Belajar Semangat & Cara Berapologetika Paulus

Banyak orang melihat Paulus hanya identik dengan penginjilan padahal dalam misi penginjilannya terdapat apologetika yang luar biasa. Tantangan yang dihadapi Paulus tidak hanya dari orang-orang sebangsanya pihak Yudaisme tetapi juga orang-orang Yunani & Romawi yang masih menganut paganisme dan filsafat ala Plato, Stoa, Epikurean dll. Bahkan tantangan dari kalangan orang percaya juga muncul seperti bidat nomianisme yang mengajarkan bahwa keselamatan tidak hanya lewat Kristus tetapi juga menjalankan Taurat. Syukurlah Konsili Yerusalem ikut menegaskan posisi Paulus yang sangat keras atas bidat ini seperti tercermin dalam suratnya Galatia. Dalam kesempatan ini, mari kita belajar semangat dan cara berapologetika Paulus melawan para penentangnya.

Kis 17:1 Paulus dan Silas mengambil jalan melalui Amfipolis dan Apolonia dan tiba di Tesalonika. Di situ ada sebuah rumah ibadat orang Yahudi.
Kis 17:2 Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci.
Kis 17:3 Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata: "Inilah Mesias, yaitu Yesus, yang kuberitakan kepadamu."
Kis 17:4 Beberapa orang dari mereka menjadi yakin dan menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas dan juga sejumlah besar orang Yunani yang takut kepada Allah, dan tidak sedikit perempuan-perempuan terkemuka.
Kis 17:5 Tetapi orang-orang Yahudi menjadi iri hati dan dengan dibantu oleh beberapa penjahat dari antara petualang-petualang di pasar, mereka mengadakan keributan dan mengacau kota itu. Mereka menyerbu rumah Yason dengan maksud untuk menghadapkan Paulus dan Silas kepada sidang rakyat

Paulus saat di Tesalonika mencari rumah ibadat atau sinagoge karena disitulah dia dapat bertemu dengan komunitas orang Yahudi diaspora. Tiap Sabat berturut-turut dia berupaya mengajarkan bagian-bagian kitab suci yaitu teks-teks nubuatan mesianik yang digenapi oleh Yesus sebagai Sang Mesias. Banyak orang Yahudi yang percaya termasuk orang Yunani yang convert ke Yudaisme atau yg sudah ikut menyembah YHWH. Namun ada yang menentang dan menjadi provokator untuk menyerang Paulus.


Jika di Tesalonika orang-orang Yahudi banyak yg jadi penentang, sebaliknya di Berea mereka lebih terbuka atau lebih baik hatinya. Semangat belajar firman mereka sangat tinggi dan kritis terhadap berbagai informasi dengan mengujinya berdasarkan kitab suci.
Kis 17:11 Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.
Kis 17:12 Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani.
Semangat orang Yahudi di Berea ini patut dicontoh oleh jemaat Kristen masa kini yaitu semangat mereka untuk belajar kebenaran firman Tuhan. Tantangan kembali dijumpai Paulus saat dia berada di Efesus karena ada orang-orang yang keras hati bahkan mengumpat kekristenan yang disebut sekte Jalan Tuhan saat itu.
Kis 19:8 Selama tiga bulan Paulus mengunjungi rumah ibadat di situ dan mengajar dengan berani. Oleh pemberitaannya ia berusaha meyakinkan mereka tentang Kerajaan Allah.
Kis 19:9 Tetapi ada beberapa orang yang tegar hatinya. Mereka tidak mau diyakinkan, malahan mengumpat Jalan Tuhan di depan orang banyak. Karena itu Paulus meninggalkan mereka dan memisahkan murid-muridnya dari mereka, dan setiap hari berbicara di ruang kuliah Tiranus.
Pada titik tertentu mereka yang sudah "kebal" itu harus ditinggalkan untuk memaksimal waktu yang ada menjangkau yang lain termasuk orang non Yahudi yang dijumpai Paulus setiap hari di ruang kuliah Tiranus.
"The detail about the lecture hall derives from local tradition. Paul is pictured here as a wandering philosopher" (Hans Concelman, Act of the Apostles, Hermenia, Fortress Press, 1988).
Pada pasal terakhir dalam kitab Kisah Para Rasul, Paulus tercatat melakukan diskusi dengan orang-orang Yahudi di Roma yang kemungkinan dilakukan pada masa-masa akhir sebelum dia dihukum mati oleh kaisar Nero.
Kis 28:23 Lalu mereka menentukan suatu hari untuk Paulus. Pada hari yang ditentukan itu datanglah mereka dalam jumlah besar ke tempat tumpangannya. Ia menerangkan dan memberi kesaksian kepada mereka tentang Kerajaan Allah; dan berdasarkan hukum Musa dan kitab para nabi ia berusaha meyakinkan mereka tentang Yesus. Hal itu berlangsung dari pagi sampai sore.
Kis 28:24 Ada yang dapat diyakinkan oleh perkataannya, ada yang tetap tidak percaya.
Dalam diskusi seharian itu Paulus menyajikan argumentasi tentang Yesus berdasarkan Torah & kitab para nabi. Sudah tentu dalam diskusi ini kembali membahas berbagai ayat-ayat dalam Tanakh sebagai prooftext nubuatan mesianik yang mengarah ke Yesus. Ada yang diyakinkan tetapi ada juga tetap tidak percaya. Saya membayangkan dalam konteks masa kini ibarat Dr. Michael Brown seorang Jewish believer & pihak Jewish Missionary lainnya yang coba menyakinkan orang Yahudi termasuk para rabbi-rabbinya. Ada yang percaya ditandai semakin besarnya kelompok jews messianic namun banyak juga yang menolak bahwa menentang keras dengan melakukan counter missionary. Jika di Efesus ada orang Yahudi yang sampai mencemooh Jalan Tuhan, mungkin kalau masa kini ibarat Rabbi Tovia Singer yang mengolok-olok kekristenan yang dianggap sebagai Avodah Zarah (idolatry)

Dalam kisah penginjilan Paulus, dia tidak hanya menyasar orang-orang Yahudi diaspora tetapi juga orang-orang non Yahudi yang sangat kuat dengan budaya paganisme & filsafatnya. Selain di ruang kuliah Tiranus di Efesus juga di Areopagus di Athena kota pusatnya para filsuf.
Kis 17:22 Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata: "Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa.
Kis 17:23 Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.
Dalam diskusi dengan orang2 Yunani itu termasuk para filsufnya, sepertinya dia kurang menyajikan prooftext ayat-ayat nubuatan mesianik dalam Torah & Kitab para nabi melainkan menggunakan pendekatan logis seperti dalam pembuktian eksistensi Allah. Mungkin dalam konteks modern seperti mendebat para ateist atau agnostic dengan Kalam/Cosmological Arguments & Teleological Arguments.

Pola berapologetika menghadapi berbagai filsafat yang kosong & palsu ini, juga dia ingatkan kepada jemaat melalui surat-suratnya.
2 Kor 10:5 Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,
Kol 2:8 Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.
Apa yang bisa kita pelajari dari hal ini? Kita bisa melihat semangat apologetika Paulus dalam penginjilannya, juga pendekatan apologetika yang dilakukan Paulus yang sifatnya kontekstual. Ada saat-saat dia memberitakan injil di ruang publik atau ditempat ibadah dengan menyajikan pesan-pesan secara apologetis sederhana. Namun ada saat dia menyiapkan waktu khusus untuk pembahasan secara mendalam bahkan diskusi seharian seperti saat di Roma.

Hal menarik lainnya saat berhadapan dengan orang Yahudi, pendekatannya tentu pada teks-teks mesianik dalam Tanakh yang biasa dikenal sebagai apologetika evidensial. Sebaliknya saat berdiskusi dengan orang Yunani atau Romawi pendekatan yang dia lakukan cenderung pada apologetika presaposisi. Saya kira kedua pendekatan apologetika ini sama-sama baik tinggal pemilihan pendekatannya disesuaikan dengan posisi lawan diskusi. Bahkan tidak jarang kita bisa menggunakan kombinasi keduanya.
Share: