Diskusi tentang Yesus apakah bangkit sendiri atau tidak lagi marak saat ini. issue ini diangkat pak David Tong. Semula saya tidak akan menulis status tentang ini karena berpikir ini cukup bahasan internal dan issue ini bisa dimanfaatkan pihak lain melawan kekristenan. Namun setelah issue ini semakin ramai bahkan telah ditanggapi para scholars & apologet seperti pak Budi Asali, Esra Soru, Deky Nggadas, Muriwali, Albert Rumampuk dll, saya kira perlu juga ikut serta dlm diskusi ini.
Saya perlu tegaskan pak David Tong jelas mengimani Allah Tritunggal dan dia menyatakan bahwa Yesus sebagai Allah memiliki kuasa untuk membangkitkan diriNya sendiri, hanya saja menurut dia, Yesus tidak melakukannya. Dia gunakan istilah potentiallity vs actuallity. Berbeda dgn para polemikus yg menolak keilahianNya sehingga Yesus tidak bisa bangkit sendiri karena dianggap tidak ilahi. Sebagai masukan, utk issue-issue sensitif yg masih debatable berkaitan dgn doktrin primer sebaiknya tidak diangkat ke publik cukup di internal akademik saja.Posisi saya jelas seperti para scholars & apoleget lainnya bahwa Yesus sebagai manusia memang dibangkitkan Allah Bapa, namun sebagai Allah Dia terlibat aktif dalam kebangkitanNya. Rujukan paling jelas terdapat dalam Yoh 2:19 dan Yoh 10:17-18
Yoh 2:19 Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali."
Yoh 10:17 Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali.
Yoh 10:18 Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku."
Saya coba mengikuti & memahami argumentasi dari pak David Tong yang sangat menekankan pada kajian grammatikal terutama dari tulisan2 Paulus yg begitu jelas menyatakan Yesus "pasif" dalam kebangkitanNya. Rujukan utama pak David Tong dari tulisan Richard Gaffin & Geerhardus Vos. Tulisan ini akan fokus mengkaji referensi dari kedua scholars ini. Apakah Gaffin & Vos sependapat dengan posisi pak David Tong bahwa Yesus pasif dalam kebangkitanNya?.
Saya sdh lakukan riset cepat atas referensi yg digunakan pak David dan ternyata dia misreading atas posisi teologis Gaffin & Vos karena kurang melihat secara komprehensif tulisan2 mereka. Buku referensi yg digunakan berjudul Resurrection and Redemption: A Study in Paul's Soteriology, P & R Publishing, 1987, bisa saja cetakannya berbeda. Dalam buku itu Gaffin fokus mengkaji tulisan Paulus dan memang menurut Gaffin dalam tulisan Paulus tidak ada pernyataan Yesus bangkit sendiri atau terlibat aktif dalam kebangkitanNya sesuai yg dia kutip di halaman 63. "The notion that Jesus is active in his resurrection, if present here, is not supported else where in Paul.".
Pada halaman 65 Gaffin memberi konklusi atas pernyataan Paulus ".. In his resurrection Jesus is viewed as entirely passive. It is, strictly speaking, not a rising but being raised (96)". Namun konklusi ini tidak serta merta Gaffin langsung pada posisi teologis Yesus tidak aktif dalam kebangkitanNya, karena Gaffin memberi footnote no.96 yaitu perbandingan dgn pernyataan Yesus (Yoh 2:19, 10:17-18) serta rujukan ke scholar John Murray yg khusus mengkaji semua data dr pernyataan Yesus, Paulus dll. Dalam tulisannya, Murray tegaskan mengafirmasi Yesus sebagai Allah juga aktif dalam kebangkitanNya dan saya kira Gaffin sependapat dgn Murray. ".. Is there any support for the position that Jesus rose from the dead by the exercise of His own power?... the answer is emphatically in the affirmative". John Murray, Who Raised Up Jesus?, Westminster Theological Journal, 1941, p118.
Setelah memberi konklusi tentang Paulus, Gaffin menulis analysis selanjutnya "..This uniform stress on passivity and solidarity with believers in the experience of resurrection point..". Ini tentang solidaritas dengan orang-orang percaya yang akan dibangkitkan dan Yesus sebagai yg sulung dari kebangkitan, konteksnya jelas tentang kemanusiaan Yesus. Gaffin kemudian melanjutkan ".. Paul is not primarily interested in Jesus' resurrection for its apologetic value as an especially evident display and powerful proof of his divinity. Rather, to an anticipate major conclusions reached below, he views it as the vindication of the incarnate Christ...". Jelaslah pernyataan Paulus tentang Yesus pasif dalam kebangkitanNya berkaitan dengan inkarnasi Yesus atau natur kemanusiaanNya bukan natur keeilahianNya. Yesus sebagai manusia memang sehakekat dengan kita maka Dia dibangkitkan, tetapi jangan hanya fokus di aspek itu, karena Yesus juga sebagai Allah yg bisa dan aktif dalam kebangkitanNya.
Jika kita tidak cermat membaca buku Gaffin termasuk mengabaikan petunjuk dalam footnotenya, kita bisa misreading bahkan misleading atas posisi Gaffin. Untuk itu kita perlu melihat tulisan Gaffin lainnya, salah satunya ditulis di sebuah jurnal yg mengulas perbandingan peryataan Paulus dan Yesus. Richard B. Gaffin, Redemption and Resurrection: An Exercise in Biblical-Systematic Theology, Testamentum Imperium, An International Journal, Volume I 2005-2007, page 5-6.
"... God in his specific identity as the Father raises Jesus from the dead (Gal. 1:1, 2) Jesus is passive in his resurrection. This viewpoint is held without exception, so far as I can see. Nowhere does Paul teach that Christ was active in or contributed to his resurrection, much less that he raised himself; Jesus did not rise, but was raised from the dead. The stress everywhere is on the creative power and action of the Father, of which Christ is the recipient. To see a conflict here with statements such as that of Jesus in John 10:18 ('I have authority to lay [my life] down and authority to take it up again', NIV) is both superficial and unnecessary. The Chalcedon formulation proves helpful here: The two natures co-exist hypostatically (in one person), without either confusion or separation; Jesus expresses what is true of his person in terms of his deity, Paul expresses what is no less true in terms of his humanity..."
Dari penjelasan ini Gaffin menunjukan sepertinya ada konflik antara pernyataan Paulus & Yesus, tetapi "konflik" itu bisa dijelaskan merujuk pada dua natur Yesus sebagai Allah dan manusia. Pernyataan Yesus yaitu ekspresi dari natur keilahianNya sedangkan Paulus pada natur kemanusiannya. posisi Gaffin clear bhw Yesus sebagai manusia dibangkitkan sebagai penekanan pada aspek kemanusiaanNya dlm tulisan Paulus, namun Dia juga sebagai Allah aktif dlm kebangkitanNya.
Pak David Tong juga mengutip Geerhardus Vos berdasarkan kutipan dalam buku Gaffin halaman 64 ".. Nowhere is it said of Jesus that He Contributed towards his own resurrection, far less that Hes raised Himself". Kutipan ini bisa membuat orang misleading bahwa seakan-akan memang tidak ada data dalam Perjanjian Baru yg menunjukan Yesus bangkit sendiri. Dalam catatannya Gaffin merujuk pada buku Geerhardus Vos, The Pauline Eschatology halaman 147, mari kita lihat kutipan dalam buku Vos itu ".. the Pauline usage of speech concerning the resurrection... God the Father being the acting subject.. Nowhere is it said of Jesus that He contributed towards his own resurrection, far less that He raised Himself. His role is throughout that of the terminus upon whom God's resurretive action work". Geerhardus Vos, The Pauline Eschatology, P&R Publishing, 1979, p147.
Ternyata kutipan itu dalam konteks tulisan Paulus, kata "nowhere" bukan merujuk pada Injil dan seluruh PB. Posisi Vos sama seperti Gaffin tentang Paulus bahwa Yesus dibangkitkan Allah Bapa, tetapi bukan berarti mereka dalam posisi menolak Yesus aktif dalam kebangkitanNya, tentu setelah melihat data PB secara keseluruhan. Dalam buku Reformed Dogmatics yang ditulis Vos dan Gaffin sebagai editor begitu jelas mereka mengajarkan Yesus aktif dalam kebangkitanNya yaitu pada bagian di Pertanyaan No 53. Who was the acting cause in the resurrection of the Mediator?. Mediator yg dimaksud adalah Yesus sebagai pengantara antara Allah dan manusia.
Vos & Gaffin menuliskan ".. the power of His own life as Mediator that set the body in motion and caused it to rise..". Kalimat ini sangat jelas menyatakan Yesus dengan kuasaNya sendiri menyebabkan terjadinya kebangkitan. Mereka meyatakan itu sebagai karya Kristus dan merujuk ke Yoh 2:19, 10:17-18 .. so the resurrection can just as well be viewed as a work of Christ. He said, “Tear this temple down and in three days I will build it up again” (John 2:19); “I have power to lay it down (namely, life) and to take it up again” (John 10:18)". Geerhardus J. Vos (author), Richard Gaffin (Editor), Reformed Dogmatics: Volume 3 Christology, Lexham Press, 2015, Bab 5 State, No 53, page 229
Tentu saja mereka juga menyatakan Allah Bapa aktif dalam kebangkitan "...Generally and preferably it is attributed to God as the one who fashions it". Demikian juga dengan Roh Kudus "..the Third Person of the divine Trinity can also appear as the cause of the resurrection" dengan merujuk Rom 8:11. Secara keseluruhan mereka menegaskan ketiga pribadi Trinity terlibat aktif dalam kebangkitan Yesus "..the three persons act together".