Debat kata ECHAD dalam SHEMA (Ul 6:4) - ROUND 2

Lanjutan debat (Round 2) tanggapan Jimmy Jeffry (JJ) terhadap The Yeshiva Institute (TYI)
The Yeshiva Institute (TYI)
//JJ: Mengutip Michael Brown, misionaris kristen berbaju yahudi yang berargumen dengan logika dibalik. "...Actually, ’echad simply means “one,” exactly like our English word “one.” While it can refer to compound unity (just as our English word can, as in one team, one couple, etc.), it does not specifically refer to compound unity. On the other hand, ’echad certainly does not refer to the concept of absolute unity,.. In fact, there is not a single verse anywhere in the Bible that clearly or directly states that God is an absolute unity" Michael Brown , Answering Jewish Objection to Jesus, Volume Two, Baker Books, Grand Rapids, 2000 //
 Jelas disini Brown, seolah olah berpendapat bahwa makna asal dari kata “echad ” אֶחָד adalah compound unity, tetapi tidak di menutup peluang bahwa ada makna pelengkap yakni berkedudukan sebagai absolute unity karena menurut nya dalam Tanakh tidak pernah di katakan bahwa Tuhan itu satu yang absolut.


Argumen membalik logika ini adalah “kesalahan logis” / logical fallacy, karena karena makna asal “echad” adalah kata tunggal absolut karena hampir semua /mayoritas kata echad yang dipakai dalam Tanakh (800 +) bermakna tunggal absolut hanya sebagian kecil situasi bermakna jamak kesatuan. Kita bisa mengetahui dari konteks kata tersebut dalam kalimat. Tugas penganut paham tritarian lah yang harus menemukan tambahan informasi sebagai konteks yang menerangkan bahwa dalam Shema bahwa “echad” disini bernakna jamak bukan tunggal. Masalahnya kita tidak akan menemukan nya.

Tanggapan JJ
Belum apa-apa TYI telah memberi pernyataan bernuansa Ad Hominem Attack dengan menyebut Michael Brown sebagai "misionaris kristen berbaju yahudi". Padahal Michael Brown sendiri adalah seorang Yahudi (Jewish) yang memiliki posisi teologis yg berbeda dengan umumnya jewish lainnya, dikenal sebagai Messianic Jewish yang berbeda dengan Judaism Jewish. So.. Michael Brown bukan "berbaju" Yahudi karena memang dia native jewish, berbeda dengan pihak TYI yang non jewish namun keyahudi-yahudian :-)

Pihak TYI telah keliru memahami pendapat Michael Brown dengan mengatakan bahwa Michael Brown seolah-olah berpendapat asal kata Echad adalah compound unity. Padahal sangat jelas Michael Brown dalam bukunya tersebut (Answering Jewish Objection to Jesus, Vol 2) hanya menyatakan ".. Actually, ’echad simply means “one,” exactly like our English word “one"..." dan kata ini bisa merujuk pada composite/compound unity atau absolute unity.
Tuduhan dari pihak TYI mengenai argumen membalik logika, jelas tidak tepat. Karena tidak ada pernyataan bahwa makna asal dari kata Echad bermakna composite/compound unity. Memang benar kata Echad dalam banyak teks dimaknai sebagai absolute one, namun kata Echad juga bisa bermakna composite/compound unity pada teks tertentu. Semua ini tentu harus dilihat penggunaan kata yang dilekatkan dengan kata Echad serta konteks dari teks tersebut. Memang secara statistik kata Echad dalam pengertian absolute lebih banyak dibanding composite/compound, namun ukurannya bukan terletak pada data statistik tetapi pada konteksnya.

TYI
Rabbi Benyamin Abrahamson seorang rabbi orthodox di Yerusalem yang juga mendapatkan pengakuan dari para rabbi orthodox terkemuka di dunia. ketika di tanya mengatakan : Does the word echad mean"composite unity" as many Christians say.
Rabbi Ben Abrahamson replied: No not really. Like arabic, when used with a noun, it can mean a grouping together of things under one name. Like "sefer echad" means "one book", even though it has a cover, table of contents, chapters, etc. However, when used without a qualifier, as it is in Deut 6:4, it means "the source of all things". The One. The Creator all of creation. There are many other Torah verses that teach that God is also indivisible (Yachid).
Rabbi Ben Abrahamson also adds: "united oneness" is a strange term. Everything in this world, "one book", "one cup", "one house", "one tree" is one thing that is made up of parts. But this never applies to its essence. And when used as "One" without a noun, it means the Creator of everthing.

Tanggapan JJ:
Jika Michael Brown terkesan diberi stigma negatif "berbaju Yahudi" oleh pihak TYI, maka Rabbi Ben Abrahamson justru diapresiasi begitu tinggi oleh pihak TYI dengan menyatakan sebagai seorang rabbi yang mendapatkan "pengakuan" dari para rabbi orthodox terkemuka di dunia. Namun rabbi-rabbi orthodox terkemuka yang mana saja yang dimaksud pihak TYI ini?.
Justru Ben Abrahamson dipertanyakan status ke-rabbi-annya dalam forum Judaism berikut ini: http://messiahtruth.yuku.com/topic/.... Salah satu member (Prof. Mordochai ben-Tziyyon) menduga Ben Abrahamson memiliki kaitan dgn heretic Judaism yang kemudian dijawab oleh Ben Abrahamson. Menariknya dari jawaban Abrahamson dia menyatakan "..I am a historian, not a pulpit Rabbi". Namun oleh pihak TYI posisi Ben Abrahamson dibesar-besarkan dengan menyebut sebagai rabbi orthodox yang diakui oleh rabbi-rabbi orthodox terkemuka. Bahkan pihak Islam sendiri ada yang kritis terhadapnya dan justru beranggapan ajaran Ben Abrahamson berbahaya terhadap Islam karena mengusung konsep pluralisme agama. https://jalanibrahim.wordpress.com/...
Abrahamson menolak pendapat pihak kristen yang beranggapan Echad bermakna "composite/compound unity". Menurut Abrahamson kata Echad jika digabung dengan sebuah kata benda yang lain bisa bermakna sebagai sebuah grup dalam satu nama yang terdiri beberapa bagian. Dan jika kata Echad berdiri sendiri maka bermakna "the source of all things, The One, The Creator all of creation". Namun bagaimana Abrahamson tahu bahwa makna kata Echad yang berdiri sendiri harus diartikan seperti yang dia maksud?. Abrahamson juga menyatakan banyak ayat dalam Taurat yang mengajarkan bahwa Allah tidak terbagi (Yachid), namun pertanyaan balik kepadanya, mengapa Ul 6:4 tidak menggunakan kata Yachid?

Kata Echad bisa bermakna "absolute unity" seperti contoh berikut ini:
Kel 9:7 And Pharaoh sent, and, behold, there was not one of the cattle of the Israelites dead..
2Sa 13:30 ... Absalom hath slain all the king's sons, and there is not one of them left.
Namun kata Echad bisa dimaknai sebagai "composite/compound unity" seperti one nation (goy echad) dan one people (am echad).
2Sa 7:23 And what one nation (goy echad) in the earth is like thy people, even like Israel
Kej 34:16 ... and we will become one people (am echad)

Dari contoh ini maka kata Echad memang sudah tepat diartikan sebagai "satu/one" sebagaimana dinyatakan Michael Brown, tanpa harus dibatasi dalam pengertian satu dalam satu, tiga dalam satu, seribu dalam satu dsb. Apakah kata Echad bermakna absolute atau compound/composite unity tergantung dari konteks dan pasangan kata yang digunakan. Jika kata Echad berdiri sendiri seperti dalam Shema Ul 6:4 maka cukup memahaminya sebagaimana kata "satu/one" tanpa embel-embel dengan memasukan konsep doktrin trinitarian maupun unitarian. Michael Brown menolak kedua ekstrim tersebut "...Messianic Jews often claim that the Hebrew word for “one” that is used here, ’echad, actually means a compound unity, while traditional Jews often argue their case as if the word meant an absolute unity. Actually, ’echad simply means “one,” exactly like our English word “one.”.
Abrahamanson justru telah melakukan logical fallacy di sini (circular reasoning) yaitu dengan memasukan doktrin (unitarian) ke dalam teks (Ul 6:4) kemudian merujuk pada teks tersebut untuk membuktikan doktrinnya tersebut. Hal yang sama juga telah dilakukan oleh pihak TYI yang telah menyimpulkan kata Echad dalam Ul 6:4 dalam pengertian tunggal (absolute unity).

Pihak TYI menuntut Kristen untuk memberi tambahan informasi bahwa kata Echad itu bermakna jamak. Namun kami tegaskan bahwa tidak perlu mencari tambahan informasi karena memang kami tidak dalam posisi memahami kata Echad dalam Shema Ul 6:4 sebagai composite/compound unity. Karena dari kajian yang cermat, Echad dalam Shema bukanlah berbicara esensi dari Allah sebagai satu atau tiga. Dengan demikian pihak TYI lah yang harus mencari tambahan informasi untuk mendukung posisinya bahwa Echad dalam Shema berbicara masalah monotheisme, Allah sebagai absolute unity. Untuk mengetahui makna sebenarnya dari kata Echad dalam Ul 6:4 maka kita perlu mengetahui konteks dari teks tersebut, bukannya berspekulasi tanpa dasar seperti yang dilakukan Abrahamson dan pihak TYI.

TYI
//JJ: Mengutip pernyataan komentary Jewish Publication Society' : . "... the precise meaning of the Shema is uncertain and it permits several possible renderings. The present translation indicates that the verse is a description of the proper relationship between YHVH and Israel: He alone is Israel's God. This is not a declaration of monotheism, meaning that there is only one God. That point was made in 4:35 and 39, which state that 'YHVH alone is God.'…This understanding of the Shema as describing a relationship with God, rather than His nature". //
Kita belum bisa mem-verifikasi keakuratan kutipan tersebut, namun Jewish Publication Society BUKAN lah organisasi Yahudi orthodox. Edisi terjemahan Tanakh JPS 1917 malah itu terjemahan dengan agenda kristen, yakni adaptasi dari terjemahan KJV. Mengutip JPS kalau benar akurat tidak membuktikan apa-apa.

Tanggapan JJ
Silahkan diverifikasi kutipan tersebut, Dr. Jeffrey H. Tigay, The JPS Torah Commentary: Deuteronomy, The Jewish Publication Society; 1st edition (June 1, 2003). Jewish Publication Society terdiri atas para jewish scholar yang disegani, Jeffrey Howard Tigay sendiri adalah salah satu the best scholar untuk study Deuteronomy lulusan Jewish Theological Seminary of America & Yale University. Saya kira pihak TYI harus tahu diri untuk menilai kredibilitas mereka, apalagi dengan menuduh terjemahan pihak JPS berisi agenda Kristen. Silahkan buktikan tuduhan tersebut.

TYI
//JJ: Bahkan The Jewish Study Bible menegaskan bahwa klaim tentang pernyataan monotheism dalam Shema sebagai anakronistik. "..Modern readers regard the Shema as an assertion of monotheism, a view that is anachronistic. In the context of ancient Israelite religion, it served as a public proclamation of exclusive loyalty to YHVH as the sole LoRD of IsraeL". Sikap mem-blow up point tentang monotheism dalam Shema, digemakan kembali oleh The Yeshiva Institute, sebagai upaya mencounter konsep Trinity dalam Tanakh.//
Yng dimaksudkan sebagai “anakronistik” dalam catatan JSB adalah bukan dimaksudkan dalam penegrtian bahwa shema merupakan statement trinitarian yaitu hakekat Tuhan dengan 3 persona, namun ini adalah penegasan bahwa Tuhan Israel HANYA “SATU” yakni YHWH diantara tuhan -tuhan lain dengan huruf “t” kecil yang merupakan sesembahan kaum pagan.

Tanggapan JJ
Pihak TYI memutarbalikan pengertian dari kutipan dalam The Jewish Study Bible tersebut. Begitu jelas disebutkan bahwa yang disebutkan anakronistik adalah pandangan yang memasukan konsep monotheisme ke dalam Shema. Contoh pihak yang melakukan anakronistik yaitu pihak TYI dengan menyimpulkan konsep monotheisme dalam Shema, padahal Shema bukan berbicara masalah monotheisme, melainkan pengajaran tentang YHWH sebagai satu-satu Allah diantara berbagai allah/tuhan di sekitar bangsa Israel.

TYI
Berikut kami kutipkan JSB 2nd Edition. Oxford Uni Press: under the Shema /Ul 6:4 (emphasis mine)
“Almost certainly, the original force of the v., as the medieval Jewish exegetes in translators’ note b recognized, was to demand that Israel show exclusive loyalty to our God, Yhvh— but not thereby to deny the existence of other gods. In this way, it assumes the same perspective as the first commandment of the Decalogue, which, by prohibiting the worship of other gods, presupposes their existence (see 5.7 n.)” 
Jadi jelas disini JSB memberikan opsi bahwa pernytaan Shema membadingkan YHWW dengan tuhan sesembahan palsu / false gods BUKAN dengan Tuhan yang sesungguhnya apalagi “tuhan” yang kemudian yang berinkarnasi menjadi manusia.
Namun demikian JSB juga tidak menafikan kemungkina lain bahwa Shema adalah penegasan monotheisme seperti yang di mengerti oleh rabbi-rabbi Yahudi.
The first, older translation, which makes a statement about the UNITY and the INDIVISIBILITY of God, does not do full justice to this text (though it makes sense in a later Jewish context as a polemic against Christianity).

Tanggapan JJ
Jika kita membaca teks-teks kutipan tersebut secara utuh dalam The Jewish Study Bible (JSB), maka pihak The Jewish Study Bible telah memaparkan ada dua kemungkinan terjemahan dari Shema Ul 6:4 yaitu "The Lord is one" sebagai terjemahan versi lama (Jewish Publication Society/JPS) versus "The Lord alone" sebagai versi baru (New Jewish Publication Society/NJPS). Pihak JSB memang tidak menafikan adanya perbedaan terjemahan, nama posisi JSB jelas mendukung terjemahan versi baru (NJPS) "... The LoRD . . . alone: NJPS correctly departs from the more familiar translation, "The LORD [YHVH] our God, the LoRD is one". Terjemahan lama memang terkesan logis dalam konteks polemik Judaisme terhadap kekristenan. Tetapi pada saat lahirnya ayat tersebut jelas tidak ada konteks polemik seperti itu. Maka sudah tepat dikatakan bahwa pandangan yang memasukan konsep monotheisme ke dalam Shema merupakan anakronisme.
Pihak JSB juga menjelaskan bahwa terjemahan Echad sebagai One/Satu tidak jelas dan tidak match dengan beberapa ayat lainnya ..."But what it might mean to say that God is "one" is unclear, since that is not the same as affirming that there is only one God (Isa. 44.6; 45·5--?, 14, 18, 21; 46.9).". Bahkan pengertian Echad sebagai "alone" cocok dengan ayat Zak 14:9 "...NJPS thus properly understands "'ehad" to mean "alone," i.e., "exclusively." This interpretation receives support in the prophet Zechariah's interpreta-tion of this verse: "In that day there shall be one LoRD with one name" (Zech. 14.9 and translators'note d)".

TYI
//JJ: Jika kata Echad memang diartikan sebagai absolute one dalam Shema, lalu mengapa Rambam (Moses Maimonides) seorang rabi yang sangat dihormati pihak Judaism justru menggantikannya menjadi Yachid dalam tulisannya "The Second Principle of Faith". Hal ini menunjukan Rambam sendiri masih ragu dengan interpretasi Echad sebagai absolute one sehingga perlu menggantikannya menjadi Yachid...//

Bentuk jamak dari yachid: yachidim, digunakan hanya 1 x dan dipakai untuk manusia yang. (Mz 68:7). bentuk jamak dari echad, achadim אֲחָדִֽים , digunakan 5x , 3x meuujuk ke “hari” yamim achadim Kej 27:44, 29:20, & Dan 11:20. 2x merujuk pada banyak benda yang menjadi satu entitas. Kej 11:1 - Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu ucapannya [dvarim ahadim]. Yehzk 37:17 - Gabungkanlah keduanya menjadi satu papan, sehingga keduanya menjadi satu dalam tanganmu [vhayu lachadim וְהָי֥וּ לַאֲחָדִ֖ים] dalam tanganmu. Jadi bentuk jamak achadim dipergunakan untuk menggambarkan bentuk jamak kesatuan/compound unity. Jadi jelas walaupun yachid digunakan dalam bible ibranim selalu dalam kontetx BUKAN tunggal absolute unity "ONE". Besar kemungkinan kemudian karena pengaruh bahasa Aram yang merupakan bahasa sehari-hari Eretz Yisrael pasca pengasingan di Babylonia, kemudian yachid juga dipakai untuk menunjukkan makna absolute unity. Seluruh penggunaan dari kata yachid dalam Tanakh ada dalam kitab2 sebelum bahasa Aram diadopsi menjadi bahasa di Eretz Yisrael. Disini menunjukkan makna kata bisa berubah dan ada perluasan makna dari kata yachid.

Bisa jadi kemudian yang menjadi pertimbangan Rambam, yang hidup 1000 tahun pasca kanonisasi Tanakh, tinggal di masa dimana era beliau hidup sudah tercemar makna Shema oleh pengaruh penganut paham trinitarian, bisa jadi di pilih nya kata Yachid dalam penjelasan Shema untuk melindungi dan membedakan Shema dari pengertian yang menyimpang dari Tauhid /monotheism.

Tanggapan JJ
Pihak TYI dalam kajian leksikalnya terhadap kata Echad & Yachid, terlihat berupaya mempertahankan kata Echad dalam bentuk tunggal bermakna absolute unity. Dan untuk makna compound unity menggunakan bentuk jamak (achadim). Selanjutnya mempertanyakan makna kata Yachid sebagai absolute unity dengan beranggapan bahwa kata tersebut ".. selalu dalam kontex BUKAN tunggal absolute unity" dan mengajukan tesis bahwa kata Yachid dengan makna absolute itu akitab dari pengaruh Aramik.

Terlihat kajian leksikal pihak TYI cukup meyakinkan, kajian model seperti ini memang typical TYI berupa penyajian kajian linguistik bahasa-bahasa semitik. Namun jika dicermati kajian ini cenderung "diarahkan" untuk mendukung posisi teologis mereka.
Pihak TYI menyajikan daftar ayat yang berisi kata jamak dari Echad (achadim), 3 ayat merujuk ke "hari" dan 2 ayat lainnya merujuk pada beberapa benda menjadi satu entitas. Kemudian memberikan point bahwa bentuk jamak ini (achadim) digunakan untuk makna compound unity. Namun masalahnya apakah semua kata Echad dalam Hebrew dengan suffix -im harus berarti compound unity dan yang tanpa suffix -im berarti absolute unity?

Dalam Yeh 37:17 memang terdapat lebih dari satu noun yaitu dua papan kemudian digabung menjadi satu papan. Namun dalam Kej 11:1 justru tidak mengindikasikan adanya penggabungan (compound), Kej 11:1 And the whole earth was of one language, and of one speech. Frase "one language" translit text Ibraninya "sapah ehat" dan frase "one speech" translitnya "udevarim ahadim". Frase one speech dan one language jelas sejajar, maka kata "ahadim" dengan suffix -im sejajar dengan kata ehat tanpa suffix -im. One language ini bukanlah hasil penggabungan lebih dari satu bahasa. Sehingga point dari TYI yang mencoba menjustifikasi bahwa untuk compound unity dari kata Echad harus menggunakan suffix -im menjadi gugur. Penggunaan suffix -im dalam kaidah bahasa Ibrani bisa berarti plurality atau bisa juga dalam pengertian singular intensity. Demikian pula sebaliknya kata Echad tanpa suffix -im bisa juga bermakna compound atau composite unity. Misalnya frase "goy echad" (one nation) dalam 2 Sam 7:23 dan frase "am echad" (one people) dalam Kej 34:16. One people bermakna compound/composite unity yaitu terdiri atas individu-individu bagian dari one people tersebut. 
Selanjutnya kata Yachid yang originalitas maknanya sebagai absolute unity dipertanyakan pihak TYI. Sayangnya sikap apriori dari pihak TYI tidak ditunjang data biblikal, justru data yang ada menunjukan sebaliknya.

Berikut ini daftar ayat yang menggunakan kata Yachid..
Kej 22:2 Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak...
Hak 11:34 ... Dialah anaknya yang tunggal; selain dari dia tidak ada anaknya laki-laki atau perempuan.
Ams 4:3 Karena ketika aku masih tinggal di rumah ayahku sebagai anak, lemah dan sebagai anak tunggal bagi ibuku,
Zak 12:10 "Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung. 

Semua contoh penggunaan kata Yachid ini bermakna absolute unity, tidak ada satupun kata ini digunakan untuk pengertian compound/composite unity. Tesis pihak TYI bahwa ada perluasan makna dari kata Yachid karena pengaruh Aramik, juga tidak beralasan. Penggunaan kata Aramik dalam Tanakh terdapat dalam beberapa bagian di kitab Daniel & Ezra. Contoh-contoh ayat di atas tidak ada satupun yang terdapat dalam kedua kitab tersebut. Bahkan dari konteksnya, kata Yachid sudah tepat dipahami dalam pengertian absolute unity yang oleh LAI diterjemahkan dengan kata "tunggal".
Berdasarkan data biblikal inilah, Maimonides atau Rambam telah menyadari makna kata Yachid yang SELALU absolute unity sehingga dia memilih menggunakan kata Yachid bukannya Echad dalam perumusan pengakuan iman yang disusunnya. Sebenarnya kata Echad bisa bermakna absolute unity dan juga compound/composite unity. Namun untuk mempertegas posisi teologis Rambam, maka dia memilih kata Yachid.

Kembali ke Shema Ul 6:4, jika kata Echad dalam Shema ini bermakna absolute unity, maka yang tepat seharusnya Yachid. Karena kata Echad sendiri bisa digunakan untuk makna absolute atau compound/composite unity. Lalu mengapa perkataan Allah kepada Musa menggunakan kata Echad bukan Yachid, jika memang ayat itu mengajarkan tentang monotheisme yang absolut?
Kajian-kajian dalam jawaban balik ini bertujuan untuk menyanggah konsep pihak TYI yang memahami kata Echad dalam Shema sebagai absolute unity. Termasuk menolak pemahaman pihak TYI bahwa Shema UL 6:4 mengejarkan tentang Monotheisme. Namun bukan berarti kami menolak Monotheisme Allah, karena ajaran kekristenan meneguhkan prinsip monotheisme ini sebagai salah satu pilar utama dalam doktrin Trinitas. Namun dalam mengkaji teks Alkitab, kita harus fair & jujur pada makna sebenarnya dari teks dengan tidak memasukan pemahaman dari luar ke dalam teks (eisegese). Kata Echad dalam Shema Ul 6:4 tidak sedang mengajarkan tentang esensi Allah apakah Dia absolut unity atau composite unity, dari konteksnya ayat ini berisi pengajaran tentang YHWH yang unik dan berbeda dengan allah/tuhan yang lain. Sehingga pihak kekristenan tidak perlu berspekulasi bahwa Shema ini mengandung pengajaran tentang Trinity. Demikian pula sebaliknya, pihak yang anti Trinity, tidak bisa menjadikan ayat ini sebagai proof text untuk menentang Trinity.
Dari kajian ini, doktrin Trinity masih tetap stand dari gugatan pihak TYI, yang menggunakan Shema Ul 6:4 sebagai peluru untuk menyerang doktrin Trinity.

TYI
//JJ: Kekristenan tidak hanya terfokus pada kata Echad karena interpretasi trinitarian terhadap hakekat Allah masih bisa dijumpai dalam Tanakh, seperti penggunaan term Memra & Shekhinah serta perihal Intermediary figures dalam Tanakh. Richard Bauckham dalam bukunya Jesus and the God of Israel: God Crucified and Other Studies on the New Testament's Christology of Divine Identity, Paternoster, London, 2008 telah mengkaji dan menyimpulkannya " Two categories of intermediary figures can be distinguished. One has been called principal angels and exalted patriarchs.²³ .. The second category of intermediary figures consists of personifications or hypostatizations of aspects of God himself, such as his Spirit, his Word and his Wisdom... In my view, the Jewish literature in question for the most part unequivocally excludes the figures in the first category from the unique identity of God, while equally unequivocally includes the figures in the second category within the unique identity of God.//

Upaya kristen untuk mencari justifikasi keyakinan trinitas di ajaran yahudi seperti “Two categories of intermediary figures “ dan "two powers in heaven" terlalu di cari-cari. Dalam sejarah nya umat Yahudi pernah melakukan tindakan yang menyimpang dari akar tradisi Yudaisme yang asli yaitu Tauhid. Mereka bahkan pernah menyembah “golden calf” anak lembu emas. Tentu saja ini bukan berarti ini ajaran mereka yang asli dari Tuhan nya Abraham atau Musa.

Tanggapan JJ
Sepertinya pihak TYI sudah apriori terhadap kajian masalah ini yang dilakukan Bible Scholar yang berbeda pemahaman teologis dengannya. Richard Bauckham telah mengkajinya secara cermat mengacu pada berbagai literatur kuno seperti tanakh dari berbagai versi (masoret text, LXX etc) dan dokumen extrabiblikal lainnya seperti jewish pseudographa, jewish apokriph, dead sea scrolls dll. Berikut ini kutipan lebih lengkap dari buku Richard Bauckham tersebut tentang apa yang dimaksud kategori pertama dan kedua.

Two categories of intermediary figures can be distinguished. One has been called principal angels and exalted patriarchs.²³ These are angelic or human figures who play a very important role in God’s rule over the world. They are either very high-ranking angels, such as Michael in the Qumran literature or Yahoel in the Apocalypse of Abraham, or human figures such as Moses in the work of Ezekiel the Tragedian or the Son of Man in the Parables of Enoch (if it is correct to think that that work identifies the Son of Man with Enoch exalted to heaven). The second category of intermediary figures consists of personifications or hypostatizations of aspects of God himself, such as his Spirit, his Word and his Wisdom. 

Kategori pertama seperti malaikat Michael, Yahoel memiliki peran yang tinggi dibanding malaikat-malaikat lainnya, namun menurut Bauckham orang Yahudi tidak memahaminya sebagai bagian dari identitas Allah. Berbeda dengan his Spirit, his Word dan his Wisdom yang bagian dari identitas Allah. Doktrin Trinity dalam kekristenan jelas merujuk pada kategori kedua dari "intermediary figures" tersebut. Argumentasi singkat pihak TYI yang mengangkat point tentang Golden Calf terlihat bukan perbandingan yang seimbang (apple to apple), karena Golden Calf jelas-jelas dipahami sebagai berhala yang tidak pernah diperhitungkan sebagai bagian dari "intermediary figures".
So justru point bantahan "golden calf" ini yang terkesan dicari-cari :-)

TYI
Mengutip pandangan Pakar perjanjian baru yang juga evangelical spt Bauckham, Professor Dale C. Allison Jr. dalam bukunya “The historical Christ and the Theological Jesus” ,
Christian tradition sometimes attests the notion that one can encounter the divine reality revealed in Jesus of Nazareth without knowing anything about him. The second-century Christian apologist Justin Martyr, rewriting ideas he learned from the Stoics, urged that Jesus was the Word or Logos, "of whom every tribe of men and women partakes; and that "those who [before Jesus came] lived their lives with the Logos were Christians, even if they were reckoned to be atheists, such as, among the Greeks, Socrates, Heraclitus, and those like them' (1 Apology 46). 

Tradisi trinitarianisme selalu mencari-cari pembenaran terhadap Tuhan yang “menjelma” menjadi manusia dalam pemikiran2 paganisme Helenisme dan menjadikan pemahaman itu sebagai model seperti pandangan helenisme “logos”.

Tanggapan JJ
Dale Allison telah menyajikan pemikiran dari salah seorang bapa gereja Justin Martyr tentang realitas keilahian Yesus. Pemikiran Justin Martyr memang agak unik dibanding bapa2 gereja lainnya pada masa itu, sehingga Dale Allison merujuk pada Justin Martyr sebagai salah satu tradisi kekristenan yang memahami keilahian Yesus dari pendekatan yang berbeda. Karena dialah yang pertama mencoba mempertemukan pengajaran kekristenan dengan filsafat Yunani.

Justin Martyr berasal dari keluarga Yunani dan banyak belajar dari para filsuf Yunani dari berbagai aliran seperti aliran Aristoteles, Stoa, Pythagoras dan akhirnya mengenal kekristenan percaya pada Kristus. Justin Martyr mencari pendekatan antara kekristenan dan filsafat Yunani, dengan prinsip bahwa kekristenan adalah pemenuhan segala yang terbaik dalam filsafat. Tetapi Justin juga kritis terhadap filsafat Yunani yang bertentangan dengan kekristenan. Saya kira tidak semua filsafat itu bertentangan dengan ajaran Kristen & Justin Martyr tahu membedakan hal ini.
Silahkan uraikan bagaimana pandangan helenisme tentang "logos", apakah sama persis dengan konsep logos yang dipahami Justin Martyr?.

Dari kajian yang cermat justru pengajaran tentang keallahan Yesus (Logos) justru berakar dalam budaya Yahudi dibanding Yunani, seperti penyebutan Memra Elohim dalam Targum yang adalah Elohim itu sendiri. Penggunaan term Yunani tidak berarti maknanya harus sama dengan makna term tersebut dalam konteks budaya Yunani.

TYI
Dr. David M. Litwa Pakar bahasa Yunani dan perjanjian baru lainnya dalam bukunya Iesus Deus: The Early Christian Depiction of Jesus as a Mediterranean God mengatakan : Christians constructed a divine Jesus with traits specific to deities in Greco-Roman culture.
Jadi paham trinitas ini adalah paham yang bukan asli dari akar Yahudi namun penagruh Paganisme.

Tanggapan JJ
Konsep David Litwa yang menghubungkan ajaran tentang keilahian Yesus dengan budaya paganisme Greco-Roman, sudah cenderung "out of date".
"...These historians claim that Hellenistic Christians were responsible for the confession of Jesus’ divine sonship, and that they understood Jesus to be Son of God along the lines of the “divine man” (theios aneµr; see Divine Man/Theios Aner), a heroic miracle-worker. This understanding of the origin of the title in christology is today generally rejected..". Green, Joel G.; McKnight, Scot; Marshall, I. Howard; editors, Dictionary of Jesus and the Gospels, (Downer’s Grove, IL: InterVarsity Press) 1998, c1992.
Pihak TYI mencoba mendaur ulang pemahaman libelar scholars untuk menyerang kekristenan. Namun berkat semakin banyaknya penemuan2 archaeology seperti penemuan Dead Sea Scrolls, justru semakin meneguhkan kebenaran Bible. Termasuk semakin menjustifikasi beberapa pengajaran inti kekristenan seperti konsep Son of God & Divine Messiah yang justru membuktikan berakar pada budaya Yahudi dibanding paganisme Greco-Roman.
Kajian detail ini tentang hal ini silahkan lihat tulisan tentang Jesus Son of God http://apologiakristen.blogspot.co.id/...

TYI
///JJ: Daniel Boyarin, seorang Jewish Scholar telah mengkaji konsep kekristenan tentang hakekat Allah. Walaupun dia tidak percaya Yesus, namun dari hasil kajiannya dia menyatakan konsep kekristenan itu bukanlah konsep "un-jewish". "..Jews will have to stop vilifying Christian ideas about God as simply a collection of “un-Jewish,” perhaps pagan, and in any case bizarre fantasies. GOD IN A HUMAN BODY indeed! Recognizing these ideas as deeply rooted in the ancient complex of Jewish religious ideas may not lead us Jews to accept them but should certainly help us realize that Christian ideas are not alien to us;". (kapitalisasi teks - by me).Daniel Boyarin, The Jewish Gospels: The Story of the Jewish Christ, New York: The New Press, 2012.///

Thesis yang diajukan oleh Boyarin tentang adanya akar Yahudi dalam kitab gospel perjanjian baru sebenarnya di salah artikan oleh kristen seolah olah mereka yahudi era second temple percaya adanya Tuhan yang menjelma menjadi manusia /reinkarnasi. Hal ini jelas mengaburkan apa yang Boyarin maksudkan sebenarnya. Titik berat dari Boyarin dalam bukunya adalah sekitar analisa text Daniel 7, sekitar sosok “Son of man” dalam kaitan nya dengan kepercayaan tentang konsep Metatron atau Malakh Hashem yang terelevasi menjadi sosok lesser God atau divine being. Ini sangat berbeda dengan konsep trinitarianisme. Juga mengapa tidak ada sekte judaism yang menjadi pengikut paham binitarianisme membuktikan thesis yang diajukan para pakar itu disalah gunakan oleh kristen.

Tanggapan JJ
Memang benar pemahaman Boyarin tidak sama persis dengan konsep Trinitarian dari kekristenan. Namun prinsip dasar tentang Allah menjadi manusia bukanlah hal yang asing dalam budaya Yahudi, inilah point yang didapatkan dari tulisan Boyarin. ".GOD IN A HUMAN BODY indeed! Recognizing these ideas as deeply rooted in the ancient complex of Jewish religious ideas". Pernyataan Boyarin ini begitu jelas dan eksplisit bukan "seolah-olah" seperti anggapan pihak TYI.
Fokus kajian Boyarin pada term "Son of Man" dalam Daniel 7 yang disebut Boyarin sebagai figur ilahi. Daniel 7 oleh Boyarin dianggap sebagai bukti tentang adanya pemahaman Binitarian dari bangsa Israel kuno sampai memasuki era the second temple. ...There are thus two legacies left us by Daniel 7: it is the ultimate source of “Son of Man” terminology for a heavenly Redeemer figure, and it is also the best evidence we have for the continuation of a very ancient binitarian Israelite theology deep into the Second Temple period".

Bahkan dari bukti extrabiblikal, Boyarin menunjukan figur seperti Yaho'el termasuk di masa berikutnya Metatron, dianggap sebagai YHWH. "...Some of the ancient guises of the younger god found in Jewish texts of the Second Temple period and later, especially “the Little Yahu,” Yahoʾel,” indicate his extrabiblical identity as YHVH.²⁷ It is the power of that myth that explains the continuing life of Jewish binitarianism into Christian Judaism and vitally present in non-Christian Judaism as well (Little Yahu as a name for the divine vice-regent; Meṭaṭron appearing as late as the Byzantine period in a Hebrew Jewish text).

TYI
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, orang-orang Yahudi dalam 3000 tahun perjalanan tradisi mereka sudah melalui banyak sekali fase dan penyimpangan yang dilakukan sebagian atau keseluruhan dari mereka. Bahkan mereka pernah menyembah tuhan-tuhan sesembahan palsu seperti lembu emas, tentu saja bukan berarti ini ajaran tauhid yang asli dari Tuhan nya Abraham atau Musa. Inilah yang disampikan oleh Boyarin. DIa menilai dalam tradisi panjang Yudaisme terjadi nuansa ide-idea agama rumit yang kemudian salah satu nya menjadi cikal bakal tradisi kristen. Namun sebagai orang yahudi othodox Boyarin tentunya melihat ide-ide selain dari Tauhid Murni itu sebagai penyimpangan dari ide tentang ketuhanan yang asli.

Tanggapan JJ
Masalah apakah Boyarin percaya atau tidak terhadap Kristus, bukanlah hal substansi di sini. Tetapi fokus kita melihat pada hasil kajian akademik dari Boyarin yang menunjukan bahwa konsep kekristenan tentang Allah menjadi manusia bukanlah hal asing dalam budaya Yahudi. Sekaligus membantah anggapan bahwa konsep ini berasal dari paganisme Greco-Roman.

Pihak TYI mencoba mendiktekan posisi Boyarin dengan mengeksploitasi sentimen keagamaan dengan kalimat "...Namun sebagai orang yahudi othodox Boyarin tentunya melihat ide-ide selain dari Tauhid Murni itu sebagai penyimpangan dari ide tentang ketuhanan yang asli...". Tetapi Boyarin sedang mengkaji masalah ini secara akademik & dia meneguhkan prinsip dasar itu "..GOD IN A HUMAN BODY ..". Nah.. masalah hanya terletak pada: apakah "God in a human body" telah terjadi dalam kekristenan atau tidak dan Boyarin tidak percaya hal ini terjadi dalam kekristenan.

TYI
Boyarin mengatakan (The jewish gospels) : Just as seeing an ancient Roman wall built into a modern Roman building enables us to experience ancient Rome alive and functioning in the present, this fragment of ancient lore enables Jews of the centuries just before Jesus and onward to vivify in the present of their lives this bit of ancient myth. 

Tentu sah-sah saja jika dia menilai ide-ide tersebut lahir dari mosaik pemikiran orang-orang Yahudi juga. Saya sendiri menilai pendekatan Boyarin terlalu pukul rata. Hal yang mengagetkan adalah dalam buku itu (The jewish gospels) Boyarin membuka suatu peluang kemungkinan pengaruh Tuhan pagan Kanaan seperti Baal dalam ide-ide tentang Tuhan dalam Tanakh dan juga ada nya konflik teologis dalam penyusunan kitab suci tersebut. Kita yakin kaum kristen tidak akan mengakui ide yang diajukan Boyarin ini.

Tanggapan JJ
Mari kita lihat secara utuh kutipan pihak TYI dari tulisan Boyarin: "..The Messiah-Christ existed as a Jewish idea long before the baby Jesus was born in Nazareth. That is, the idea of a second God as viceroy to God the Father is one of the oldest of theological ideas in Israel. Daniel 7 brings into the present a fragment of what is perhaps the most ancient of religious visions of Israel that we can find. Just as seeing an ancient Roman wall built into a modern Roman building enables us to experience ancient Rome alive and functioning in the present, this fragment of ancient lore enabled Jews of the centuries just before Jesus and on- ward to vivify in the present of their lives this bit of ancient myth.."

Begitu jelas Boyarin menyatakan bahwa konsep The Messiah-Christ merupakan pemikiran Yahudi yang telah ada jauh sebelum Yesus lahir. Pemikiran Boyarin adalah hasil dari kajiannya yang mendalam terhadap berbagai dokumen biblikal & extrabiblikal. Jika pihak TYI berpendapat Boyarin terlalu pukul rata, maka silahkan berikan kajian tandingan terhadap pendapat Boyarin.
Penyebutan Baal dalam tulisan Boyarin bukanlah pendapat Boyarin tetapi kutipan langsung dari penulis lain (Emerton). Khususnya pada bagian footnote tentang Yaho'el yang berisi berbagai pendapat tentang hal ini termasuk pendapat Emerton. Boyarin justru tidak tertarik point tentang Baal ini, kelihatnya pihak TYI kembali berasumsi dengan memasukan pendapatnya dengan mengatasnamakan Boyarin.

Penutup (JJ)
Dari seluruh kajian ini, tesis pihak TYI tentang kata Echad dalam Shema untuk menyerang kekristenan dibangun atas dasar yang rapuh. Kajian yang cermat terhadap Shema, justru tidak mendukung posisi mereka. Karena memang pengertian Echad dalam Shema tidak mendukung siapa-siapa, baik Echad dengan makna absolute unity maupun compound/composite unity.
Jika kita mengeksplorasi lebih dalam terhadap tanakh serta berbagai dokumen extrabiblikal, termasuk membandingkan pendapat beberapa bible scholar. Pengajaran tentang Trinity & keilahian Yesus justru berakar dalam budaya Yahudi dibanding budaya paganisme Greco-Roman. Bantahan dari pihak TYI terhadap point-point ini justru lemah, malah cenderung tidak sesuai dengan maksud penulis buku referensi tersebut.

Masih ada beberapa point lagi yang bisa diajukan untuk memperkuat konsep bahwa ajaran kekristenan berakar pada budaya Yahudi seperti konsep tentang Shekinah, Memra Elohim dll. Sebaiknya setiap point perlu dibahas tersendiri agar pembahasannya menjadi fokus.
Shallom.
Share:

Tidak ada komentar: