vos (author), Richard Gaffin (editor), Reformed Dogmatics, Volume Three: Christology.
Demikian tulisan singkat dalam bentuk Q&A tentang hypostatic union dan kaitannya dengan polemik kebangkitan Yesus. Tulisan berikutnya akan membahas "kenosis" yang kemungkinan jadi acuan untuk konsep "potentiality & actuality".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar