Dalam serie 4 telah dibahas rujukan tentang Yesus dalam Talmud khususnya penyebutan Ben Stada & Ben Pandera. Menachem Ali menggunakan data Talmud ini untuk menjustifikasi tesisnya bahwa ibu Yesus (Maria) telah dituduh berzinah. Namun data Talmud itu tidak akurat karena Ben Stada lebih merujuk ke "orang Mesir" dibandingkan Yesus dan Ben Stada tidak berada di zaman Yesus. Jika kita bandingkan dengan data dari tulisan Origen & Justyn Martyr, maka tuduhan berzinah itu nanti muncul belakangan setelah beredarnya injil Kanonik yang memuat informasi the Virgin Birth.
Dalam tulisan ini, kita akan mengkaji masalah issue seputar perzinahan itu pada masa Yesus. Apakah memang telah ada tuduhan seperti itu dilontarkan ke Yesus? M Ali mencoba membuktikan bahwa tuduhan itu ada dengan menggunakan teks Yoh 8:41 sebagai prooftext. Dia menguraikan panjang lebar argumentasinya pada tulisan Part 6 dengan mengutip pendapat beberapa bible scholar yg sesuai dengan posisinya.
Berikut ini teks Yoh 8:41 yg akan kita kaji.
Greek: ὑμεῖς ποιεῖτε τὰ ἔργα τοῦ πατρὸς ὑμῶν. εἶπαν αὐτῷ Ἡμεῖς ἐκ πορνείας οὐκ ἐγεννήθημεν, ἕνα Πατέρα ἔχομεν τὸν Θεόν.
Translit: hymeis poieite ta erga tou patros hymon. eipan auto Hemeis ek porneias ouk egennethemen, hena Patera echomen ton Theon
NIV: You are doing the works of your own father." "We are not illegitimate children," they protested. "The only Father we have is God himself.
KJV: Ye do the deeds of your father. Then said they to him, We be not born of fornication; we have one Father, even God.
Kata kunci yang jadi inti pembahasan adalah πορνείας (porneias) yang sejajar dengan kata zenut (Aramaic) & zanah (Hebrew). Untuk makna kata porneias, M Ali merujuk ke Cleon L. Rogers JR & Cleon L. Rogers III dalam bukunya The New Linguistic and Exegetical Key to the Greek New Testament, (Michigan: Zondervan Publishing House, 1998) dengan makna "fornication, unlawful sexual relation". Saya kira makna dasarnya memang seperti itu (fornication) sebagaimana diartikan oleh berbagai greek dictionary yang ada. Namun dalam penggunaannya kata ini juga digunakan secara metafor & figuratif, beberapa dictionary telah menambahkan makna figuratifnya seperti Thayer's Greek Lexicon ".. πορνείας is used metaphoricaly of the worship of the idols.." & Strong' Hebrew & Greek Dictionary "..πορνείας´ porneia por-ni'-ah From G4203; harlotry (including adultery and incest); figuratively idolatry: - fornication...". So.. makna seperti apa yg dimaksudkan dalam Yoh 8:41 kuncinya terletak pada konteks.
Dalam tulisannya tidak terlihat M Ali melakukan kajian atas konteks dari ayat tsb, melainkan langsung mencari rujukan ke bible scholars yang cocok dengan pendapatnya. Ada 4 (empat) bible scholars yg dikutipnya, sbb:
- Leon Morris, the Gospel According to John. Revised Edition. The New Inter ational Commentary on the New Testament (Cambridge, UK: William B. Eerdmans Publishing Company, 1995) "..They answer that they are not illegitimate children which is a very curious response. They may be reviling Jesus. While they would not have given countenance to the Christian doctrine of the Virgin Birth, the Jews may well have known that there was something unusual about the birth of Jesus and have chosen to allude to it in this way. There was of course a Jewish slander that Jesus was born out of wedlock (see the passage cited in R. Travers Herford, Christianity in Talmud and Midrash (London, 1903, p. 35ff)
- James D. Tabor, The Jesus Dynasty (New York: Simon & Schuster, 2006), "..many scholars have found in this crytic saying an echo of the ugly label that Jesus had faced throughout his life - namely that his mother Mary had become pregnant out of wedlock. The Gospel of Thomas has no birth stories or references to Joseph or to the virgin birth here in this text we appear to have some reflection of the illegitimacy story."
- Amy-Jill Levine & Marc Zvi Brettler, The Jewish Annotated New Testament (New York: Oxford University Press, 2011) "..We are not illegitimate, perhaps an implied contrast to Jesus' supposed illegitimacy (Origin, Cels 1.28)..".
- David H. Stern, Jewish New Testament Commentary: A Companion Volume to the Jewish New Testament, (Clarksville, USA: Jewish New Testament Publications, 1992), hal.183. "..We are not illegitimate children, like you (implied)! Apparently they knew something about unusual circumstance of Yeshua's birth...".
Saya telah men-survey berbagai buku/commentary (sekitar 60an buku) serta beberapa jurnal yg membhs Yoh 8:41 dan memang terdapat perbedaan pendapat memahami ayat tsb. Secara khususnya berkaitan dgn perkataan ahli Taurat, apakah bermaksud menyerang/menyinggung Yesus tentang latar belakang kelahiranNya atau tidak. Jika dicermati perbedaan pendapat ini terletak pada cara penafsirannya, mereka yang beranggapan adanya tuduhan the illegitimate birth terfokus pada teks dan mengaitkannya dgn pemahaman dlm Talmud & tulisan Celsus. Sedangkan yang lain lebih memperhatikan konteks dan dari konteksnya kata "porneias" diartikan secara figuratif/metafora.
Berikut ini kutipan dari beberapa scholars yang mengartikan teks itu berdasarkan konteks bahwa kata "porneias" diartikan secara figuratif/metafora berkaitan dgn penyembahan kepada Allah.
- Beasley-Murray, G. R. Vol. 36: Word Biblical Commentary, Dallas, 2002 "..Jesus has stated that the works of his Jewish opponents show that their father is not Abraham but another, as yet unnamed. To this they reply that they are not spiritual bastards but the children of God. Their language echoes that of Hosea, who had likened Israel’s idolatry to spiritual harlotry...."
- Carson, D. A, The Gospel according to John, Inter-Varsity Press-Eerdmans, 1991 "..It is not mere repetition of a biological fact. The Jews are advancing the argument by saying, in effect, that even in the moral and ethical realm, they measure up well enough to be considered the descendants of Abraham..."
- Adam Clarke, Commentary on the Whole Bible, 1832 "... We are not a mixed, spurious breed - our tribes and families have been kept distinct - we are descended from Abraham by his legal wife Sarah; and we are no idolaters.."
- Jamieson etc, Commentary Critical and Explanatory on the Whole Bible, 1871 ".. we have one Father, God — meaning, as is generally allowed, that they were not an illegitimate race in point of religion, pretending only to be God’s people, but were descended from His own chosen Abraham.."
Jika kita bandingkan kedua pendapat ini, pendekatan tafsiran berdasarkan konteks jauh lebih kuat dibandingkan berdasarkan setting sejarah yg merujuk ke Talmud. Sebenarnya tafsiran dengan memperhatikan setting sejarah juga penting, namun kita harus cermat melihat setting sejarah itu, apakah telah ada pada masa itu atau nanti muncul belakangan. Don Carson telah menuliskan buku yang membahas berbagai kesalahan-kesalahan eksegetis dengan judul Exegetical Falacies, Baker Academic, 1996, telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh penerbit Momentum thn 2009. Carson menyatakan "..setiap kata memiliki rentang semantik tertentu yang terbatas, dan oleh karena itu konteks membatasi atau membentuk arti sebuah kata.. secara linguistik, arti bukanlah miliki intrinsik sebuah kata.." Carson kemudian mengutip Nida "..arti adalah sekumpulan relasi di mana sebuah simbol verbal merupakan suatu tanda.." (Eugene A. Nida, Exploring Semantic Structures, Munich: Finch, 1975).
Talmud yang jadi rujukan nanti dikompilasi pada abad ke-4 dan terbukti detailnya tidak akurat, juga tulisan Celsus ditulis pada abad ke-2. Maka rujukan ini tidak bisa dijadikan setting sejarah dari peristiwa yang terjadi pada abad ke-1. Carson menyebutkan kesalahan seperti ini sebagai Anakronisme semantik ".. kesalahan ini muncul ketika penggunaan yang lebih terkini dari sebuah kata dimasukan ke dalam literatur yang lebih tua..". Dengan demikian setting sejarah ini anakronistik sehingga menafsirkan teks Yoh 8:41 mengacu pada hal ini merupakan tafsiran yang eisegesis.
Mari kita simak konteks dari teks tsb, untukitu kita perlu membaca keseluruhan perikopnya khususnya mulai ayat 31 s/d 48. Dalam dialog Yesus dengan orang-orang Yahudi itu, Yesus mengajarkan bahwa jika seseorang menerima firmanNya maka dia akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekannya (Ay 31-32). Mereka kemudian menjawab bahwa mereka adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun (Ay 33). Mereka keliru memahami perkataan Yesus khususnya pada kata "memerdekan" yg mereka pahami bahwa Yesus menganggap mereka belum merdeka atau menjadi hamba secara literal. Padahal yg Yesus maksudkan secara rohani yaitu hamba dosa.
Yesus kemudian menegaskan bahwa mereka memang keturunan Abraham secara fisik (ay 37), namun Yesus menganggap mereka bukan keturunan Abraham secara rohani. Hal ini dikatakan Yesus karena mereka menolak Dia yang telah mengerjakan kehendak Allah sebagaimana juga dilakukan oleh Abraham (ay 40). Sehingga Yesus mempertanyakan apakah Allah adalah bapa mereka (ay 41a "..pekerjaan bapamu sendiri..") secara implisit mengarah ke "bapa" yang lain merujuk ke Iblis atau penyembahan berhala (idolatry berupa zinah secara rohani). Ahli-ahli Taurat menolak anggapan Yesus itu dengan menyatakan bahwa Iblis bukanlah bapa mereka atau mereka tidak melakukan zinah rohani (idolatry) dan menegaskan bahwa Allah adalah bapa mereka (ay 41b).
Pada ayat selanjutnya semakin memperjelas hal ini, pada ayat 44 "..Iblislah yang menjadi bapamu.." sesuai dengan ay 41a tsb. Demikian pula ay 48 "..Orang-orang Yahudi menjawab Yesus: "Bukankah benar kalau kami katakan bahwa Engkau orang Samaria dan kerasukan setan?", Yesus dianggap sebagai orang Samaria dalam pengertian orang yg tersesat seperti Samaria dan kerasukan setan. Hal ini mempertegaskan bahwa ayat 41 tidaklah berbicara tentang zinah secara literal melainkan secara rohani.
Paul Meier salah satu giant dalam studi historical Jesus menyatakan tafsiran the illegitimate birth dalam Yoh 8:41 sebagai "..highly imaginative..". Sebagaimana ditulisnya dalam buku Meier, J. P. (1991). A marginal Jew, rethinking the historical Jesus: Volume one, The Roots of the Problem and the Person (228). New Haven; London: Yale University Press "... that Jesus is raising the question of their legitimate birth and that he is discussing their legitimacy in spiritual rather than physical terms (he admits that physically they are sons of Abraham), to see a hidden reference to Jesus’ physical illegitimacy in vv 39–41 is, in my opinion, highly imaginative..".
Dalam The IVP Bible background commentary, Craig S. Keener sebagai editornya juga menyatakan kritikannya "... Some scholars have also seen here an allusion to the later rabbinic charge against Jesus that his mother bore him to a Roman soldier rather than as a virgin, though this is not clear in this debate.) Keener, C. S., & InterVarsity Press. (1993). The IVP Bible background commentary : New Testament (Jn 8:41). Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press.
Sekarang kita coba analisis satu persatu dari referensi yang digunakan M. Ali.
Pertama Leon Morris, the Gospel According to John. Dalam tulisannya merujuk pada buku Travers Herford, Christianity in Talmud and Midrash. Tulisan Herford telah kita bahas sebelumnya dan Herford menegaskan rujukan mengenai Ben Stada itu tidak akurat karena pappus b. Judah sebagai suami Maria (Stada) hidup pada masa rabbi Akiba dan bukan pada masa Yesus.
Kedua James D. Tabor, The Jesus Dynasty. Tabor merujuk pada injil Thomas yang menurutnya tidak ada kisah tentang Yusuf atau the Virgin Birth. Namun rujukan ke injil Thomas tidak tepat karena dari analisis yang kritis oleh umumnya scholar, injil Thomas diberi tanggal pada kisaran abad ke-2, selain itu isi injil Thomas umumnya berupa kumpulan ucapan dan sangat sedikit narasi kisah yang melatarbelakangi ucapan2 tsb, mirip dengan Quran.
Ketiga, Amy-Jill Levine & Marc Zvi Brettler, The Jewish Annotated New Testament. Levine & Brettler menyebut rujukan ke tulisan Origen yang berisi kutipan perkataan Celsus. Rujukan ini juga tidak tepat karena tulisan Celsus nanti ditulis pada abad ke-2 mengacu pada tuduhan orang Yahudi diaspora tentang seorang prajurit Romawi bernama Panther yang dianggap menghamili Maria.
Keempat, David Stern, the Jewish New Testament. Stern memang scholar yang dikenal concern pada masalah latarbelakang Yahudi dari perjanjian baru, banyak manfaat yang bisa dipetik dari buku-bukunya tsb. Namun kita perlu cermat & kritis dalam membaca sebuah tulisan termasuk buku Stern. Mari kita lihat kutipan lengkapnya "...We’re not illegitimate children, like you (implied)! Apparently they knew something about the unusual circumstances of Yeshua’s birth. Compare 9:34; also Mattityahu 1–2, Luke 1–3 and notes there. Stern, D. H, Jewish New Testament Commentary : A companion volume to the Jewish New Testament, Clarksville, 1996. Frase "like you" adalah tafsiran Stern berdasarkan dugaannya bahwa para ahli Taurat tahu tentang latarbelakang kelahiran Yesus (Yeshua) yang tidak biasanya. Tetapi Stern tidak memberi data penunjang atas tafsirannya tsb kecuali menyebut ayat pembanding Yoh 8:41 dan catatannya tentang Matius 1-2 & Lukas 1-3.
Sekarang kita cek ayat pembanding yang disebut Stern, Yoh 9:34 Jawab mereka: "Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?" Lalu mereka mengusir dia ke luar". Ayat ini memberi kesan sebagai bukti yang kuat mengenai tuduhan the illegitimate birth, namun jika kita lihat konteksnya, ayat itu tidak ditujukan kepada Yesus melainkan ke orang buta yang disembuhkan Yesus. Pada saat itu orang Yahudi beranggapan penyebab terjadinya kebutaan itu karena dosa.
Yoh 9:24-33 Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu dan berkata kepadanya: "Katakanlah kebenaran di hadapan Allah; kami tahu bahwa orang itu orang berdosa."... Jawab orang itu kepada mereka: "Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang... Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa."
Yoh 9:34 Jawab mereka: "Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?" Lalu mereka mengusir dia ke luar.
Yoh 9:35 Yesus mendengar bahwa ia telah diusir ke luar oleh mereka. Kemudian Ia bertemu dengan dia dan berkata: "Percayakah engkau kepada Anak Manusia?"
Berdasarkan tafsiran Stern, M Ali mewacanakan perkataan ahli Taurat itu "We are not illegitimate children" sebagai sebuah Satire. Namun sebuah Satire biasanya menggunakan gaya bahasa hyperbolic dengan sasaran yang jelas. Perhatikan salah satu contoh Satire yang digunakan Yesus. Mat 7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.". Godaan untuk menambahkan frase "like you" seperti dikatakan Stern memang cukup kuat, jika kita begitu "terindoktrinasi" dengan pemahaman adanya tuduhan the illegitimate birth seperti yang disebutkan dalam Talmud. Namun akal jernih mencegah kita melakukannya, karena dari konteksnya memang tidak ada petunjuk ke arah sana.
Dengan demikian kita bisa simpulkan bahwa penafsiran Yoh 8:41 mengenai tuduhan atau sindiran atas latarbelakang kelahiran Yesus yang tidak biasanya, tidaklah tepat. Maka pernyataan Quran mengenai adanya tuduhan orang-orang Yahudi kepada Maria tidaklah memiliki dasar sejarah yang valid. Hal ini menunjukan pernyataan dalam Quran itu mengadopsi pemahaman dalam Talmud yang nanti berkembang kemudian. Berdasarkan data sejarah, pada masa Muhammad ada banyak orang Yahudi di Arabia khususnya Madinah sehinggga informasi seperti itu bisa didapatkan dari mereka.
Lihat Seri Diskusi
Dalam tulisan ini, kita akan mengkaji masalah issue seputar perzinahan itu pada masa Yesus. Apakah memang telah ada tuduhan seperti itu dilontarkan ke Yesus? M Ali mencoba membuktikan bahwa tuduhan itu ada dengan menggunakan teks Yoh 8:41 sebagai prooftext. Dia menguraikan panjang lebar argumentasinya pada tulisan Part 6 dengan mengutip pendapat beberapa bible scholar yg sesuai dengan posisinya.
Berikut ini teks Yoh 8:41 yg akan kita kaji.
Greek: ὑμεῖς ποιεῖτε τὰ ἔργα τοῦ πατρὸς ὑμῶν. εἶπαν αὐτῷ Ἡμεῖς ἐκ πορνείας οὐκ ἐγεννήθημεν, ἕνα Πατέρα ἔχομεν τὸν Θεόν.
Translit: hymeis poieite ta erga tou patros hymon. eipan auto Hemeis ek porneias ouk egennethemen, hena Patera echomen ton Theon
NIV: You are doing the works of your own father." "We are not illegitimate children," they protested. "The only Father we have is God himself.
KJV: Ye do the deeds of your father. Then said they to him, We be not born of fornication; we have one Father, even God.
Kata kunci yang jadi inti pembahasan adalah πορνείας (porneias) yang sejajar dengan kata zenut (Aramaic) & zanah (Hebrew). Untuk makna kata porneias, M Ali merujuk ke Cleon L. Rogers JR & Cleon L. Rogers III dalam bukunya The New Linguistic and Exegetical Key to the Greek New Testament, (Michigan: Zondervan Publishing House, 1998) dengan makna "fornication, unlawful sexual relation". Saya kira makna dasarnya memang seperti itu (fornication) sebagaimana diartikan oleh berbagai greek dictionary yang ada. Namun dalam penggunaannya kata ini juga digunakan secara metafor & figuratif, beberapa dictionary telah menambahkan makna figuratifnya seperti Thayer's Greek Lexicon ".. πορνείας is used metaphoricaly of the worship of the idols.." & Strong' Hebrew & Greek Dictionary "..πορνείας´ porneia por-ni'-ah From G4203; harlotry (including adultery and incest); figuratively idolatry: - fornication...". So.. makna seperti apa yg dimaksudkan dalam Yoh 8:41 kuncinya terletak pada konteks.
Dalam tulisannya tidak terlihat M Ali melakukan kajian atas konteks dari ayat tsb, melainkan langsung mencari rujukan ke bible scholars yang cocok dengan pendapatnya. Ada 4 (empat) bible scholars yg dikutipnya, sbb:
- Leon Morris, the Gospel According to John. Revised Edition. The New Inter ational Commentary on the New Testament (Cambridge, UK: William B. Eerdmans Publishing Company, 1995) "..They answer that they are not illegitimate children which is a very curious response. They may be reviling Jesus. While they would not have given countenance to the Christian doctrine of the Virgin Birth, the Jews may well have known that there was something unusual about the birth of Jesus and have chosen to allude to it in this way. There was of course a Jewish slander that Jesus was born out of wedlock (see the passage cited in R. Travers Herford, Christianity in Talmud and Midrash (London, 1903, p. 35ff)
- James D. Tabor, The Jesus Dynasty (New York: Simon & Schuster, 2006), "..many scholars have found in this crytic saying an echo of the ugly label that Jesus had faced throughout his life - namely that his mother Mary had become pregnant out of wedlock. The Gospel of Thomas has no birth stories or references to Joseph or to the virgin birth here in this text we appear to have some reflection of the illegitimacy story."
- Amy-Jill Levine & Marc Zvi Brettler, The Jewish Annotated New Testament (New York: Oxford University Press, 2011) "..We are not illegitimate, perhaps an implied contrast to Jesus' supposed illegitimacy (Origin, Cels 1.28)..".
- David H. Stern, Jewish New Testament Commentary: A Companion Volume to the Jewish New Testament, (Clarksville, USA: Jewish New Testament Publications, 1992), hal.183. "..We are not illegitimate children, like you (implied)! Apparently they knew something about unusual circumstance of Yeshua's birth...".
Saya telah men-survey berbagai buku/commentary (sekitar 60an buku) serta beberapa jurnal yg membhs Yoh 8:41 dan memang terdapat perbedaan pendapat memahami ayat tsb. Secara khususnya berkaitan dgn perkataan ahli Taurat, apakah bermaksud menyerang/menyinggung Yesus tentang latar belakang kelahiranNya atau tidak. Jika dicermati perbedaan pendapat ini terletak pada cara penafsirannya, mereka yang beranggapan adanya tuduhan the illegitimate birth terfokus pada teks dan mengaitkannya dgn pemahaman dlm Talmud & tulisan Celsus. Sedangkan yang lain lebih memperhatikan konteks dan dari konteksnya kata "porneias" diartikan secara figuratif/metafora.
Berikut ini kutipan dari beberapa scholars yang mengartikan teks itu berdasarkan konteks bahwa kata "porneias" diartikan secara figuratif/metafora berkaitan dgn penyembahan kepada Allah.
- Beasley-Murray, G. R. Vol. 36: Word Biblical Commentary, Dallas, 2002 "..Jesus has stated that the works of his Jewish opponents show that their father is not Abraham but another, as yet unnamed. To this they reply that they are not spiritual bastards but the children of God. Their language echoes that of Hosea, who had likened Israel’s idolatry to spiritual harlotry...."
- Carson, D. A, The Gospel according to John, Inter-Varsity Press-Eerdmans, 1991 "..It is not mere repetition of a biological fact. The Jews are advancing the argument by saying, in effect, that even in the moral and ethical realm, they measure up well enough to be considered the descendants of Abraham..."
- Adam Clarke, Commentary on the Whole Bible, 1832 "... We are not a mixed, spurious breed - our tribes and families have been kept distinct - we are descended from Abraham by his legal wife Sarah; and we are no idolaters.."
- Jamieson etc, Commentary Critical and Explanatory on the Whole Bible, 1871 ".. we have one Father, God — meaning, as is generally allowed, that they were not an illegitimate race in point of religion, pretending only to be God’s people, but were descended from His own chosen Abraham.."
Jika kita bandingkan kedua pendapat ini, pendekatan tafsiran berdasarkan konteks jauh lebih kuat dibandingkan berdasarkan setting sejarah yg merujuk ke Talmud. Sebenarnya tafsiran dengan memperhatikan setting sejarah juga penting, namun kita harus cermat melihat setting sejarah itu, apakah telah ada pada masa itu atau nanti muncul belakangan. Don Carson telah menuliskan buku yang membahas berbagai kesalahan-kesalahan eksegetis dengan judul Exegetical Falacies, Baker Academic, 1996, telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh penerbit Momentum thn 2009. Carson menyatakan "..setiap kata memiliki rentang semantik tertentu yang terbatas, dan oleh karena itu konteks membatasi atau membentuk arti sebuah kata.. secara linguistik, arti bukanlah miliki intrinsik sebuah kata.." Carson kemudian mengutip Nida "..arti adalah sekumpulan relasi di mana sebuah simbol verbal merupakan suatu tanda.." (Eugene A. Nida, Exploring Semantic Structures, Munich: Finch, 1975).
Talmud yang jadi rujukan nanti dikompilasi pada abad ke-4 dan terbukti detailnya tidak akurat, juga tulisan Celsus ditulis pada abad ke-2. Maka rujukan ini tidak bisa dijadikan setting sejarah dari peristiwa yang terjadi pada abad ke-1. Carson menyebutkan kesalahan seperti ini sebagai Anakronisme semantik ".. kesalahan ini muncul ketika penggunaan yang lebih terkini dari sebuah kata dimasukan ke dalam literatur yang lebih tua..". Dengan demikian setting sejarah ini anakronistik sehingga menafsirkan teks Yoh 8:41 mengacu pada hal ini merupakan tafsiran yang eisegesis.
Mari kita simak konteks dari teks tsb, untukitu kita perlu membaca keseluruhan perikopnya khususnya mulai ayat 31 s/d 48. Dalam dialog Yesus dengan orang-orang Yahudi itu, Yesus mengajarkan bahwa jika seseorang menerima firmanNya maka dia akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekannya (Ay 31-32). Mereka kemudian menjawab bahwa mereka adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun (Ay 33). Mereka keliru memahami perkataan Yesus khususnya pada kata "memerdekan" yg mereka pahami bahwa Yesus menganggap mereka belum merdeka atau menjadi hamba secara literal. Padahal yg Yesus maksudkan secara rohani yaitu hamba dosa.
Yesus kemudian menegaskan bahwa mereka memang keturunan Abraham secara fisik (ay 37), namun Yesus menganggap mereka bukan keturunan Abraham secara rohani. Hal ini dikatakan Yesus karena mereka menolak Dia yang telah mengerjakan kehendak Allah sebagaimana juga dilakukan oleh Abraham (ay 40). Sehingga Yesus mempertanyakan apakah Allah adalah bapa mereka (ay 41a "..pekerjaan bapamu sendiri..") secara implisit mengarah ke "bapa" yang lain merujuk ke Iblis atau penyembahan berhala (idolatry berupa zinah secara rohani). Ahli-ahli Taurat menolak anggapan Yesus itu dengan menyatakan bahwa Iblis bukanlah bapa mereka atau mereka tidak melakukan zinah rohani (idolatry) dan menegaskan bahwa Allah adalah bapa mereka (ay 41b).
Pada ayat selanjutnya semakin memperjelas hal ini, pada ayat 44 "..Iblislah yang menjadi bapamu.." sesuai dengan ay 41a tsb. Demikian pula ay 48 "..Orang-orang Yahudi menjawab Yesus: "Bukankah benar kalau kami katakan bahwa Engkau orang Samaria dan kerasukan setan?", Yesus dianggap sebagai orang Samaria dalam pengertian orang yg tersesat seperti Samaria dan kerasukan setan. Hal ini mempertegaskan bahwa ayat 41 tidaklah berbicara tentang zinah secara literal melainkan secara rohani.
Paul Meier salah satu giant dalam studi historical Jesus menyatakan tafsiran the illegitimate birth dalam Yoh 8:41 sebagai "..highly imaginative..". Sebagaimana ditulisnya dalam buku Meier, J. P. (1991). A marginal Jew, rethinking the historical Jesus: Volume one, The Roots of the Problem and the Person (228). New Haven; London: Yale University Press "... that Jesus is raising the question of their legitimate birth and that he is discussing their legitimacy in spiritual rather than physical terms (he admits that physically they are sons of Abraham), to see a hidden reference to Jesus’ physical illegitimacy in vv 39–41 is, in my opinion, highly imaginative..".
Dalam The IVP Bible background commentary, Craig S. Keener sebagai editornya juga menyatakan kritikannya "... Some scholars have also seen here an allusion to the later rabbinic charge against Jesus that his mother bore him to a Roman soldier rather than as a virgin, though this is not clear in this debate.) Keener, C. S., & InterVarsity Press. (1993). The IVP Bible background commentary : New Testament (Jn 8:41). Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press.
Sekarang kita coba analisis satu persatu dari referensi yang digunakan M. Ali.
Pertama Leon Morris, the Gospel According to John. Dalam tulisannya merujuk pada buku Travers Herford, Christianity in Talmud and Midrash. Tulisan Herford telah kita bahas sebelumnya dan Herford menegaskan rujukan mengenai Ben Stada itu tidak akurat karena pappus b. Judah sebagai suami Maria (Stada) hidup pada masa rabbi Akiba dan bukan pada masa Yesus.
Kedua James D. Tabor, The Jesus Dynasty. Tabor merujuk pada injil Thomas yang menurutnya tidak ada kisah tentang Yusuf atau the Virgin Birth. Namun rujukan ke injil Thomas tidak tepat karena dari analisis yang kritis oleh umumnya scholar, injil Thomas diberi tanggal pada kisaran abad ke-2, selain itu isi injil Thomas umumnya berupa kumpulan ucapan dan sangat sedikit narasi kisah yang melatarbelakangi ucapan2 tsb, mirip dengan Quran.
Ketiga, Amy-Jill Levine & Marc Zvi Brettler, The Jewish Annotated New Testament. Levine & Brettler menyebut rujukan ke tulisan Origen yang berisi kutipan perkataan Celsus. Rujukan ini juga tidak tepat karena tulisan Celsus nanti ditulis pada abad ke-2 mengacu pada tuduhan orang Yahudi diaspora tentang seorang prajurit Romawi bernama Panther yang dianggap menghamili Maria.
Keempat, David Stern, the Jewish New Testament. Stern memang scholar yang dikenal concern pada masalah latarbelakang Yahudi dari perjanjian baru, banyak manfaat yang bisa dipetik dari buku-bukunya tsb. Namun kita perlu cermat & kritis dalam membaca sebuah tulisan termasuk buku Stern. Mari kita lihat kutipan lengkapnya "...We’re not illegitimate children, like you (implied)! Apparently they knew something about the unusual circumstances of Yeshua’s birth. Compare 9:34; also Mattityahu 1–2, Luke 1–3 and notes there. Stern, D. H, Jewish New Testament Commentary : A companion volume to the Jewish New Testament, Clarksville, 1996. Frase "like you" adalah tafsiran Stern berdasarkan dugaannya bahwa para ahli Taurat tahu tentang latarbelakang kelahiran Yesus (Yeshua) yang tidak biasanya. Tetapi Stern tidak memberi data penunjang atas tafsirannya tsb kecuali menyebut ayat pembanding Yoh 8:41 dan catatannya tentang Matius 1-2 & Lukas 1-3.
Sekarang kita cek ayat pembanding yang disebut Stern, Yoh 9:34 Jawab mereka: "Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?" Lalu mereka mengusir dia ke luar". Ayat ini memberi kesan sebagai bukti yang kuat mengenai tuduhan the illegitimate birth, namun jika kita lihat konteksnya, ayat itu tidak ditujukan kepada Yesus melainkan ke orang buta yang disembuhkan Yesus. Pada saat itu orang Yahudi beranggapan penyebab terjadinya kebutaan itu karena dosa.
Yoh 9:24-33 Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu dan berkata kepadanya: "Katakanlah kebenaran di hadapan Allah; kami tahu bahwa orang itu orang berdosa."... Jawab orang itu kepada mereka: "Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang... Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa."
Yoh 9:34 Jawab mereka: "Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?" Lalu mereka mengusir dia ke luar.
Yoh 9:35 Yesus mendengar bahwa ia telah diusir ke luar oleh mereka. Kemudian Ia bertemu dengan dia dan berkata: "Percayakah engkau kepada Anak Manusia?"
Berdasarkan tafsiran Stern, M Ali mewacanakan perkataan ahli Taurat itu "We are not illegitimate children" sebagai sebuah Satire. Namun sebuah Satire biasanya menggunakan gaya bahasa hyperbolic dengan sasaran yang jelas. Perhatikan salah satu contoh Satire yang digunakan Yesus. Mat 7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.". Godaan untuk menambahkan frase "like you" seperti dikatakan Stern memang cukup kuat, jika kita begitu "terindoktrinasi" dengan pemahaman adanya tuduhan the illegitimate birth seperti yang disebutkan dalam Talmud. Namun akal jernih mencegah kita melakukannya, karena dari konteksnya memang tidak ada petunjuk ke arah sana.
Dengan demikian kita bisa simpulkan bahwa penafsiran Yoh 8:41 mengenai tuduhan atau sindiran atas latarbelakang kelahiran Yesus yang tidak biasanya, tidaklah tepat. Maka pernyataan Quran mengenai adanya tuduhan orang-orang Yahudi kepada Maria tidaklah memiliki dasar sejarah yang valid. Hal ini menunjukan pernyataan dalam Quran itu mengadopsi pemahaman dalam Talmud yang nanti berkembang kemudian. Berdasarkan data sejarah, pada masa Muhammad ada banyak orang Yahudi di Arabia khususnya Madinah sehinggga informasi seperti itu bisa didapatkan dari mereka.
Lihat Seri Diskusi