Mat 10:34 "Jangan
kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku
datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.
Ayat ini sering digunakan pihak lain menyerang kekristenan, dengan tuduhan Yesus datang ke dunia membawa peperangan yang dianggap arti dari kata pedang atau Kekristenan adalah agama yg mengajarkan kekerasan dan bukan agama pembawa perdamaian. Untuk itu kita akan mengkaji ayat ini secara komprehensif untuk menemukan arti sebenarnya.
Nestle GNT: Μὴ νομίσητε ὅτι ἦλθον βαλεῖν εἰρήνην ἐπὶ τὴν γῆν· οὐκ ἦλθον βαλεῖν εἰρήνην ἀλλὰ μάχαιραν.
Nestle Translit: Mē nomisēte hoti ēlthon balein eirēnēn epi tēn gēn; ouk ēlthon balein eirēnēn alla machairan.
NIV: "Do not suppose that I have come to bring peace to the earth. I did not come to bring peace, but a sword.
Bahasa Yunani untuk pedang "machaira" arti literalnya: sebuah pisau ukuran besar atau pedang pendek menurut Strong's Hebrew & Greek Dictionaries,
1) a large knife, used for killing animals and cutting up flesh, 2) a small sword, as distinguished from a large sword (Strong).
Dalam Perjanjian Baru penggunaan arti literal cukup banyak dijumpai, misalnya Mat 26:55 "Pada saat itu Yesus berkata kepada orang banyak: "Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang (machaira)...". Namun kata machaira juga dipergunakan dalam pengertian figuratif/simbolik, misalnya Ef 6:17 dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang (machaira) Roh, yaitu firman Allah.
Penggunaan dengan makna figuratif juga dijumpai dalam Perjanjian Lama dengan kata "chereb" bahasa Ibrani yg artinya pedang/pisau dan lain-lain.
Yes 49:2 Ia telah membuat mulutku sebagai pedang (chereb) yang tajam dan membuat aku berlindung dalam naungan tangan-Nya.
Untuk mengetahui arti yang tepat kata "machaira" dalam Mat 10:34 apakah arti literal atau figuratif, maka kontekslah yang menentukannya. Sebagaimana dikatakan D.A Carson (Exegetical Fallacies, Baker Academic, 1996): “… setiap kata memiliki rentang semantic tertentu yang terbatas, dan oleh karena itu konteks membatasi atau membentuk sebuah arti sebuah kata…”.
Mari kita lihat konteks dari Mat 10:34,
Mat 10:34 "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.
Mat 10:35 Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya,
Mat 10:36 dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.
Mat 10:37 Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.
Konteksnya tentang penyampaian berita injil dan konsekuensi yang terjadi akibat pemberitaan tersebut. Tidak ada data yang menunjukan adanya tindakan kekerasan atau peperangan yang bisa dikaitkan untuk arti literal dari kata pedang. Pada ayat 35, Yesus menyatakan Dia datang untuk memisahkan orang dari ayahnya dan seterusnya. Maka kata pedang (machaira) berkaitan erat dengan kata "memisahkan" hubungan dari antara keluarga. Ini berarti kata pedang (machaira) bermakna figuratif yaitu terjadinya pemisahan antara orang percaya vs tidak percaya, bahkan bisa terjadi dalam sebuah keluarga sekalipun.
Sekarang kita lihat kata "damai" (eirene), menurut Strong beberapa arti diantaranya; "PEACE BEETWEEN INDIVIDUALS, i.e. harmony, concord", the Messiah's peace. a) the way that leads to peace (salvation). Secara umum kata damai dalam PB merujuk pada damai dalam Kristus menuju keselamatan. Namun dalam Mat 10:34 sesuai konteks yang ada, arti damai lebih tepat "PEACE BEETWEEN INDIVIDUALS" yang berkaitan dengan hubungan persahabatan (Friendship) atau keluarga (Families).
References to peace (usually eireµneµ) in the teaching of Jesus and the Gospel writers can be fully appreciated only in the light of the Hebrew concept of sûaµloÆm. ...The Hebrew term for peace means “well-being”. It covers health, prosperity, security, FRIENDSHIP and salvation. It is the desired experience of individuals, FAMILIES and Israel as a nation.. Green, Joel G., et. al., Dictionary of Jesus and the Gospels, (Downer’s Grove, IL: InterVarsity Press) 1998, c1992.
Berita Injil Kristus bisa membuat sebuah keluarga menjadi terpisah antara mereka yang percaya dan tidak percaya. Keterpisahan ini berdampak pada suasana menjadi tidak damai diantara keluarga tersebut. Memang ini bisa membuat sulit seorang percaya di tengah-tengah keluarga tidak percaya, namun Yesus dengan tegas menyatakan "Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.." (ayat 37). Ini berarti perdamaian yang terjadi antara manusia dengan Allah lebih diprioritaskan dibanding perdamaian antar manusia termasuk dalam keluarga.
"..In the Gospels, Jesus reflects the OT concept of peace by prioritizing relations with God over those with other humans, including family". Alexander, T. Desmond and Brian S. Rosner, editors, New Dictionary of Biblical Theology, (Downers Grove, Ill: InterVarsity Press) 2000.
Namun ketidakdamaian ini bukan berarti terjadi saling permusuhan dalam keluarga melainkan hanya menggambarkan kondisi yang terjadi akibat berita Injil. Pengertian "tidak membawa damai", bukan TUJUAN Yesus melainkan hanya AKIBAT dari pemberitaan injil. "...So, when Jesus said that he had come to bring “not peace but a sword” he meant that this would be the EFFECT of his coming, not that it was the PURPOSE of his coming. Kaiser, Walter C., et. al., Hard Sayings of the Bible, (Downer’s Grove, IL: InterVarsity Press) 1997.
Bagi semua orang percaya termasuk orang percaya di tengah-tengah keluarga yang tidak percaya yang berada dalam situasi yang tidak damai, harus senantiasa membawa damai (keselamatan dalam Kristus) dengan tindakan yang penuh kasih. Mat 5:9 "Berbahagialah orang yang membawa damai...".
Amin.
Ayat ini sering digunakan pihak lain menyerang kekristenan, dengan tuduhan Yesus datang ke dunia membawa peperangan yang dianggap arti dari kata pedang atau Kekristenan adalah agama yg mengajarkan kekerasan dan bukan agama pembawa perdamaian. Untuk itu kita akan mengkaji ayat ini secara komprehensif untuk menemukan arti sebenarnya.
Nestle GNT: Μὴ νομίσητε ὅτι ἦλθον βαλεῖν εἰρήνην ἐπὶ τὴν γῆν· οὐκ ἦλθον βαλεῖν εἰρήνην ἀλλὰ μάχαιραν.
Nestle Translit: Mē nomisēte hoti ēlthon balein eirēnēn epi tēn gēn; ouk ēlthon balein eirēnēn alla machairan.
NIV: "Do not suppose that I have come to bring peace to the earth. I did not come to bring peace, but a sword.
Bahasa Yunani untuk pedang "machaira" arti literalnya: sebuah pisau ukuran besar atau pedang pendek menurut Strong's Hebrew & Greek Dictionaries,
1) a large knife, used for killing animals and cutting up flesh, 2) a small sword, as distinguished from a large sword (Strong).
Dalam Perjanjian Baru penggunaan arti literal cukup banyak dijumpai, misalnya Mat 26:55 "Pada saat itu Yesus berkata kepada orang banyak: "Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang (machaira)...". Namun kata machaira juga dipergunakan dalam pengertian figuratif/simbolik, misalnya Ef 6:17 dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang (machaira) Roh, yaitu firman Allah.
Penggunaan dengan makna figuratif juga dijumpai dalam Perjanjian Lama dengan kata "chereb" bahasa Ibrani yg artinya pedang/pisau dan lain-lain.
Yes 49:2 Ia telah membuat mulutku sebagai pedang (chereb) yang tajam dan membuat aku berlindung dalam naungan tangan-Nya.
Untuk mengetahui arti yang tepat kata "machaira" dalam Mat 10:34 apakah arti literal atau figuratif, maka kontekslah yang menentukannya. Sebagaimana dikatakan D.A Carson (Exegetical Fallacies, Baker Academic, 1996): “… setiap kata memiliki rentang semantic tertentu yang terbatas, dan oleh karena itu konteks membatasi atau membentuk sebuah arti sebuah kata…”.
Mari kita lihat konteks dari Mat 10:34,
Mat 10:34 "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.
Mat 10:35 Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya,
Mat 10:36 dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.
Mat 10:37 Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.
Konteksnya tentang penyampaian berita injil dan konsekuensi yang terjadi akibat pemberitaan tersebut. Tidak ada data yang menunjukan adanya tindakan kekerasan atau peperangan yang bisa dikaitkan untuk arti literal dari kata pedang. Pada ayat 35, Yesus menyatakan Dia datang untuk memisahkan orang dari ayahnya dan seterusnya. Maka kata pedang (machaira) berkaitan erat dengan kata "memisahkan" hubungan dari antara keluarga. Ini berarti kata pedang (machaira) bermakna figuratif yaitu terjadinya pemisahan antara orang percaya vs tidak percaya, bahkan bisa terjadi dalam sebuah keluarga sekalipun.
Sekarang kita lihat kata "damai" (eirene), menurut Strong beberapa arti diantaranya; "PEACE BEETWEEN INDIVIDUALS, i.e. harmony, concord", the Messiah's peace. a) the way that leads to peace (salvation). Secara umum kata damai dalam PB merujuk pada damai dalam Kristus menuju keselamatan. Namun dalam Mat 10:34 sesuai konteks yang ada, arti damai lebih tepat "PEACE BEETWEEN INDIVIDUALS" yang berkaitan dengan hubungan persahabatan (Friendship) atau keluarga (Families).
References to peace (usually eireµneµ) in the teaching of Jesus and the Gospel writers can be fully appreciated only in the light of the Hebrew concept of sûaµloÆm. ...The Hebrew term for peace means “well-being”. It covers health, prosperity, security, FRIENDSHIP and salvation. It is the desired experience of individuals, FAMILIES and Israel as a nation.. Green, Joel G., et. al., Dictionary of Jesus and the Gospels, (Downer’s Grove, IL: InterVarsity Press) 1998, c1992.
Berita Injil Kristus bisa membuat sebuah keluarga menjadi terpisah antara mereka yang percaya dan tidak percaya. Keterpisahan ini berdampak pada suasana menjadi tidak damai diantara keluarga tersebut. Memang ini bisa membuat sulit seorang percaya di tengah-tengah keluarga tidak percaya, namun Yesus dengan tegas menyatakan "Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.." (ayat 37). Ini berarti perdamaian yang terjadi antara manusia dengan Allah lebih diprioritaskan dibanding perdamaian antar manusia termasuk dalam keluarga.
"..In the Gospels, Jesus reflects the OT concept of peace by prioritizing relations with God over those with other humans, including family". Alexander, T. Desmond and Brian S. Rosner, editors, New Dictionary of Biblical Theology, (Downers Grove, Ill: InterVarsity Press) 2000.
Namun ketidakdamaian ini bukan berarti terjadi saling permusuhan dalam keluarga melainkan hanya menggambarkan kondisi yang terjadi akibat berita Injil. Pengertian "tidak membawa damai", bukan TUJUAN Yesus melainkan hanya AKIBAT dari pemberitaan injil. "...So, when Jesus said that he had come to bring “not peace but a sword” he meant that this would be the EFFECT of his coming, not that it was the PURPOSE of his coming. Kaiser, Walter C., et. al., Hard Sayings of the Bible, (Downer’s Grove, IL: InterVarsity Press) 1997.
Bagi semua orang percaya termasuk orang percaya di tengah-tengah keluarga yang tidak percaya yang berada dalam situasi yang tidak damai, harus senantiasa membawa damai (keselamatan dalam Kristus) dengan tindakan yang penuh kasih. Mat 5:9 "Berbahagialah orang yang membawa damai...".
Amin.
3 komentar:
TUHAN YESUS berfirman mengenai pemisahan, agar orang yang telah menerima pengajaran tentang kebenaran harus mempertahankannya walau mengakibatkan perpecahan atau konflik di dalam suatu keluarga. Hal ini bukan hanya berarti soal kepercayaan kepada TUHAN YESUS saja, tapi juga di dalam menerapkan ajaran kebenaranNYA.Misalnya saat kita melakukan perbuatan baik kepada sesama, kita harus bisa melaksanakannya walau mengakibatkan pertentang dengan orang lain.Akan tetapi pertentangan yang di maksud oleh TUHAN YESUS tentu bukanlah dengan cara peperangan. Karena ajaran yang di ajarkan TUHAN YESUS adalah ajaran Damai dan kasih. Di antaranya adalah apabila kita di tampar pipi kiri berikan pipi kanan dan seterusnya ada dalam matius 5:38-48). Pertumpahan darah untuk Membunuh domba atau merpati sebagai korban persembahan saja di tiadakan, karena hukum taurat sudah di genapi oleh oleh TUHAN YESUS sebagai korban penebusan dosa.
Marilah kita baca Alkitab I Samuel 15 : 2 � 3 yang berbunyi sebagai berikut :
�2. Beginilah firman Tuhan semesta alam : Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalangi mereka, ketika orang Israel pergidari Mesir. 3. Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai.�
Kalau kita cermati ayat tersebut, betapa kejam dan sadisnya Tuhan yang digambarkan dalam Alkitab tersbeut. Kalau benar Tuhan mengajarkan ajaran kasih, mengapa justru Tuhan menyuruh membunuh tanpa belas kasihan? Dimanakah ajaran kasih yang selama ini selalu digembar-gemborkan, sementara Tuhan sendiri yang memerintahkan untuk menumpas tanpa belas kasihan terhadap perempuan, anak-anak, dan bahkan terhadap anak yang menyusu?
Tuhan menulis sepuluh perintah Allah (Ten Comandments) di dalam Alkitab, diantaranya yaitu �jangan membunuh� (Ulangan 5 : 17), tetapi mengapa Dia sendiri yang menyuruh dan memerintahkan untuk membunuh dengan kejam dan sadis bahkan tanpa belas kasihan? Bukankah ini merupakan ayat-ayat teroris? Hanya para teroris yang melakukan seperti itu! Kalau begitu darimana asal mula ,sumber ajaran teroris tersebut?
Selanjutnya marilah kita baca Ulangan 20 : 12 � 16 sebagai berikut:
�12. Tetapi apabila kota itu tidak mau berdamai dengan engkau, melainkan mengadakan pertempuran melawan engkau, maka haruslah engkau mengepungnya; 13. dan setelah Tuhan, Allahmu, menyerahkannya ke dalam tanganmu, maka haruslah engkau membunuh seluruh penduduknya yang laki-laki dengan mata pedang. 14. Hanya perempuan, anak-anak, hewan dan segala yang ada di kota itu, yakni seluruh jarahan itu, boleh kau rampas bagimu sendiri, dan jarahan yang dari musuhmu ini, yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu, boleh kau pergunakan. 15. Demikianlah harus kau lakukan terhadap segala kota yang sangat jauh letaknya dari tempatmu, yang tidak termasuk kota-kota bangsa-bangsa di sini. 16. Tetapi dari kota-kota bangsa-bangsa itu yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, janganlah kau biarkan hidup apa pun yang bernafas��
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan benar-benar sangat kejam dan sadis. Dan ayat-ayat ini serta ayat-ayat sebelumnya, sepertinya berbicara dalam kondisi perang. Namun demikian walaupun dalam keadaan perang, sifat Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Pengampun, tidak akan hilang begitu saja walaupun dalam kondisi perang.apakah sekejam dan sesadis itu sifat Tuhan di dalam Alkitab (Bible) terhadap hamba-hambaNya yang tidak berdaya ketika mengalami kekalahan dalam peperangan? Dan pelajaran serta hikmah apa yang bisa kita abil dari ayat-ayat tersebut? Apakah ayat-ayat tersebut mendidik manusia ke jalan yang benar? Bagaimana mungkin Tuhan memerintahkan kepada manusia untuk melakukan perbuatan keji, sadis dan biadab tanpa batas, sementara Dia sendiri melarang hambanya berbuat seperti itu? Bagaimana mungkin Tuhan akan menghukum para pelaku keji, sadis dan biadab seperti itu, padahal Dia sendiri yang menyuruh melakukannya? Kalau begitu dimana letak ajaran kasih yang selama ini dipropagandakan oleh Kristen dalam menyebarkan ajaran agamanya?
Sudahkah kalian masuk islam?
Posting Komentar