Dimanakah di Alkitab, Yesus mengatakan Akulah Tuhan Sembahlah Aku?

Ini adalah pertanyaan jadul yg diajukan polemikus Islam sejak Ahmed Deedat & dipopulerkan muridnya Zakir Naik. Pertanyaan2 teologis seperti ini byk dilontarkan para polemikus dan biasanya mengambil point2 argumentasi dr Saksi-saksi Yehovah utk menanggapi jawaban2 dr pihak Kristen. Jika para polemikus kewalahan dalam adu argumentasi, mereka akan melompat ke masalah otentitas Bible yang berisi teks yg sedang dibahas. Pada topik ini argumen2 yg digunakan banyak merujuk pada tulisan/pendapat liberal scholars.

Selanjutnya mulai ada variasi pendekatan dr pihak polemikus yaitu masuk ke ranah kritik teks yang umumnya mengacu pada tulisan Bart Ehrman. Ada juga polemikus tertentu yg sibuk mempelajari berbagai dokumen extrabiblikal terutama literatur rabbinik dgn agenda mencari point2 yg menjustifikasi posisi Islam dan sebaliknya menyerang kekristenan.

Belum lama ini di status FB saya tentang "kemuliaan Yesus" ada polemikus yg melontarkan pertanyaan serupa. Sudah cukup lama saya tdk melihat pertanyaan seperti ini dan ternyata ada regenerasi polemikus baru yg kembali mengulang2 pertanyaan seperti ini yg sebenarnya telah dijawab berulang2 pihak Kristen.

Dia menanyakan dimanakah di Alkitab Yesus mengatakan Akulah Tuhan. Saya menjawabnya secara singkat dgn mengutip salah satu ayat di kitab Wahyu dan Quran.
Why 22:13 Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir.
QS Al Hadiid 3 Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

Tadinya saya mengira dia akan mempersoalkan ayat dlm kitab Why itu bahwa hal itu tidak dimaksudkan sebagai pernyataan keilahian. Misalnya menanggapi Yoh 10:30 Aku dan Bapa adalah satu, diartikan bahwa satu itu adalah satu tujuan bukan satu hakekat. Contoh lainnya menanggapi pengakuan Thomas Yoh 20:28 Ya Tuhanku dan Allahku, hanya ungkapan kekagetan semata. Tetapi polemikus itu langsung meloncat ke fase berikutnya yaitu mempersoalkan otentitas kitab Wahyu. Masalah otentitas kitab Wahyu belum dibahas dalam tulisan ini.

Kemungkinan karena adanya kutipan ayat Quran yang tertulis "yang Awal dan yang Akhir" yg merujuk ke Allah, sehingga dia kesulitan membantah teks dlm kitab Wahyu itu sebagai bukan pernyataan keilahian. Maka bantahannya, itu bukan perkataan Yesus tetapi Yohanes berdasarkan mimpi.

Saya kemudian mengutip Why 1:1 yg menyebutkan bahwa apa yg dikatakan Yohanes adalah wahyu dari Yesus sendiri.
Why 1:1 Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi. Dan oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes.

Dan menanggapi pointnya bahwa perkataan Yohanes itu hanya berdasarkan mimpi, saya mengutip tulisan dari sebuah website Islam tentang proses pewahyuan dan penulisaan Quran yang menyebutkan kata "mimpi". ".. Dalam beberapa hadis, Rasulullah membeberkan bagaimana suasana batin saat wahyu itu turun kepada dirinya. Kadang Nabi Saw terasa seperti mendengar bunyi lonceng yang sangat kencang, atau Malaikat Jibril terasa seperti berbisik dalam sukmanya, dan tidak jarang pula didatangi langsung Malaikat Jibril sebagaimana dalam peristiwa di Gua Hira dan Isra Mi’raj. Kadang pula Rasulullah menerima wahyu dalam keadaan tidur melalui mimpi..". Source: https://muhammadiyah.or.id/sejarah-singkat-al-quran-perjuangan-para-sahabat-nabi-menjaga-firman-allah/

Serta mengutip ayat dlm Quran, Al Israa 60. Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: "Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia." Dan Kami tidak menjadikan mimpi[859] yang telah Kami perlihatkan kepadamu,...

Sampai di sini si polemikus sudah tidak memberikan poin baru lagi dlm argumentasinya kecuali mengulang2 pernyataan sebelumnya. Point "mimpi" yg digunakan utk menyerang kitab Wahyu akhirnya berbalik menyerang dia sendiri setelah ditunjukan adanya "mimpi" dalam proses pewahyuan Quran.

Kembali ke pertanyaan lama yg jadi judul tulisan ini, pihak apologis Kristen sudah lama menjawabnya dan saat ini saya coba memberikan jawaban dr perspektif lain.

Setting historis kondisi masyarakat Yahudi pada saat Yesus datang ke bumi memiliki paham monotheisme yaitu Shema: YHWH (Adonai) sebagai Allah (Elohim) yg esa (Ul 6:4). Dalam PB yg dituliskan dlm bahasa Yunani kata Elohim padanannya Theos, sedangkan kata YHWH dlm PL diberi nama pengganti Adonai yg keduanya digunakan kata Kurios dlm PB. Kata Elohim sebagai kata generik sejajar dgn kata Allah & God. Kata Allah kadangkala merujuk ke Bapa selain sebagai kata generik/gelar keilahian.

Jika dituntut dimanakah Yesus mengatakan Akulah Tuhan Sembahlah Aku, maka pernyataan eksplisit seperti itu tentulah tanpa makna yg berarti jika tidak disertai tindakan atau sikap yg mendukung pernyataan itu. Misalnya jika ada seseorang yg berkata di jalanan, Akulah Tuhan sembahlah Aku, maka reaksi orang akan menganggap itu orang gila dan menertawakannya.

Yesus justru memberikan pengajaran2 yg mendalam termasuk berbagai tindakan yg akan membuat orang Yahudi berpikir bahwa apa yg diajarkan berkaitan dgn diriNya adalah pernyataan keilahian. Para murid pada masa awal pelayanan Yesus tentu tidak menganggap Yesus sebagai pribadi Ilahi melainkan sebatas nabi atau mesias saja. Namun seiring waktu mereka mulai mengenal bahwa Yesus bukanlah hanya manusia biasa tetapi lebih dari itu.

Mari kita lihat salah satu episode yg menunjukan para murid mulai memahami bahwa Yesus bukanlah hanya sebatas nabi tetapi lebih dari itu.
Mar 4:39 Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.
Mar 4:40 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"
Mar 4:41 Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?"

Tindakan Yesus memerintahkan badai berhenti jelas hanya bisa dilakukan Allah seperti tertulis dlm PL.
Maz 107:29 dibuat-Nyalah badai itu diam, sehingga gelombang-gelombangnya tenang.
Maz 104:7 Terhadap hardik-Mu air itu melarikan diri..

Puncak pengenalan murid terhadap Yesus sebagai Pribadi yg Ilahi terjadi pasca kebangkitanNya. Sebagaimana ungkapan Thomas, Yoh 20:28 Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!". Jika Yesus bukanlah Tuhan dan Allah maka Dia akan mengoreksi pernyataan Thomas tetapi sebaliknya Dia meneguhkannya. Upaya bantahan dari pihak polemikus Islam termasuk pihak unitarian & SSY bahwa itu hanya seruan kekagetan jelas tdk tepat. Frans Donald memberikan contoh saat kita melihat Tsunami akan spontan berkata "Ya Allah" yg tdk berarti Tsunami itu Allah. Bantahan ini tdk sesuai dgn konteks budaya saat itu yaitu tidak ada penyebutann nama2 Ilahi utk ungkapan2 kekagetan. Bukankah sangking sakralnya nama YHWH sehingga mereka menghindari menyebutnya dan menggantikan dgn Adonai atau Hashem.

Sebelum Yesus naik ke surga, para murid datang menyembah Dia dan Yesus tdk menolak penyembahan itu. Memang ada yg masih ragu2 kemungkinna diantara 70 murid di luar dari 11 murid yg ada minus Yudas. Maka Yesus memberi penegasan bahwa segala kuasa telah diberikan kepadaNya.
Mat 28:17 Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu.
Mat 28:18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
Ada yg coba membantah bahwa kuasa itu hanya diberikan, tetapi masalahnya yg "diberikan" itu adalah "segala kuasa" yg hanya dimiliki Allah. Apakah itu berarti Tuhan sedang menciptakan Tuhan yg baru? jelas tidak, tetapi itu adalah deklarasi tentang kuasa Yesus yg sebenarnya telah Dia miliki (Fil 2:6-8).

Berbagai pengajaran dan tindakan Yesus jelas telah "berbicara" banyak bahwa Dia adalah llahi dan Dia tidak menolak penyembahan kepada Dia. Maka ada 2 kemungkinan respon dari para pendengar, pertama yaitu para murid dan mereka yg percaya kepadaNya akan mengakui bahwa Dia adalah Tuhan dan Allah. Sebaliknya mereka yg tdk mau percaya seperti para Ahli Taurat akan beranggapan itu sebuah penghujatan.

Perhatikan respon orang2 Yahudi yg tdk percaya.
Yoh 10:32 Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?"
Yoh 10:33 Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."

Pengajaran Yesus begitu jelas dipahami oleh orang Yahudi sebagai pernyataan bahwa dia setara dengan Allah. Kata Allah yg dalam ayat ini merujuk kepada Allah Bapa, sehingga jelas ada 2 pribadi berbeda di sini yaitu Bapa dan Yesus dan kedua2nya setara. Point ini sekaligus membantah pemahaman pihak Oneness bahwa Bapa dan Yesus adalah satu pribadi.

Ayat lain yg menunjukan Yesus juga telah "berbicara" melalui tindakanNya bahwa Dia itu Ilahi.
Yoh_5:18 Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.

Puncak penolakan mereka atas pernyataan Yesus secara implisit bahwa Dia itu Ilahi terjadi saat pengadilan terhadap Dia.
Mat 26:63 Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak."
Mat 26:64 Jawab Yesus: "Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit."
Mat 26:65 Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya.
Mat 26:66 Bagaimana pendapat kamu?" Mereka menjawab dan berkata: "Ia harus dihukum mati!"

Ungkapan ini menggemakan teks dalam PL seperti Daniel 7:13-14 yg juga terdapat dalam Dead Sea Scrolls. Pernyataan Yesus ini bagi imam besar jelas dipahami sebagai pernyataan keilahian Yesus yg menyebabkan Dia dihukum mati.

Selanjutnya kita akan menjumpai dari kitab-kitab berikutnya setelah Injil seperti Wahyu, Ibrani dll yg sangat jelas menyatakan tentang keilahian Yesus dan hanyalah Dia disembah selain Bapa.
Why 22:13 Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir.
Ibrani 1:6 Dan ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: "Semua malaikat Allah harus menyembah Dia."

Maka berbagai pengajaran dan tindakan Yesus telah "berbicara" banyak bahwa Dia Ilahi dan layak disembah.
Share:

Kemuliaan Yesus

Yes 42:8 Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku kepada patung.

Yoh 17:5 Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.

Kedua ayat ini akan terlihat kontradiksi bagi mereka yg beranggapan Yesus adalah ciptaan. Sebaliknya mereka yg percaya Yesus adalah Tuhan kedua ayat ini justru sinkron. Jika Yesus hanyalah ciptaan maka permintaan Dia kepada Bapa untuk dipermuliakan (Yoh 17:5) jelas sebuah pelanggaran yg serius.

Bandingkan dengan Iblis yang tidak memintanya langsung namun mempuyai keinginan untuk mendapat kemuliaan itu.
Yes 14:14 Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!

Iblis justru dilemparkan dan diusir dari surga
Why 12:9 Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya
Luk 10:18 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit.
Share:

Kenaikan Yesus Kristus sebagai Proklamasi Yesus sebagai Tuhan atas Alam Semesta

Kis 1:9 Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka.

Hari kenaikan Yesus Kristus tidaklah begitu populer di kalangan Kristen dibanding Hari Natal & Paskah. Namun sebenarnya makna kenaikan Yesus tidaklah kalah penting dibanding Natal & Paskah. Jika Natal kita menghayati peristiwa Allah menjadi manusia dan mulai menjalankan misi penyelamatan manusia puncaknya dengan mati di kayu salib untuk menebus manusia dari dosa. Paskah sebagai peringatan kemenangan Yesus atas maut, maka Kenaikan Yesus sebagai tanda selesainya tugasNya di bumi dan sebagai proklamasi Yesus sebagai Tuhan atas seluruh makhluk.

Kesemua peristiwa ini teringkas dalam hymne jemaat mula-mula sebagaimana ditulis Paulus dalam Fil 2:6-11
Php 2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
Php 2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Php 2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Php 2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
Php 2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
Php 2:11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Para murid awalnya mengenal Yesus sebagai sang Mesias dan sama seperti para nabi-nabi sebelumnya. Namun seiring waktu mereka semakin mengenal bahwa Dia tidak hanya sekedar nabi tetapi sebagai yang ilahi. Puncaknya lewat pernyataan Thomas sesudah kebangkitanNya "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20;28). Pada masa-masa akhir sebelum Dia naik kesurga, para murid sujud menyembah kepadaNya padahal penyembahan hanyalah untuk Allah. Yesus tidak menolak, berbeda dengan sikap para rasul seperti Paulus & Petrus menolak disembah termasuk malaikat juga menolak disembah.

Luk 24:51 Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga.
Luk 24:52 Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita.

Mat 28:17 Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu.
Mat 28:18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.

Dalam catatan Matius, menyebut ada beberapa orang ragu-ragu yg oleh beberapa penafsir, kemungkinan diantara para murid di luar dari kesebelas murid utama. Saat Dia disembah Dia tidak menolak justru meneguhkan bahwa Dia berkuasa di sorga dan di bumi atau Tuhan atas alam semesta.

Rasul Petrus kembali menyatakan hal ini dalam suratNya bahwa semuanya takluk kepadaNya.
1 Pet3:22 yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada-Nya.
Penggunaan idiom "sebelah kanan Allah" tidaklah dipahami secara literal karena substansi Allah adalah Roh. Idiom itu sebagai metafora atas posisi Yesus sebagai Allah selain Allah Bapa dan juga Roh Kudus.

Di hadapan Kayafas saat Dia diadili, Yesus juga menggunakan idiom "sebelah kanan Yang Mahakuasa".
Mat 26:64 Jawab Yesus: "Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit."
Mat 26:65 Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya.
Orang Yahudi paham makna idiom ini, makanya Kayafas bereaksi keras dengan mengoyakkan pakaiannya, karena dianggap Yesus melakukan penghujatan.

Ungkapan Yesus itu, menggemakan teks dalam kitab Daniel
Dan 7:13 Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya.
Dan 7:14 Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.

Teks ini pada masa era the Second Temple Judaism dipahami sebagai Sang Mesias yang ilahi dikenal juga dengan konsep "the two power in heaven". Hal serupa juga ditemukan dalam teks-teks Qumran atau dikenal sebagai dokumen laut mati (Dead Sea Scrolls). Teks DSS 4Q246 "He will be called son of God, and they will call him son of the Most High. .... His kingdom will be an eternal kingdom, and all his paths in truth. He will jud[ge] 6 the earth in truth and all will make peace.."

Konsep ini kemudian di era rabbinik ditolak dan dianggap sebagai bidat (min), karena konsep ini senada dengan pernyataan Yesus. Anggapan konsep ini sebagai bidat didorong motif apologetik pihak Yudaisme melawan kekristenan. Tetapi yang jelas berbagai pengajaran Yesus mengakar atau mengacu pada PL/Tanakh baik sebagai penggenapan atas nubuatan atau sebagai tipologi. Hal ini juga dikonfirmasi dari tradisi Yahudi awal sebelum era rabbinik.

Yah, jelaslah bahwa hari kenaikan Yesus Kristus merupakan hari proklamasi bahwa Yesus adalah Tuhan atas alam semesta.
Selamat Hari Kenaikan Yesus Kristus.
Share:

Polemik Identitas Kearaban

Beberapa waktu lalu saya & Menachem Ali cukup intens mendiskusikan perihal identitas kearaban. Belakangan ini Menachem Ali mencoba mengangkatkan kembali masalah ini malah telah & sedang menuliskan buku-buku tentang hal ini. Beberapa pointnya disajikan kembali dalam tulisan di FB dan yg menarik tulisannya mendapat reaksi dari Mun'im Sirry setelah M Ali dalam tulisannya menyebut diksi "nalar revisionis".

Point utama dari Menachem Ali masih seputar diskusi kami sebelumnya yaitu dia mencoba mengasosiasikan secara eksklusif Arab dengan Ismail, sehingga identitas kearaban menurut dia merujuk pada etnik atau jalur nasab tertentu khususnya keturunan Ismail. Referensi terbaru M Ali mengambil rujukan dr teks Peshitta (Aramaik), sebelumnya dia biasa mengambil sumber dari literatur rabbinik seperti tulisan rabbi Saadia Gaon (Rasag) & Talmud, penulis2 Kristen awal seperti Jerome dan terutama tulisan Joshepus.

Point utama ini telah saya kritik dlm diskusi kami, karena menurut saya pengasosiasian Arab dgn Ismail tidak berarti bahwa Arab itu eksklusif keturunan Ismael. Data biblikal & extrabiblikal menunjukan bahwa Arab itu terdiri dari banyak suku tidak hanya keturuan Ismail, seperti keturunan Keturah, Esau, Joktan dll yg oleh scholars merujuk pada kumpulan suku-suku nomaden di semenanjung Arabia sebagaimana diuraikan cukup jelas oleh Munim Sirry. Memang keturunan Ismail yg lebih dominan terutama sejak eksisnya kerajaan nabataen merujuk ke suku Nebayoth yg sebelumnnya suku Ismail yg dominan seperti ditulis dlm Alkitab adalah suku Kedar. Hal ini telah dianalisis secara cermat oleh Israel Eph'al "... We have seen that there is no historical basis to the tradition of associating the Ishmaelites with the Arabs… A more definite identification of the Ishmaelites with the Arabs is found at a later stage, in Josephus's Antiquities of the Jews", "Ishmmael and Arab(s): A transformation of ethnological Terms, Journal of Near Eastern Studies , Tel Aviv University, Oct 1976.

Menariknya respon Mun'im Sirry melalui pendekatan historis mirip dgn posisi saya yaitu sama-sama menolak pendapat bhw identitas Arab merujuk ke etnik atau jalur nasab tertentu. Karena memang berbagai data historis extrabiblikal termasuk arkeologi tdk mendukung posisi Menachem Ali, termasuk dari rujukan scholars yg saya gunakan dalam studi ancient arabs seperti Jan Retso, Israel Eph'al. dll. Misalnya Retso menyatakan "... The fact that so many authors and scholars have thought that Arab means 'nomad' or that it may mean anything from camp to family may indicate that the word has a very vague meaning or that it indeed means nomad, i.e. it is a term for a way of living, The Arabs In Antiquity: Their History from the Assyrians to the Umayyads, RoutledgeCurzon, London and New York, 2003 page5

Saya menghargai berbagai tulisan akademik pak Mun'im yg mengelaborasi banyak data yg ada, maka dlm tulisan & kajian saya kontra Menachem Ali dlm konteks apologetik saya berupaya utk tidak membawa2 nama pak Mun'im. Hanya saja utk pembahasan tentang identitas kearaban kebetulan ada irisan yg sama posisi saya dengan pak Mun'im. Mohon maaf pak Mun'im telah menyebut nama anda dalam tulisan ini.

Dalam tulisan2 berikutnya saya akan coba mereview dan mengelaborasi kembali diskusi saya dgn Menachem Ali, khususnya data biblikal tentang identitas kearaban termasuk data extrabiblikal yg relevan.
Share:

Q&A: Polemics of Jesus' Resurrection & Hypostatic Union

Alkitab dengan jelas mengajarkan Yesus memiliki dua natur; ilahi & manusia. Dia melakukan mujizat dengan kuasaNya sendiri, mengampuni dosa yg hak itu eksklusif milik Allah, menerima penyembahan kepadaNya, memberi pernyataan "Aku berkata kepadamu" yg setara dengan firman YHWH dlm PL dll, kesemuanya itu menunjukan natur keilahianNya. Namun di sisi lain Dia bisa merasakan lapar, menangis bahkan mati yg menunjukan natur kemanusiaanNya. Para bapa gereja kemudian membuat rumusan untuk hal ini yg kemudian dikenal dengan nama Hypostatic Union atau kesatuan hipostatis yaitu Yesus memiliki 1 hypostatic (pribadi) dengan 2 natur.

Polemik tentang kebangkitan Yesus apakah Dia aktif dalam kebangkitanNya atau pasif banyak terkait dengan konsep hypostatic union ini. Pihak yg berdiskusi, umumnya dalam posisi Yesus "aktif & pasif" dalam kebangkitanNya, sedangkan lawan diskusinya dalam posisi Yesus "hanya pasif". Argumentasi standard dari posisi "aktif pasif" menyatakan Yesus dibangkitkan merujuk pada natur kemanusiaanNya sedangkan Yesus membangkitkan diriNya sendiri merujuk ke natur keilahianNya. Namun argumentasi standard ini mendapat respon dari pihak "hanya pasif", berikut ini respon atau pertanyaan mereka dan tanggapan baliknya dalam bentuk question & answer (Q&A).

Q: Natur tidak bisa mengalami kematian/kebangkitan, bukankah yang bisa mati/bangkit adalah pribadi?
A: Ya sepakat, yang bisa mengalami kematian adalah pribadi dan dalam hal ini pribadi Yesus dalam natur kemanusiaanNya yang mengalami kematian kemudian dibangkitkan oleh Allah Tritunggal termasuk oleh pribadi Yesus dalam natur keilahianNya membangkitkan diriNya sendiri.

Q: Karena Yesus sehakekat dgn Allah Bapa, apakah berarti Allah Bapa juga mengalami disesah, disalib dan mati seperti pribadi Anak?
A: Tidak, karena Allah Bapa tidak memiliki natur kemanusiaan, berbeda dengan Yesus. Pribadi Yesus dalam natur kemanusiaanNya jelas bisa disesah, disalib, bisa mati dan telah mengalami kematian namun pribadi Yesus dalam natur ilahi jelas tidak bisa mati, karena Tuhan tidak bisa mati. Rasul Petrus tegas menyatakan hal ini. 1 Pet 3:18 "... Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia...". Jelaslah pribadi Yesus sebagai manusia atau dalam natur kemanusiaanNya yg mengalami kematian.

Q: Bagaimana dengan kelahiranNya, apakah pribadi Anak terlibat aktif dalam kelahiranNya?
A: Tentu saja Dia juga aktif dalam kelahiranNya, bukankah Yesus memiliki pra eksistensi sebagai Logos yang kemudian pada saat Dia berinkarnasi natur kemanusiaan ditambahkan kepadaNya. Sebelum inkarnasi ada 1 pribadi dengan 1 natur dan setelah inkarnasi ada 1 pribadi dgn 2 natur.

Q: Paulus banyak menuliskan Yesus dibangkitkan sedangkan Yesus dianggap menyatakan akan membangkitkan diriNya sendiri, bukankah ini kontradiksi kecuali Yesus tidak bermaksud demikian?
A: Yesus sangat jelas menyatakan Dia akan membangkitkan diriNya sendiri (Yoh 2:19-21,10:17-18). Pembahasan detail teks2 ini akan dibahas tersendiri. Memang sekilas terkesan kontradiksi dan untuk merekonsialisasinya tidak berarti Yesus dianggap tidak mengajarkan kebangkitan "aktif" supaya sama dengan Paulus. Kedua hal itu "pasif" (Paulus) dan "aktif' (Yesus) sama-sama benar dan kesan kontradiksi itu dapat diselesaikan melalui konsep hypostatic union, seperti dijelaskan Richard Gaffin "..The Chalcedon formulation proves helpful here: The two natures co-exist hypostatically (in one person), without either confusion or separation; Jesus expresses what is true of his person in terms of his deity, Paul expresses what is no less true in terms of his humanity.". Redemption and Resurrection: An Exercise in Biblical-Systematic Theology, Testamentum Imperium, An International Journal, Volume I 2005-2007, page 5-6

Q: Bukankah hal ini bisa mengarah atau dalam bayang-bayang nestorianisme?
A: Tidak, karena nestorian mengajarkan adanya 2 pribadi atau 2 hypostatic yaitu Allah Firman dan manusia Yesus, seakan-akan posisi "aktif pasif" bermakna Allah Firman telah membangkitkan manusia Yesus. Kalau pandangan seperti itu, akan menunjukan adanya suatu pribadi (Allah Firman) yg membangkitkan pribadi yg lain (manusia Yesus). Namun konsep hypostatic union tidak seperti itu, lebih tepatnya pribadi dalam natur kemanusiaan yg mengalami kematian dan pribadi yg sama dlm natur keilahianNya membangkitkan diriNya sendiri. Untuk memudahkan kita memahami hal ini, kita bisa lihat perbandingannya dgn Yesus yg berkuasa menciptakan makanan namun pada saat bersamaan Dia sebagai manusia merasakan lapar. Kondisi ini terjadi hanya pada satu pribadi Yesus yg memiliki natur ilahi yg bisa menciptakan makanan dan saat bersamaan dalam natur manusia Dia merasakan lapar. Contoh lain, sebagai manusia Yesus menangis atas kematian sahabat-Nya Lazarus namun sebagai Allah Dia berkuasa membangkitkan Lazarus dari kematian. Penjelasalan2 seperti ini telah diuraikan para bapa gereja seperti Leo yg menuliskan The Tome, Cyrillus - formula unions dll menghadapi ajaran Nestorius (ada 2 hypostatic) dan Eutyches (kedua natur bercampur) yg kemudian dirumuskan dlm konsep hypostatic union di konsili Chalcedon (451M).

Q: Karena Yesus sebagai manusia Dia sehakekat dgn kita maka seharusnya Dia tidak akan membangkitkan diriNya sendiri untuk menunjukan bahwa Dia memang sehakekat & solidaritas dengan kita?
A: Pribadi Yesus sebagai manusia memang sehakekat dengan kita, namun kita tidak boleh hanya fokus atau membatasi Yesus pada natur kemanusiaanNya saja karena Dia juga memiliki natur keilahiaan. Karena Yesus 100% sehakekat dengan manusia bahkan Dia telah mengalami kematian maka hal itu sudah cukup menunjukan Dia benar-benar sehakekat & solidaritas dengan kita manusia, tanpa harus ditambahkan Dia harus tidak menggunakan kuasaNya untuk membangkitkan diriNya sendiri. Saya kira kita harus hati-hati untuk tidak memaksakan logika berpikir kita melampaui data yang ada.

Q: Kebangkitan Yesus memang karya Allah Tritunggal, tetapi tidak semua pribadi dalam Allah Tritunggal melakukan hal yang sama, seperti dalam peristiwa penyesahan & penyaliban, Allah Bapa dan Roh Kudus tidak ikut terlibat. Demikian juga dalam kebangkitan Yesus, Yesus dalam posisi pasif sedangkan yang aktif adalah Allah Bapa & Roh Kudus?
A: Mengenai penyesahan & penyaliban sudah dijawab sebelumnya bahwa hal ini hanya dialami pribadi Anak karena dalam diriNya ada natur kemanusiaan. Namun diluar hal-hal yang hanya bisa dialami Yesus karena natur kemanusiaanNya, semuanya melibatkan semua Pribadi dari Allah Tritunggal. Dalam teologi dikenal istilah Perikoresis tentang karya bersama dari Allah Tritunggal (opera ad extra) yg juga telah digumulkan bapa gereja. Mereka tidak hanya menghadapi konsep unitarian dari Arius tetapi juga menghadapi 2 ekstrim berkaitan Allah Tritunggal, ekstrim pertama Triteisme yg terlalu menekankan ketigaan sehingga tergelincir pd konsep 3 Allah dan ekstrim kedua modalisme/sabelian yg terlalu menekankan keesaan sehingga tiga pribadi itu hanya topeng atau peran semata.

Bapa-bapa gereja Kapadokia (Gregorius dr Nazianzus, Gregorius dr Nyssa & Basilius dr Kaisarea) telah membantah kedua ekstrim ini. Gregorius dr Nyssa dalam bukunya Quod Non Sint Tres Dii sebagaimana ditulis Tony Lane dlm bukunya Runtut Pijar "... Kita tidak pernah mendengar bahwa Sang Bapa berbuat sesuatu sendiri tanpa kerja sama dengan Sang Anak. Demikian juga Anak tidak pernah bertindak sendiri tanpa Roh Kudus...". Maka konsep Perikoresis seperti yg ditunjukan dlm tulisan bapa-bapa gereja Kapadokia justru mendukung posisi "aktif pasif" bahwa Yesus sebagai bagian dari Allah Tritunggal juga terlibat aktif dalam kebangkitan tubuh manusiaNya.

Sebagai tambahan, penjelasan Geerhardus Vos & Richard Gaffin, tulisan & posisi keduanya sebelumnya telah salah dimengerti seakan-akan mereka dalam posisi "hanya pasif". Berikut pernyataan mereka ".. In all their external works, the three persons act together. And the work of the resurrection finds a parallel in the act of the incarnation, in which the same conjoint working of the divine persons manifests itself.". Geerhardus Vos (author), Richard Gaffin (editor), Reformed Dogmatics, Volume Three: Christology.

Demikian tulisan singkat dalam bentuk Q&A tentang hypostatic union dan kaitannya dengan polemik kebangkitan Yesus. Tulisan berikutnya akan membahas "kenosis" yang kemungkinan jadi acuan untuk konsep "potentiality & actuality".
Share: