Yesus Anak Allah secara Biologis?

Polemikus Muslim bernama Arda Chandra telah menulis artikel berjudul Kehamilan Perawan Maria versi Alkitab dan Alquran https://answeringkristen.wordpress.com/kehamilan-perawan-maria-versi-alkitab-dan-al-qur%E2%80%99an/. Polemikus tersebut mencoba membuktikan dari Bible bahwa penyebutan Yesus sebagai Anak Allah memang benar dalam pengertian anak secara biologis/fisik yaitu dalam konteks kehamilan Maria yang dianggap telah "dihamili" Allah. Benarkah tafsiran demikian? kita akan mengujinya secara cermat dengan mengeksesis ayat-ayat yg digunakan serta melihat konteks penyebutan Anak Allah tersebut. 

Sebelumnya kita simak dulu bagaimana pandangan Quran terhadap masalah Anak Allah ini, dalam ayat-ayat Quran berikut ini yang dikutip Arda Chandra dalam tulisannya.

[2:116] Mereka (orang-orang kafir) berkata: “Allah mempunyai anak”. Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya.
[10:68] Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata: “Allah mempuyai anak”. Maha Suci Allah; Dia-lah Yang Maha Kaya; kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang di bumi. Kamu tidak mempunyai hujjah tentang ini. Pantaskah kamu mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?
[19:35] Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia.
[23:91] Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu,
[37:152] “Allah beranak”. Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta.

Selanjutnya Arda Chandra mengatakan "...Dari rentetan ayat tersebut, jelas Al-Qur’an menyatakan penyangkalan tentang status ‘anak Tuhan’, termasuk seperti yang terdapat dalam ajaran Kristen, karena status ‘anak Tuhan’ memang merujuk kepada ‘Tuhan beranak’ seperti halnya manusia atau binatang beranak".

Jadi jelaslah bahwa Arda Chandra meneguhkan pemahaman bahwa yang dimaksud Anak Allah atau Anak Tuhan dalam Quran merujuk pada anak secara biologis/fisik. Pemahaman anak secara biologis ini semakin terang benderang dengan penyebutan Allah yang tidak beristri dan Allah tiada beranak pada ayat-ayat lain dari Quran. Berikut ini ayat-ayat Quran yang menyebutkan hal tersebut ini:

Al Jin 3. dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristeri dan tidak (pula) beranak. 
Al Ikhlash 1-3. Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, 
Ash Shaaffaat 151-152. Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan: "Allah beranak." Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta. 
Al An'aam 101. Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu. 

Dengan pemahaman anak Allah secara biologis/fisik seperti itu, maka para polemikus muslim seperti Ahmed Deedat termasuk Arda Chandra berupaya mencari dukungan dalam Bible. Karena tidak menemukan satu-pun pemahaman Anak Allah dalam pengertian anak secara biologis, maka ditafsirkanlah peristiwa kehamilan Maria bahwa peristiwa itu adalah tindakan Allah "menghamili" Maria sebagai satu-satunya "petunjuk" untuk mendukung pemahaman Quran tersebut. Berikut ini pernyataan Arda Chandra: "..Lalu apakah bisa dikatakan Al-Qur’an telah salah tafsir terhadap apa yang yang dimaksud dengan ‘Yesus anak Tuhan’..?? Satu-satunya jalan untuk mengujinya adalah dengan melihat penjelasan alkitab tentang proses kelahiran Yesus, lalu kita akan kemukakan bagaimana Al-Qur’an yang turun sesudahnya berusaha ‘membersihkan’ cerita tersebut dari nuansa-nuansa yang terkesan sangat merendahkan Tuhan, karena dalam alkitab Tuhan digambarkan telah melakukan ‘sesuatu’ tindakan untuk menghamili Maria".

Sebagaimana gaya analisis spekulatif & eisegesis yang dilakukan Ahmed Deedat, hal tersebut mengilhami banyak polemikus muslim termasuk Arda Chandra. Pemikiran-pemikiran Ahmed Deedat telah banyak dibantah oleh apologis Kristen seperti John Gilchrist, Josh McDowell dll, namun argumentasi mereka tersebut masih terus didaur ulang oleh polemikus Islam dengan mengembangkan dan menambahkan data baru yang umumnya dari tulisan liberal scholars. Untuk itu kita akan mengkaji argumentasi Arda Chandra ini point by point.

Luk 1:30 Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Luk 1:31 Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.

Arda Chandra menulis "..Disitu jelas dikatakan bahwa Maria akan ‘mengandung’ dan ‘melahirkan’ anak laki-laki dan kehamilan Maria tersebut disebabkan oleh ‘kasih karunia’ Tuhan, suatu pernyataan yang merujuk kepada proses biologis seperti yang terjadi pada makhluk biasa, hewan dan manusia, bahwa kehamilan seorang wanita dan kelahiran anak disebabkan oleh kasih karunia dari pasangannya. Lalu penjelasan malaikat selanjutnya makin memperkuat bagaimana hubungan antara anak yang akan dilahirkan dengan Tuhan yang telah memberikan ‘kasih karunia’ nya kepada Maria.. Luk 1:32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi.”

Arda menyatakan bahwa kehamilan seorang wanita disebabkan oleh kasih karunia pasangannya. Sehingga point Arda di sini bahwa kehamilan Maria terjadi karena kasih karunia dari pasangan yang "menghamilinya" yaitu Allah. Di sinilah kekacauan pemikiran Arda yang tidak memahami apa yang dimaksud kasih karunia di sini, kasih karunia yang dimaksud adalah pilihan Allah kepada Maria dari antara Wanita yang akan melahirkan Sang Mesias. Sehingga implikasi dari kasih karunia atas pilihan Allah kepada Maria, maka Maria akan mengandung dan akan melahirkan Sang Mesias. Arda memelintirnya bahwa kasih karunia itu adalah cara Tuhan untuk membuat Maria hamil.
Pemahamannya itu didasarkan pada penyebutan Anak Allah Yang Mahatinggi pada ayat ke-32. Padahal begitu jelas dikatakan bahwa Ia (Yesus) akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Tidak ada petunjuk sama sekali bahwa penulis injil Lukas memahami kata Anak ini merujuk ke anak secara biologis dari Allah. Namun harus dimaknai Anak secara figuratif/simbolik. Mari kita lihat ayat tersebut secara lengkap.

Luk 1:32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, Luk 1:33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."

Penyebutan Anak di sini dirangkaikan dengan penyebutan Yesus sebagai raja atas Israel yang tidak diartikan sebagai raja secara harafiah yaitu raja atas bangsa Israel seperti raja Herodes. Melainkan raja secara figuratif/simbolik dalam konteks spiritual kingdom yang kerajaannya bersifat kekal, sebagai penggenapan atas nubuatan mesianik (2 Sam 7:11-13, Yes 16:5, Yer 23:5-6). Demikian pula kata Anak di sini harus diartikan secara figuratif/simbolik yang juga sebagai penggenapan atas nubuatan mesianik (Yes 9:6-7).

Arda Chandra kemudian mengutip ayat ke 35 dan mengutip pendapat Ahmed Deedat

[[[Luk 1:35 Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. 

Menanggapi ayat alktab ini, Ahmad Deedat dalam bukunya ‘The Real Truth, Meruntuhkan Pilar-pilar Iman Kristiani’ menyatakan :
“Dengan demikian, tahukan anda jika ini bisa menjadi tongkat pemukul yang bisa digunakan oleh orang atheis, skeptis dan antagonis untuk bisa menyerang anda. Mengenai hal ini, orang-orang tersebut pasti akan bertanya-tanya :”Bagaimana cara Roh Kudus turun atas Maria..?? bagaimana cara Allah Yang Mahatinggi melindunginya..?”, Padahal kita tahu secara literal, ini tidak berarti bahwa merupakan satu konsepsi yang sempurna, tetapi bahasa yang digunakan tersebut hambar..”]]]

Arda beranggapan bahwa pengertian dari kalimat "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau" diartikan secara literal bahwa itu sebuah konsepsi atau sebuah proses penghamilan. Padahal yang dimaksud ini adalah kuasa Allah telah terjadi pada Maria sehingga dia hamil. Satu kata perlu diperhatikan yaitu kata "disebut" dalam ayat 35 ini yang juga terdapat pada ayat 32. Kata ini merujuk pada gelar atau sebutan yang ditujukan kepada Yesus, sehingga sama sekali tidak ada petunjuk bahwa Anak yang dimaksud adalah anak secara biologis. Mari kita lihat penyebutan Yesus sebagai Anak Allah pada masa-masa pelayananNya yang membuktikan anggapan Arda Chandra tentang anak biologis mengada-ngada.

Mat_16:16 Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"
Mat_27:54 Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah."
Yoh_11:27 Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia."
Mrk 5:7 dan dengan keras ia berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!"
Mat 26:63 Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak."
Yoh 19:7 Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah."

Semua pihak baik itu pengikut Yesus seperti Petrus, Maria maupun orang-orang yang menolak dia seperti orang-orang Yahudi, kepala pasukan Romawi termasuk Iblis. Tidak satu pun yang memahami penyebutan Yesus sebagai Anak Allah dalam pengertian anak secara biologis. Namun herannya Quran yang muncul sekitar enam ratus tahun kemudian menuduh bahwa orang Yahudi dan kekristenan telah beranggapan Yesus sebagai Anak Allah secara biologis. Bahkan dengan jurus eisegesis Arda Chandra seperti Ahmed Deedat telah memelintir makna ayat-ayat Alkitab seputar kehamilan Maria tersebut.

Arda melanjutkan... 

  [[[[Apakah alkitab berhenti sampai disini..?? kelihatannya kekurang-ajaran ini masih berlanjut, dalam ayat lain dikatakan : 1:18 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.

Matius, si penulis alkitab yang diakui mendapat wangsit dari Roh Kudus menjelaskan soal asal-usul Yesus Kristus, setelah pada ayat sebelumnya berkali-kali menyampaikan soal ‘anak yang diperanakkan’, suatu penjelasan tentang kelahiran manusia yang terkait dengan proses hubungan seksual, lalu akhirnya menyatakan bahwa Yesus lahir karena ibunya ‘mengandung DARI Roh Kudus’. Apa maksud Matius menempatkan kalimat tersebut dalam konteks silsilah yang penuh nuansa ‘anak yang diperanakkan’..?? Apa yang ada dalam pikiran anda ketika kita sedang bicara soal anak keturunan yang lahir dari si anu dengan bapak dan ibunya si anu, lalu diakhiri dengan pernyataan bahwa si anu lahir karena ibunya mengandung DARI bapaknya..??]]]

Arda kemudian mengeluarkan kata yang bombastis "...kelihatannya kekurang-ajaran ini masih berlanjut..". sebenarnya siapa yang kurang-ngajar disini? :-) Siapa orang yang mengutak-atik Bible dan menafsirkan semaunya dengan mengabaikan kaidah-kaidah eksegese yang benar terutama mengabaikan konteks.

Matius 1 berisi silsilah Yesus mulai dari Abraham sampai ke Yusuf, kata yang digunakan di sini yaitu "egennēsen" yang diartikan memperanakkan (begat). Mulai dari Abraham sampai ke Yusuf semuanya menggunakan kata "memperanakkan", namun antara Yusuf dan Yesus tidak ada kalimat "Yusuf memperanakkan Yesus" melainkan Maria melahirkan "egennēthē" Yesus karena memang Yusuf tidak melakukan hubungan seks dengan Maria. Kata “egennesen” yang digunakan di sini dalam pengertian literal, dan pengertian seperti ini tidak digunakan untuk Roh Kudus pada ayat 18, namun yang dituliskan: εὑρέθη ἐν γαστρὶ ἔχουσα ἐκ πνεύματος ἁγίου, translit: heurethe en gastri echousa ek pneumatos hagiou. Diterjemahkan oleh LAI ".. ternyata ia mengandung dari Roh Kudus..". 

Arda Chandra memahami kalimat "mengandung dari Roh Kudus" dianggap sama dengan "mengandung dari si A bapaknya". Jika dilihat dari sisi penyebabnya, kedua hal tersebut bisa sama, namun cara atau prosesnya yang berbeda. Di sinilah letak kekeliruan Arda, karena menyamakan cara atau proses kehamilan yang disebabkan seorang laki-laki dengan Roh Kudus. Padahal Roh Kudus berbeda dengan manusia biasa yang memiliki organ kelamin untuk melakukan hubungan seks. Makna yang lebih jelas bisa dilihat dari terjemahan versi NIV "..She was found to be pregnant through the Holy Spirit (NIV)" dan "..she became pregnant through the power of the Holy Spirit (NLT)". Jika kehamilan seorang perempuan karena proses pembuahan dari sperma laki-laki, berbeda dengan kehamilan Maria terjadi karena kuasa dari Roh Kudus.

So.. bagaimana proses terjadinya kehamilan Maria melalui kuasa Roh Kudus, saya kira tidak relevan dalam pembahasan ini. Hawa yang diciptakan Allah tidak melalui proses pembuahan karena Allah menciptakan dari tulang rusuk Adam. Bapa gereja Chrysostom telah mengingatkan kita tentang hal ini "The Simple Mystery of the Conception. Chrysostom: Do not speculate beyond the text. Do not require of it something more than what it simply says. Do not ask, “But precisely how was it that the Spirit accomplished this in a virgin?” For even when nature is at work, it is impossible fully to explain the manner of the formation of the person. How then, when the Spirit is accomplishing miracles, shall we be able to express their precise causes?...". Simonetti, Manlio: Matthew 1-13. Downers Grove, Ill. : InterVarsity Press, 2001 (Ancient Christian Commentary on Scripture NT 1a), S. 12

Pada bagian akhir, Arda Chandra kembali mengutip Ahmed Deedat

[[[The Real Truth, Meruntuhkan Pilar-pilar Iman Kristiani – Ahmed Deedad), selanjutnya Ahmed Deedad memberikan argumentasi yang ‘memerahkan telinga’ setiap penganut Kristen :
“Yesus adalah satu-satunya anak yang diperanakkan Tuhan, diperanakkan bukan diciptakan”, kata-kata ini adalah sebuah tambahan dari katekismus ortodoks yang mendapat sedikit dukungan dalam ayat ini :

Yoh 3:16 : Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anak yang diperanakkan-Nya yang tunggal, supaya setiap orang percaya pada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (terjemahan Bahasa Indonesia dari Authorized Version)
Tidak seorang pendetapun yang mengutip kalimat ‘satu-satunya anak yang diperanakkan’ ketika mengajar calon pemeluk agamanya. Akan tetapi penulisan ‘diperanakkan’ sekarang telah dihilangkan oleh para perevisi alkitab, tanpa permintaan maaf. Mereka diam dan tidak menarik perhatian pembacanya terhadap penghilangan kata secara sembunyi-sembunyi yang mereka lakukan”.]]]

Saya kira Ahmed Deedat hanya membesar-besarkan masalah ini, karena pada kenyataan tidak ada yang menghilangkan kata "diperanakan" yang dimaksud tersebut. Silahkan lihat teks Yunani dari Yoh 3:16.
Nestle Greek New Testament 1904: Οὕτως γὰρ ἠγάπησεν ὁ Θεὸς τὸν κόσμον, ὥστε τὸν Υἱὸν τὸν μονογενῆ ἔδωκεν, ἵνα πᾶς ὁ πιστεύων εἰς αὐτὸν μὴ ἀπόληται ἀλλ’ ἔχῃ ζωὴν αἰώνιον. Translit: Houtos gar egapesen ho Theos ton kosmon, hoste ton Huion ton monogene edoken, hina pas ho pisteuon eis auton me apoletai all’ eche zoen aionion.
Dalam bahasa Yunani kata yang dimaksud adalah "monogenes" yang artinya "only begotten" variasi terjemahan lainnya: "only begotten Son" atau "one and only Son". So tidak ada penghilangan teks di sini, melainkan hanya perbedaan penerjemahan semata.

NIV: For God so loved the world that he gave his one and only Son, that whoever believes in him shall not perish but have eternal life.
NLT: "For God loved the world so much that he gave his one and only Son, so that everyone who believes in him will not perish but have eternal life.
NASB: "For God so loved the world, that He gave His only begotten Son, that whoever believes in Him shall not perish, but have eternal life.
KJV: For God so loved the world, that he gave his only begotten Son, that whosoever believeth in him should not perish, but have everlasting life
LAI: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. 

Makna kata "monogenes" ini tidaklah diartikan secara literal bahwa Allah telah memperanakan Yesus secara biologis/fisik. Tidak ada catatan dalam The New Testament, tulisan bapa2 gereja bahkan musuh2 kekristenan awal yang memahami kata monogenes secara literal. Pemahaman ini bermakna simbolik, bahwa Yesus sehakekat dengan Bapa dan Ia berasal atau keluar dari Bapa (Yoh 10:30, 8:42), Yesus yang adalah Firman Allah adalah Allah yang berinkarnasi menjadi manusia (Yoh 1:1,14 Fil 2:6).

Dari analisis ini kita bisa simpulkan bahwa upaya Arda Chandra mencari pembenaran dari Bible terhadap konsep Quran mengenai Anak Allah secara biologis tidaklah memiliki alasan yang kuat, melainkan spekulatif  melalui sebuah eisegesis. Konsep Anak Allah secara biologis tidak dikenal dalam Injil dan kitab-kitab lainnya dalam New Testament. Demikian juga tidak dikenal dalam Tanakh/Old Testament serta berbagai referensi Jewish lainnya seperti Talmud, Targum, Dead Sea Scrolls dll. Konsep Anak Allah sebagai hasil dari hubungan biologis antara Allah/Dewa dengan manusia justru terdapat dalam kebudayaan paganisme Greco Roman. So.. apa yang dikritik oleh Quran dan polemikus muslim terhadap konsep Yesus Anak Allah secara biologis jelas salah alamat atau Strawman Attack. Kajian lebih lanjut perihal konsep Son of God silahkan simak artikel berikut ini: http://apologiakristen.blogspot.co.id/2016/05/jesus-son-of-god.html

Salam....
Share:

Tidak ada komentar: