Menjawab Klaim: Bible pun tidak "selevel" Hadits

Tulisan ini merupakan tanggapan atas pernyataan seorang muslim bernama Elia Hanafi di Facebook tahun 2019. Beliau mencoba menilai Bible dari perspektif teologi Islam dengan membandingkannya dengan Hadits. Elia menyajikan keunggulan Hadits berdasarkan jalur periwayatannya (chain of transmission) yang ketat kemudian menilai Bible dengan standard tersebut. Hasilnya seluruh ayat Bible dianggapnya lemah (dhaif). Jika kita mencermati secara seksama maka kita bisa menemukan kelemahan mendasar dari argumentasinya. Kita akan mengulasnya secara ringkas dan untuk kajian lebih detail dapat berkembang dalam diskusi sub topik yang lebih spesifik.

Berikut kutipan lengkap atas tulisannya yang diberi judul Bible pun tidak "selevel" Hadits:

[[Nash nash yang terdapat pada hadits nabi di pastikan memiliki jalur periwayatan (chain transmision) yang sangat baik yang terconect/tersambung langsung pada "primary source" yaitu nabi muhamad Saw. jika sebuah hadits mendapati jalur riwayat "sanad" yang cacat maka status hadits menjadi lemah "dhaif" dan diantara beberapa "clasificated" antara lain adalah hadits mursal mudallas,mu'alaq. Mu'dhal dan hadits munqhati. Dalam tradisi kekristenan Mungkin saja Tak ada satupun nash yang terdapat di bible atau injil ini memiliki "chain transmision' yang terconect (tersambung) langsung dengan jesus atau"isa". jika saja metode hadits tersebut di pakai untuk "membongkar" injil, maka seluruh ayat bible termasuk dlm kategori dhaif. Semua masuk dalam klasifikasi yang disebut

Munqhati atau jalur nya terputus. Yang kedua Periwayat penulis penulis tsb tidak di ketahui "unknow"(majhul ). yang ketiga ketidakjelasan "sumber" nya (unknow).
Karena, Selain sanad harus tersambung tanpa putus. Nama nama periwayat "rowi" harus lah orang yang sangat terpercya "tsiqah". dan jika dalam nama periwayat ada yang cacat moral maka status berubah menjadi dhaif automaticly.

Saya tak melihat ada satu pun nash dalam injil yang memiliki persyaratan yang di sebuntukan di atas yang tersambung langsung pada jesus "isa. Dan 4 penulis dalam injil mathew mark luk dan jhon SEMUA bukan murid (hawariyun) jesus.
Dan sekali lagi jika kita di telaah singkat pada kaca mata (metode) yang di pakai hadits. Maka jelas injil berstatus "Dhaif" Terputus jalur. yang tulis siapa kita tak pernah tau dan asal usul nya pun tidak jelas. Thanks]]]]
Tulisan Elia Hanafi ini memang terkesan meyakinkan bagi mereka yang tidak paham perbandingan Bible & Hadits termasuk Quran secara komprehensif. Sebelum kita membahas point-pointnya terlebih dahulu kita bahas definisi dari objek yang dibandingkan tersebut.

Dalam sistem teologi Islam, Quran merupakan kumpulan dari firman Allah yang diwahyukan Allah ke Muhammad melalui perantaraan malaikat Jibril. Quran umumnya berisi perkataan Allah secara verbatim (kata demi kata) dan sangat sedikit narasi sejarah yang menyertai perkataan Allah tsb. Adapun narasi tentang kehidupan Muhammad sendiri termasuk peristiwa penerimaan wahyu tercatat dalam hadits. Maka untuk mengetahui sebab-sebab turunnya ayat dalam Quran (asbabun nuzul) rujukannya ke hadits.

Dalam PL atau Tanakh (versi Judaism) berbagai perkataan atau firman Allah tercatat dalam kitab yang juga berisi narasi peristiwa hadirnya perkataan Allah itu yang disampaikan melalui para Nabi seperti Musa, Yesaya dll termasuk catan kehidupan para nabi itu sendiri. Berbeda dengan PB khususnya Injil, karena tidak ada catatan firman Allah secara verbatim. Yesus tidak pernah mengatakan beginilah firman Allah "bla.. bla ..." melainkan apa yang dikatakanNya itulah firman Allah tanpa harus lewat perantara seperti para nabi dalam PL (Ibr 1:1-2) karena Dia adalah Firman yang menjadi manusia (Yoh 1:1,14). Dari perspektif Kristen, Yesus tidak diberikan Injil sebagaimana dikatakan Quran (QS Maryam 19:30) dan kata "Injil" yang disampaikan Yesus (Mrk 1:15, Mat 24:14) bukan merujuk pada sebuah kitab (Injil) sebagaimana didalilkan polemikus muslim melainkan berita kabar baik (Euangelion).

Dalam Injil tercatat kehidupan (biografi) Yesus secara kronologis mulai dari kelahiran, awal pelayanan sampai pada kematian, kebangkitan dan kenaikanNya. Model pencatatan secara kronologis seperti ini tidak ada dalam Quran & Hadits2 shahih kecuali dalam kitab Sirah Nabawiyah berupa hadith biografi Muhammad yang ditulis Ibn Ishaq. Adapun kitab lain dalam PB selain Injil kanonik terdiri atas surat-surat para rasul seperti Paulus, Petrus, Yohanes dll. Surat-surat para rasul ini bisa dibandingkan dengan pengajaran atau pendapat para sahabat nabi Muhammad yang tercatat dalam Hadits.

Berdasarkan uriaan ini, perbandingan secara komposisi isi tulisan: Bible PL = Quran plus Hadith; dan Bible PB = Quran plus Hadith Plus Sirah Nabawiyah.

Sekarang kita bahas proses & waktu penulisannya

Setelah berakhirnya perang Yamamah, Umar bin Khathab mengusulkan kepada khalifah Abu Bakar untuk dilakukan pembukuan (kodifikasi) Quran karena kekhawatirannya banyaknya penghafal Quran yang mati dalam perang. Kemudian ditunjuklah Zaid bin Tsabit untuk melakukan pengumpulan dan pembukuan Quran. Proses itu berlangsung sampai pada masa khalifah Uthman bin Affan dengan satu mushaf Quran yang standard dan berbagai versi Quran tdk standard diperintahkan Uthman untuk dimusnahkan. Waktu penulisan atau kodifikasi dilakukan setelah wafatnya Muhammad di thn 832 dan versi standard yang belum ada tanda bacanya telah ada pada abad ke-7 masih dlm abad yang sama dengan keberadaan Muhammad atau puluhan tahun setelah wafatnya Muhammad.

Namun berbeda dengan Hadith yang dikumpulkan dan ditulis nanti pada abad ke-9 yaitu Bukhari (194/255 H/810/869 M), Muslim (204/261 H/819/875M), Tirmidzi (209/279 H/824/892 M), Nasa’i (214/303 H/829/915 M), Abu Dawud (203/275 H/818/888 M) dan Ibnu Majah (209/295 H/824/908 M). Jarak antara penulisan Hadits dengan masa kehidupan Muhammad sekitar 200an tahun. Masih lebih dekat Sirah Nabawiyah yang ditulis Ibn Ishaq (85/150-159 H 704/761-770 M) yang berada di abad ke-8.

Bagaimana dengan Bible?
Untuk Bible PB yang terdiri atas keempat injil kanonik serta kitab & surat lainnya ditulis pada abad pertama yang jaraknya puluhan tahun sejak kenaikann Yesus ke surga pada sekitar tahun 30an. Dari segi waktu penulisan Bible PB mirip dengan penulisan Quran yaitu ditulis pada saat para saksi mata masih hidup. Menurut catatan sejarah penulis injil kanonik hanya empat orang yang merupakan bagian dari 12 murid Yesus (Matius & Yohanes) dan murid-murid lainnya yaitu Markus berdasarkan Petrus dan Lukas berdasarkan informasi langsung dari para murid & dari kitab sebelumnya (Injil Markus & Matius). Hal ini bisa disejajarkan dengan Ubay bin Ka'ab, Abdullah bin Mas'ud, Abdullah bin Abbas, serta Zaid bin Tsabit dalam pencatatan Quran. Zaid bin Tsabit paling cocok jika disandingkan dengan Lukas karena keduanya melakukan kompilasi atas kitab/musbhaf sebelumnya disamping informasi lain yang didapatkanya.

Namun perbedaannya, dalam kekristenan awal tidak ada otoritas tunggal yang melakukan standarisasi antar kitab2 injil kanonik yang ditulis pd abad ke-1 tsb. Berbeda dengan standarisasi Quran yang dilakukan khafilah Uthman bin Affan yaitu mushaf Quran yang disusun Tsaid bin Tsabit. Sedangkan versi lainnya termasuk mushaf versi Ubay bin Kaab, Abdullah bin Mas'ud dll dimusnahkan. Catatan lengkap berbagai versi Quran yang ada pada masa itu bisa dilihat dalam buku Fihrist yang ditulis sejarawan Arab Al-Nadim. Beberapa kutipan teks dari versi Quran itu tercatat dalam Kitab Al Masahif tulisan Ibn Abi Dawud.

Untuk Bible PB, pada abad awal di beberapa jemaat di berbagai wilayah belum memiliki salinan yang lengkap keempat injil kanonik dan surat2 lainnya dlm PB. Namun seiring waktu proses sirkulasi terjadi sehingga koleksi jemaata & para bapa gereja semakin banyak sebagaimana ditunjukan daftar kitab PB yang telah dikenal bapa2 gereja seperti justin martir, ireneus dll yang umumnya telah mengenal & menerima keempat injil kanonik. Berbagai injil apokrif seperti injil Thomas, injil Petrus dll nanti muncul mulai abad ke-2 s/d 4 yaitu setelah matinya para saksi mata. Para bapa gereja telah mengenal hal ini, sehinggal injil apokrif ini tdk masuk dlm daftar kanon PB. Namun demikian tidak ada perintah untuk memusnahkan injil apokrif ini dan injil2 apokrif ini sampai saat ini salinannya masih ada.

Sekarang kita masuk pada inti pembahasan tentang hadits. Elia Hanafi begitu mengunggulkan sistem periwayatan Hadits melalui Isnad (chain of transmission). Namun setelah kita melihat jarak antara masa hidup Muhammad dengan proses kompilasi dan pembukuan hadith ini yang jaraknya 200an tahun dibandingkan dengan Bible khususnya PB yang hanya puluhan tahun atau pada masa para saksi mata masih hidup, maka point "Isnad" yang diajukan Elia Hanafi menjadi tidak relevan. Point "Isnad" ini mengacu pada Oral Tradition yang juga ada dalam budaya Israel. Namun dlm penulisan injil kanonik dan kitab/surat lainnya ditulis oleh para saksi mata langsung, kecuali Markus berdasarkan kesaksian Petrus dan Lukas dari para murid. Penulisan kitab PB yang mengacu pada Oral Tradition jelas masih dekat dengan lingkaran saksi mata seperti kata Paulus dlm 1 Kor 15 "... telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri...", tidak seperti hadith yang berdasarkan informasi dari a, a dari b, b dari c dst.

Kita analogikan dengan ilustrasi permainan telepon-teleponan, pesan dari pengirim awal bisa berbeda dengan penerima akhir karena terjadi distorsi diantara beberapa orang perantara. Hal ini bisa terjadi dengan hadith buktinya ada begitu banyak hadits yang dikategorikan dhoif. Misalnya hadits shahif Bukhari, dari 600.000 hadist, Bukhari hanya memilih sekitar 2.761 hadits. Demikian juga hadits shahih Muslim hanya 4.000 dari 300.000 dan hadits shahih lainnya. Silahkan dikoreksi kalau datanya keliru. Salah satu indikator hadits shahih yaitu periwatnya yang dpt dipercaya, lalu bagaimana seandainya keterangan ttg profil dr periwayat itu tdk valid atau justru dari data yang sedang dibuktikan keshahihannya, ini menjadi circular reasoning. Selain itu hadith biografi Muhammad oleh Ibn Ishaq yang lebih awal dibanding hadits shahih seperti Bukhari dll, justru dalam detail dipertanyakan dalam hadits-hadist sahih tsb. Bukannya beberapa detail dalam Sirah Nabawiyah itu problematik dengan data sejarah lainnya.

Berdasarkan hal ini maka point Isnad dalam hadith untuk memeriksa shahih tidaknya sebuah hadith dari ribuan detail hadith yang ada, tidak relevan diterapkan ke Bible PB. Karena proses kompilasi Bible PB telah terjadi pada abad pertama oleh para saksi. Kalau begitu apa yang menjadi dasar menyatakan Bible PB yang ditulis pd abad ke-1 itu tetap sama pada abad berikutnya bahkan sampai saat ini? Jawabannya Manuscript PB & tulisan bapa2 gereja! yaitu bertumpu pada written tradition dibanding oral tradition.

Share:

Belajar Semangat & Cara Berapologetika Paulus

Banyak orang melihat Paulus hanya identik dengan penginjilan padahal dalam misi penginjilannya terdapat apologetika yang luar biasa. Tantangan yang dihadapi Paulus tidak hanya dari orang-orang sebangsanya pihak Yudaisme tetapi juga orang-orang Yunani & Romawi yang masih menganut paganisme dan filsafat ala Plato, Stoa, Epikurean dll. Bahkan tantangan dari kalangan orang percaya juga muncul seperti bidat nomianisme yang mengajarkan bahwa keselamatan tidak hanya lewat Kristus tetapi juga menjalankan Taurat. Syukurlah Konsili Yerusalem ikut menegaskan posisi Paulus yang sangat keras atas bidat ini seperti tercermin dalam suratnya Galatia. Dalam kesempatan ini, mari kita belajar semangat dan cara berapologetika Paulus melawan para penentangnya.

Kis 17:1 Paulus dan Silas mengambil jalan melalui Amfipolis dan Apolonia dan tiba di Tesalonika. Di situ ada sebuah rumah ibadat orang Yahudi.
Kis 17:2 Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci.
Kis 17:3 Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata: "Inilah Mesias, yaitu Yesus, yang kuberitakan kepadamu."
Kis 17:4 Beberapa orang dari mereka menjadi yakin dan menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas dan juga sejumlah besar orang Yunani yang takut kepada Allah, dan tidak sedikit perempuan-perempuan terkemuka.
Kis 17:5 Tetapi orang-orang Yahudi menjadi iri hati dan dengan dibantu oleh beberapa penjahat dari antara petualang-petualang di pasar, mereka mengadakan keributan dan mengacau kota itu. Mereka menyerbu rumah Yason dengan maksud untuk menghadapkan Paulus dan Silas kepada sidang rakyat

Paulus saat di Tesalonika mencari rumah ibadat atau sinagoge karena disitulah dia dapat bertemu dengan komunitas orang Yahudi diaspora. Tiap Sabat berturut-turut dia berupaya mengajarkan bagian-bagian kitab suci yaitu teks-teks nubuatan mesianik yang digenapi oleh Yesus sebagai Sang Mesias. Banyak orang Yahudi yang percaya termasuk orang Yunani yang convert ke Yudaisme atau yg sudah ikut menyembah YHWH. Namun ada yang menentang dan menjadi provokator untuk menyerang Paulus.


Jika di Tesalonika orang-orang Yahudi banyak yg jadi penentang, sebaliknya di Berea mereka lebih terbuka atau lebih baik hatinya. Semangat belajar firman mereka sangat tinggi dan kritis terhadap berbagai informasi dengan mengujinya berdasarkan kitab suci.
Kis 17:11 Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.
Kis 17:12 Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani.
Semangat orang Yahudi di Berea ini patut dicontoh oleh jemaat Kristen masa kini yaitu semangat mereka untuk belajar kebenaran firman Tuhan. Tantangan kembali dijumpai Paulus saat dia berada di Efesus karena ada orang-orang yang keras hati bahkan mengumpat kekristenan yang disebut sekte Jalan Tuhan saat itu.
Kis 19:8 Selama tiga bulan Paulus mengunjungi rumah ibadat di situ dan mengajar dengan berani. Oleh pemberitaannya ia berusaha meyakinkan mereka tentang Kerajaan Allah.
Kis 19:9 Tetapi ada beberapa orang yang tegar hatinya. Mereka tidak mau diyakinkan, malahan mengumpat Jalan Tuhan di depan orang banyak. Karena itu Paulus meninggalkan mereka dan memisahkan murid-muridnya dari mereka, dan setiap hari berbicara di ruang kuliah Tiranus.
Pada titik tertentu mereka yang sudah "kebal" itu harus ditinggalkan untuk memaksimal waktu yang ada menjangkau yang lain termasuk orang non Yahudi yang dijumpai Paulus setiap hari di ruang kuliah Tiranus.
"The detail about the lecture hall derives from local tradition. Paul is pictured here as a wandering philosopher" (Hans Concelman, Act of the Apostles, Hermenia, Fortress Press, 1988).
Pada pasal terakhir dalam kitab Kisah Para Rasul, Paulus tercatat melakukan diskusi dengan orang-orang Yahudi di Roma yang kemungkinan dilakukan pada masa-masa akhir sebelum dia dihukum mati oleh kaisar Nero.
Kis 28:23 Lalu mereka menentukan suatu hari untuk Paulus. Pada hari yang ditentukan itu datanglah mereka dalam jumlah besar ke tempat tumpangannya. Ia menerangkan dan memberi kesaksian kepada mereka tentang Kerajaan Allah; dan berdasarkan hukum Musa dan kitab para nabi ia berusaha meyakinkan mereka tentang Yesus. Hal itu berlangsung dari pagi sampai sore.
Kis 28:24 Ada yang dapat diyakinkan oleh perkataannya, ada yang tetap tidak percaya.
Dalam diskusi seharian itu Paulus menyajikan argumentasi tentang Yesus berdasarkan Torah & kitab para nabi. Sudah tentu dalam diskusi ini kembali membahas berbagai ayat-ayat dalam Tanakh sebagai prooftext nubuatan mesianik yang mengarah ke Yesus. Ada yang diyakinkan tetapi ada juga tetap tidak percaya. Saya membayangkan dalam konteks masa kini ibarat Dr. Michael Brown seorang Jewish believer & pihak Jewish Missionary lainnya yang coba menyakinkan orang Yahudi termasuk para rabbi-rabbinya. Ada yang percaya ditandai semakin besarnya kelompok jews messianic namun banyak juga yang menolak bahwa menentang keras dengan melakukan counter missionary. Jika di Efesus ada orang Yahudi yang sampai mencemooh Jalan Tuhan, mungkin kalau masa kini ibarat Rabbi Tovia Singer yang mengolok-olok kekristenan yang dianggap sebagai Avodah Zarah (idolatry)

Dalam kisah penginjilan Paulus, dia tidak hanya menyasar orang-orang Yahudi diaspora tetapi juga orang-orang non Yahudi yang sangat kuat dengan budaya paganisme & filsafatnya. Selain di ruang kuliah Tiranus di Efesus juga di Areopagus di Athena kota pusatnya para filsuf.
Kis 17:22 Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata: "Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa.
Kis 17:23 Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.
Dalam diskusi dengan orang2 Yunani itu termasuk para filsufnya, sepertinya dia kurang menyajikan prooftext ayat-ayat nubuatan mesianik dalam Torah & Kitab para nabi melainkan menggunakan pendekatan logis seperti dalam pembuktian eksistensi Allah. Mungkin dalam konteks modern seperti mendebat para ateist atau agnostic dengan Kalam/Cosmological Arguments & Teleological Arguments.

Pola berapologetika menghadapi berbagai filsafat yang kosong & palsu ini, juga dia ingatkan kepada jemaat melalui surat-suratnya.
2 Kor 10:5 Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,
Kol 2:8 Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.
Apa yang bisa kita pelajari dari hal ini? Kita bisa melihat semangat apologetika Paulus dalam penginjilannya, juga pendekatan apologetika yang dilakukan Paulus yang sifatnya kontekstual. Ada saat-saat dia memberitakan injil di ruang publik atau ditempat ibadah dengan menyajikan pesan-pesan secara apologetis sederhana. Namun ada saat dia menyiapkan waktu khusus untuk pembahasan secara mendalam bahkan diskusi seharian seperti saat di Roma.

Hal menarik lainnya saat berhadapan dengan orang Yahudi, pendekatannya tentu pada teks-teks mesianik dalam Tanakh yang biasa dikenal sebagai apologetika evidensial. Sebaliknya saat berdiskusi dengan orang Yunani atau Romawi pendekatan yang dia lakukan cenderung pada apologetika presaposisi. Saya kira kedua pendekatan apologetika ini sama-sama baik tinggal pemilihan pendekatannya disesuaikan dengan posisi lawan diskusi. Bahkan tidak jarang kita bisa menggunakan kombinasi keduanya.
Share:

Yesus Pencipta atau Ciptaan? Eksegese Kolose 1:15-18

Kol 1:15  Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, 

Kol 1:16  karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. 

Kol 1:17  Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. 

Kol 1:18  Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. 


 Pihak Unitarian memahami bahwa Yesus adalah ciptaan pertama kemudian melalui Yesus alam semesta diciptakan. Argumentasi pertama mereka mengacu pada tafsiran kata PROTOTOKOS (Sulung) yang diartikan "pertama" sebagaimana kata sulung yg digunakan untuk anak pertama. Argumentasi kedua yaitu akata DIA yang diartikan "Melalui" untuk menunjukan bahwa Yesus hanya perantara Allah dalam melakukan penciptaan.


Untuk memperkuat point mereka atas tafsiran kata PROTOTOKOS, mereka merujuk pada ayat 18 yang menyatakan bahwa Yesus yang pertama (PROTOTOKOS) bangkit dari antara orang mati berarti Yesus adalah bagian dari orang yang pernah mati. Sehingga dengan kata yang sama Yesus juga dianggap bagian dari ciptaan. Mereka kemudian menggunakan kajian gramatikal bahwa kata PROTOTOKOS yangg berkaitan dengan kasus genitif pada kata KTISEOS merupakan Partitive Genitif yang berarti kata Sulung (PROTOTOKOS) adalah "bagian dari" ciptaan (KTISEOS).


Terlihat argumentasi mereka cukup meyakinkan, namun jika kita menelitinya secara mendalam, justru kita mendapatkan kesimpulan yang sebaliknya. Pertama-tama tentang kata PROTOTOKOS, kata ini secara literal memang berarti anak yang pertama misalnya Ruben anak sulung Yakub (Kej 46:8), penyebutan tulah ke anak Sulung di Mesir dan lain-lain. Namun prototokos juga memiliki arti figuratif, misalnya Allah menyebut Efraim sebagai anak Sulung (Yer 31:9b) padahal sebenarnya Efraim adalah anak bungsu adik dari Manasye (Kej 48:14), juga Daud disebut sebagai anak Sulung (Maz 89:28) padahal ia adalah anak bungsu dari Isai. Makna protokos figuratif disini berarti KEUTAMAAN.


Sekarang kita perhatikan Kol 1:18, oleh LAI diterjemahkan secara dinamis menjadi "yang pertama bangkit dari antara orang mati",  dalam terjemahan KJV dituliskan "the firstborn from the dead". Namun apapun terjemahannya, apakah berkaitan dengan kematian atau kebangkitan yang jelas Yesus bukanlah yang pertama mati atau bangkit, karena sebelumnya sudah ada pernah bangkit seperti Lazarus. Ini berarti kata PROTOTOKOS dalam ayat ini tidak tepat diartikan secara literal sebagai yang "pertama" secara kronologis waktu. Demikian pula kata PROTOTOKOS dalam ayat 15 juga tidak tepat diartikan sebagai yang "pertama" dari ciptaan Allah. Jika Paulus memang bermaksud mengajarkan bahwa Yesus adalah ciptaan yang pertama, maka dia akan menggunakan kata PROTOKTISTOS. Dari data ini point awal mereka bahwa Yesus adalah ciptaan pertama jelas tidak kuat.


Namun mereka menyusun argumentasi berikut bahwa walaupun kata PROTOTOKOS tidak diartikan sebagai pertama, namun Yesus tetap bagian dari ciptaan. Sebagaimana kata itu yang mengaitkan Yesus dengan orang mati, bahwa Yesus juga adalah bagian dari orang mati walaupun tidak harus yang pertama mati atau bangkit. Untuk itu mari kita cermati makna kata PROTOTOKOS pada ayat 18 ini. Karena kata ini tidak diartikan secara literal makna kita harus mencari maknanya pada arti figuratif yaitu KEUTAMAAN maka makna yang tepat terkait kedaulatan Dia atas kematian.

1 Kor 15:55  Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" 

Yoh 2:19  Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali."

Hal ini sejalan dengan kalimat sebelumnya "Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat", Yesus bukanlah bagian dari jemaat atau orang-orang percaya tetapi dia disebutkan sebagai kepala atas jemaat yang menunjukan keutamaanNya atas orang-orang percaya. Kalimat berikutnya pada ayat 18 semakin memperjelas pengertian ini "Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu". Kata "segala sesuatu" (TA PANTA) ini sinonim dengan kata "ciptaan Allah" pada ayat 15, maka sudah tepat kata PROTOTOKOS pada ayat 15 diartikan "lebih utama dari segala sesuatu". So jelaslah pada ayat 18, walaupun Yesus memang secara manusia pernah mati, tetapi kata Prototokos di sini tidak sedang berbicara "bagian dari" orang mati. Tetapi pada makna figuratifnya yaitu KEUTAMAAN Yesus atas kematian dan pesan yang sama juga terdapat pada ayat 15 yaitu KEUTAMAAN Yesus atas segala ciptaan. Bandingkan dengan ayat berikut yang menyebutkan kata PROTOTOKOS kepada Yesus. Kata ini justru menunjukan superioritas Yesus bahkan dalam kitab Ibrani dikatakan semua malaikat harus menyembah Dia.

Ibr 1:6  Dan ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: "Semua malaikat Allah harus menyembah Dia." 

Point mereka berikutnya tentang Partitive Genitif bahwa kata PROTOTOKOS sebagai "bagian dari" ciptaan, namun ini bukanlah satu-satunya kemungkinan secara gramatikal, karena terdapat kemungkinan jenis genitif  lain yang dapat diterapkan di sini seperti genitive of subordination dan Genitive of Reference. Menurut Daniel Wallace dalam bukunya Greek Grammar Beyond the Basic, Zondervan, 1996. Kol 1:15 dapat diterapkan Genitive of Reference dan dua alternatif genitif lainnya "who is. . . the first-born with reference to all creation.. The other possibilities are partitive and subordination.. However, a gen. of subordination is, in all probability, the best option". Menurut Wallace kemungkinan terbaik adalah genitive of subordination. Ini sejalan dengan terjemahan NIV "firstborn over all creation".

".. Though some regard this genitive to be partitive (thus, firstborn who is a part of creation), both due to the lexical field of “firstborn” including “preeminent over” (and not just a literal chronological birth order) and the following causal clause (“for [o[ti] in him all things were created”)–which makes little sense if mere chronological order is in view, it is far more likely that this expresses subordination..".

Karena kata PROTOTOKOS yang digunakan di sini bukan dalam pengertian literal tetapi figuratif, maka kemungkinan Partitive Genitive adalah yang paling lemah. Untuk memastikannya, kita perlu melihat konteksnya.

Kol 1:15 ... yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, 

Kol 1:16  karena (hoti) di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan...


Perhatikan adanya kata sambung "karena" (hoti) yang menunjukan hubungan langsung dengan kalimat berikutnya. Pada ayat 16 sangat jelas disebutkan Dia telah menciptakan "segala sesuatu" (TA PANTA), maka pada ayat 15 tidaklah tepat dikatakan bahwa Yesus adalah bagian dari segala sesuatu. Bandingkan jika Yesus dianggap bagian dari ciptaan, kalimatnya bisa jadi seperti ini ... " Ia adalah ciptaan pertama karena dalam Dia telah diciptakan segala sesuatu.." yang berarti Yesus menciptakan diriNya sendiri, ini jelas absurd.


Pihak unitarian mencoba berkelit bahwa "segala sesuatu" tidak berarti Bapa adalah bagian dari segala sesuatu. Lalu mendefinisikan ulang kata "segala sesuatu" itu terkecuali Bapa berarti Yesus bagian dari segala sesuatu. Jelas tafsiran ini mengada-ada. Memang Bapa bukan bagian dari segala sesuatu karena yang dimaksudkan segala sesuatu adalah seluruh ciptaan. Namun sangat jelas Yesus DIBEDAKAN dengan kata "segala sesuatu" yang berarti Dia juga bukan bagian dari segala sesuatu sama seperti Bapa. Hal yang sama juga ditegaskan dalam Yoh 1:3  Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. 


Argumentasi terakhir Unitarian yaitu mengangkat kata DIA. Memang kata DIA bisa saja berarti "Melalui" tetapi dengan adanya kata AUTO yang menyusul jelas menunjukan Yesus "sendiri"lah yang menciptakan. Apalagi ditambah dengan adanya kata EIS "untuk" yang bermakna pada kepemilikan atas segala sesuatu semakin mempertegas Yesus adalah Pencipta. Bandingkan hal yang serupa juga ditujukan kepada Allah Bapa:

Rom 11:36 Sebab segala sesuatu adalah dari (ek) Dia, dan oleh (dia) Dia, dan kepada (eis) Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!


Maka dari eksegese ini kita bisa simpulkan bahwa Yesus bukan ciptaan tetapi Sang Pencipta. Pemahaman unitarian yang beranggapan bahwa Allah memerlukan bantuan dari ciptaan untuk menciptakan ciptaan lainnya jelas sebuah Eisegese. Malah dalam Perjanjian Lama ditegaskan hanya Allah sendiri yang menciptakan langit bumi dan segala isinya.

Yes 44:24  Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, yang membentuk engkau sejak dari kandungan; "Akulah TUHAN, yang menjadikan segala sesuatu, yang seorang diri membentangkan langit, yang menghamparkan bumi--siapakah yang mendampingi Aku?

Share: