1 Tes 4:14 Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.
1 Tes 4:15 Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal.
1 Tes 4:16 Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit;
Pernyataan Paulus dalam 1 Tes 4:15 sering dianggap sebuah kekeliruan Paulus mengenai hari kedatangan Tuhan. Dalam ayat itu terkesan Paulus masih hidup saat Tuhan datang. Bagaimana kita menyikapi ayat tsb?
Pertama-tama kita perlu mengetahui dahulu latar belakang jemaat Tesalonika. Jemaat ini adalah buah dari pelayanan Paulus (Kis 17) dan sebelum percaya Yesus mereka adalah penganut paganisme.
1 Tes 1:9 Sebab mereka sendiri berceritera tentang kami, bagaimana kami kamu sambut dan bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar,
Dalam sebuah inkripsi di Tesalonika tertulis "..After death no reviving, after the grave no meeting again." dan dlm sebuah puisi Yunani dr Theocritus terdapat kalimat "..Hopes are among the living; the dead are without hope".
Dlm pemahaman paganisme yg mereka anut, tidak dikenal konsep adanya kehidupan setelah kematian. Dengan kata lain orang-orang yg telah mati dianggap tidak ada harapan lagi. Mereka tdk mengenal/memahami adanya kebangkitan bagi orang mati, sama seperti pandangan orang Athena saat berdialog dgn Paulus.
Kis 17:32 Ketika mereka mendengar tentang kebangkitan orang mati, maka ada yang mengejek, dan yang lain berkata: "Lain kali saja kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu."
Makanya dgn latarbelakang pemahaman seperti itu, walaupun telah Kristen mereka masih sangat berduka jika ada keluarga/kerabatnya meninggal, karena dianggap itulah akhir segalanya. Masalah inilah yg sampai kepada Paulus melalui Timotius sehingga Paulus menulis surat kepada mereka dgn menekankan bhw dlm Kristus orang yg mati memiliki pengharapan (1 Tes 4:14). Setelah menegaskan hal itu, Paulus menguraikan keberadaan orang mati tsb saat Parousia (kedatangan Tuhan) bahwa mereka akan dibangkitkan (1 Tes 15-16).
Selanjutnya Paulus menjelaskan posisi orang yg masih hidup akan diangkat (rapture) bersama dgn orang mati yg dibangkitkan itu utk menyongsong Tuhan di angkasa (1 Tes 4:17). Siapakah yg dimaksud dgn kata "kita" dlm ayat 17? dr konteks ayat ini, jelas ditujukan kepada jemaat Tesalonika sebagai penerima surat & juga Paulus dr sisi penulis surat.
Permasalahan akan muncul jika ayat 17 ini dipahami sebagai "waktu kejadian/event time" Parousia, karena sangat jelas bhw Tuhan pada kenyataannya blm datang saat itu s/d saat ini. Jika ayat ini dipahami dlm sense "event time" maka Paulus bisa dianggap keliru. Tdk heran beberapa agnostic/liberal scholars men-judge Paulus keliru dlm pemahaman eskatologinya. Bagi mereka yg tetap memegang sense "event time" & mencoba menghindari terjadi "kekeliruan" Paulus, bisa saja mencoba mencari jalan keluar bhw peristiwa datangnya Tuhan & pengangkatan itu memang benar2 telah terjadi, tetapi dlm pengertian simbolik. Misalnya mereka akhirnya dianggap bebas dr cengkeraman penganiayaan romawi etc.
Tetapi penafsiran simbolik/alegoris ini bisa menyebabkan muncul anggapan bhw peristiwa kenaikan Yesus juga diartikan secara simbolik. Padahal dekripsi kenaikan Yesus berada dlm genre narasi sejarah dlm KPR, yg merupakan bagian dr masa2 akhir Yesus di bumi. Mulai dr kebangkitan, pemunculan/penampakan2 Yesus (post mortem), kenaikan Yesus s/d ketuangan Roh Kudus.
Kis 1:9 Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka.
Kis 1:10 Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka,
Kis 1:11 dan berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."
Hal ini sejalan dgn beberapa bagian lain dlm Alkitab seperti dlm PL, kitab2 Injil & Wahyu. Perbedaan detail yg ada sifatnya melengkapi, namun yg jelas ada kesamaan core kisahnya, bhw kedatangan Yesus kembali & peristiwa pengangkatan bermakna literal.
Zak 14:5 Maka tertutuplah lembah gunung-gunung-Ku, sebab lembah gunung itu akan menyentuh sisinya; dan kamu akan melarikan diri seperti kamu pernah melarikan diri oleh karena gempa bumi pada zaman Uzia, raja Yehuda. Lalu TUHAN, Allahku, akan datang, dan semua orang kudus bersama-sama Dia.
Dan 7:13 Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya
Luk 21:27 Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.
Mat 26:64 Jawab Yesus: "Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit."
Why 1:7 Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin.
Bahkan kalaupun tetap dipaksakan makna alegorisnya, juga tdk ada dasar yg logis. Jika dimaksud pembebasan dr penganiayaan tdk didukung data sejarah, karena peristiwa penganiayaan tetap berlanjut. Bahkan Paulus mati dieksekusi sekitar thn 66-68M oleh perintah kaisar Nero di Roma sebagai mana dicatat oleh Clement dr Roma. Penganiayaan kaisar Domition sebagai background kitab Wahyu. Nanti pd masa keluarnya Edict Milan di awal abad ke-4 oleh Konstantin penganiayaan itu berakhir.
So.. bagi mereka yg memegang pandangan bhw peristiwa pengangkatan itu terjadi pd masa itu yaitu Paulus & jemaat Tesalonika yg diangkat, jelas tdk memiliki dasar yg valid.
Tetapi sebaliknya beberapa kalangan yg langsung menarik kesimpulan lain, bhw peristiwa pengangkatan itu tdk akan terjadi pd masa Paulus tetapi nanti pd masa yg akan datang. Kesimpulan ini juga tdk valid, karena seakan-akan tetap membiarkan posisi Paulus sebagai orang yg keliru dlm eskatologinya. Bahkan bisa dianggap melakukan Eisegese karena mengabaikan posisi jemaat Tesalonika & Paulus dlm term kata "kita" dlm ayat 17 tsb.
So.. bagaimana solusinya?
Kunci utamanya terletak pd kekeliruan memandang pernyataan Paulus tsb dlm sense "event time" waktu kejadiaan terjadinya Parosia, seakan-akan Paulus dianggap telah mengetahui "waktu" kedatangan Tuhan terjadi saat mereka masih hidup. Padahal Paulus tdk bermaksud demikian, dlm pasal berikutnya Paulus menyatakan bhw waktu kedatangan Tuhan tdk ada yg tahu termasuk dirinya sendiri.
1 Tes 5:1 Tetapi tentang zaman dan masa, saudara-saudara, tidak perlu dituliskan kepadamu,
1 Tes 5:2 karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam.
Dengan ayat ini, Paulus menghindari terjadinya kekeliruan dr jemaat Tesalonika salah memahami maksud pernyataannya ttg parousia. Tetapi herannya ada penafsir Alkitab masa kini yg tdk jeli melihat hal ini, sehingga terjebak dlm sense "event time" dgn menganggap Paulus telah menubuatkan bhw Tuhan akan datang pd masa hidup mereka.
Dari terang pengertian2 ini kita bisa memahami maksud sebenarnya dr perkataan Paulus dlm ayat 17.
1 Tes 4:17 sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.
Ayat ini tdk dimaksudkan dlm sense "event time" bahwa peristiwa kedatangan Tuhan & pengangkatan itu terjadi pada masa mereka hidup, tetapi lebih tepatnya peristiwa bisa terjadi kapan saja, termasuk bisa terjadi saat mereka (jemaat Tesalonika) masih hidup.
Ben Witherington dlm bukunya Jesus, Paul and the End of the World menggunakan istilah "would" vs "could", dia mengatakan ayat itu lebih tepat diartikan dlm pengertian "could" dan bukan "would". Witherington menyebutkan gaya sastra ini dgn istilah "language of imminence".
Karena Paulus tdk tahu kpn peristiwa itu terjadi, dia menyatakan hal itu sebagai peringatan utk selalu bersiap diri menjelang Parousia yg bisa saja terjadi pd masa mereka itu. Hal ini sejalan dgn apa yg dinyatakan oleh Yesus sendiri.
Luk 12:40 Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan."
Rasul Yohanes pun juga tdk tahu kpn masanya & bisa saja terjadi pd masa hidupnya, makanya Yohanes sebagaimana dgn Paulus dan jemaat2 lainnya dlm kondisi siap sedia setiap saat menantikan kedatangan Yesus.
Why 1:9 Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus...
Apakah kata "kita" dlm ayat 17 juga termasuk dengan kita saat ini? yah.. termasuk seluruh umat percaya sepanjang abad sampai kedatangan Tuhan. Maksudnya semua umat segala abad punya "peluang" Tuhan datang pd masa hidupnya. Tetapi generasi mana yg mengalaminya (rapture) tdk ada yg tahu. Memang kata "kita" dlm konteks ayat itu ditujukan pd Paulus bersama dgn jemaat Tesalonika. Namun pengajaran ini sifatnya universal bkn saja cocok utk jemaat Tesalonika. Hanya saja hal ini ada karena dipicu permasalahan yg timbul di jemaat Tesalonika. Pengajaran eskatologis Paulus ini juga berlaku bagi jemaat Korintus, Efesus bahkan untuk kita saat ini dan jemaat Kristen segala abad.
Jika seandainya masalah yg sama terjadi di jemaat lain misalnya di Filipi maka Paulus juga akan menyatakan hal yg sama utk jemaat tsb. Di era jemaat mula2 sudah hal lazim terjadi pertukaran surat Paulus dr sebuah jemaat ke jemaat lainnya. Surat Galatia justru tdk hanya ditujukan ke satu jemaat tetapi beberapa jemaat di propinsi Galatia seperti Ikonium, Listra, Derbe dll.
Memang ada hal2 tertentu dlm Alkitab yg tdk serta merta harus diterapkan kepada kita pd masa kini. Tetapi kita hrs melihat prinsip umum darinya. Inilah bagian dr ilmu hermeunetika tentu hrs diawali dr sebuah eksegese yg teliti. Jika kita langsung melompat pd penerapannya tanpa memperhatikan eksegesenya berupa makna aslinya utk pendengar/tujuan surat/kitab, maka kita bisa terjebak pd sebuah eisegese.
Tetapi sebaliknya jika kita berhenti hanya sampai pd identifikasi makna aslinya dr sebuah eksegese maka kita menghilangkan kemungkinan adanya maksud Allah berbicara kepada kita dr teks2 tsb. Saya teringat buku yg bagus & praktis ttg hal ini yg ditulis oleh Jack Kuhatschek "Menerapkan Alkitab Secara Praktis" diterbitkan Perkantas, sekarang judulnya menjadi "Menerapkan Alkitab Sepanjang Zaman".
Imajinasi Dalam Sains
3 hari yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar