Pengantar: Ini transcript debat antara Apologia vs Dave Tielung seorang Kristen Progresif/Liberal di FDA (Forum Diskusi Alkitab) pada thn yg lalu. Debat ini terjadi secara tdk sengaja bermula pd pembahasan ttg Bart Ehrman kemudian berlanjut dan terfokus ke Historitas Mujizat. Silahkan dicermati & dikritisi setiap argumentasi yg ada. Judge it for yourself.
[Dave]
kayaknya Ben Witherington dan Craig Evans itu lebih cendrung saya menilai mereka sebagai seorang rohaniawan bukan seorang Akademisi atau ilmuan. Tanggapannya terhadap buku Bart. Erhman terlihat bias, demi membela agamanya. Mereka berdua tidak bisa menunjukan bukti tentang semua fenomena "mistik" dalam alktab dari sudut pandang sains. Yang mereka buat adalah, mengkritik kredibilitas Bart. Erhman dan metode yang ia gunakan.(Sen pukul 15:52)
[Apologia]
tepatnya mereka akademisi sejati yg bisa bertindak sebagai rohaniawan. Credential mereka tdk diragukan http://www.craigaevans.com/cv.htm http://www.benwitherington.com/cv.html. Penulis buku2 akademik dan aktif menulis diberbagai jurnal ilmiah: teologi & arkeologi. Sulit mengatakan tanggapan mereka "bias" tanpa melihat case by case, Ehrman justru byk menarik kesimpulan berlebihan, melebihi kapasitas data yg ada. Saya kurang melihat gaya Ad Hominem dr tulisan2 mereka, kecuali hanya respon terhadap kesaksian pribadi Ehrman. Memang kredibilitas Ehrman diakui tapi masih byk sarjana Textual Criticisme yg berbeda kesimpulan termasuk guru Ehrman sendiri Bruce Metzger. Fenomena "mistik" (mujizat) memang tdk bisa dibuktikan Sains, tapi yg dibutuhkan hanya tesis apakah Tuhan ada atau tidak. Dan bukti sejarahlah yg menyatakan kisah mistis itu benar2 terjadi atau tidak.(Sen pukul 17:26)
[Dave]
Jimmy said: "bukti sejarahlah yg menyatakan kisah mistis itu benar2 terjadi atau tidak." . Sejarah adalah bagian dari ilmu sains, yang tidak bisa mencatat sesuatu yang improbabiliti, segala sesuatu yang improbabiliti tidak bisa menjadi bagian dari sejarah. Peristiwa mistik dalam Alkitab adalah suatu yang tidak bisa dijelaskan secara akal sehat, jadi itu merupakan improbabiliti. ...Apakah saat ini bisa dibuktikan secara sains, seorang maunisa bisa berjalan di atas air?? jika saat ini bisa dibuktikan (pastinya rumus fisika tentang grafitasi akan berantakan sama skali) itu berarti sejarah dalam sudut pandang ilmu pengetahuan, akan mencatat memang ada orang yang bisa berjalan di atas air. Apa yang bisa di catat dalam Sejarah sehubungan dengan peristiwa "mistik" dalam alkitab adalah: ada sekelompok orang pada masa itu yang percaya bahwa peristiwa ajaib itu pernah terjadi.
Masalah Bart. Erhman vs Craig Evans dan Ben Witherington adalah dapat dilihat sebagai suatu perbedaan pandangan antara kaum Fundamentalis dan Progresif. Pembuktian dari kedua pihaklah yang paling menentukan, bukan kritik terhadap satu sama lain. Saya meilihat dan membaca dari bukunya Craig Evans dan tulisan2 dari Ben Witherington dan juga NT Wright, cenderung offensive dan bukan menyediakan bukti2 pembanding terhadap apa yang di tulis oleh John dominic crossan, Bart Erhman, dll.
Jika kita tanya dari sudut pandang sains, dan ilmu pengetahuan, kelompok yang manakah yang cendrung akan digunakan sebagi refrensi yang lebih kredibel tentang bukti dan fakta akan peristiwa2 yang terjadi dalam kitab perjanjian baru? rohaniawan kah atau cendekiawan? :)... (Sen pukul 19:04)
Bagi saya pribadi, secara theology dan kepercayaan serta keyakinan saya tidak bisa "memegang" apa yang di nyatakan oleh John Crossan, Bart Erhman dan teman2 yang lain. namun secara ilmu pengetahuan, bagi saya, mereka; dalam buku-buku dan tulisannya memberikan suatu pengajaran yang bisa di "ukur" dan dapat di terima di dunia yang penuh dengan akal sehat. :) (Sen pukul 19:21)
[Apologia]
Saya cenderung menggunakan istilah konservatif vs progressif, karena kata fundamentalis cenderung menjadi stigma negatif & dianggap apriori terhadap critical study. Kalau ditujukan ke beberapa kelompok tertentu di charismatic movement mungkin ok-ok saja. Para sarjana konservatif seperti N.T. Wright, Blomberg, Evans, Witherington, Daniel Wallace, Darrel Bock dll jelas adalah sarjana yg melakukan studi kritis bergelut dgn berbagai sumber kanonik /non kanonik, manusript2 dll.
Apakah hanya Crossan, Ehrman, Funk, Spong dll yg disebut cendekiawan? Ini hanya asumsi yg merasa lebih superior. Iones Rahmat mengatakan adanya black campaign berkaitan historical study. Justru menganggap para sarjana konservatif bukanlah cendekiawan juga mengarah ke black campaign. Metzger menyatakan setelah studi kritis menyelam kedalam teks2 .. hasilnya imannya pada Yesus telah ditempatkan dgn benar !.
E.P. Sanders & Paul Meier (Rethinking Marginal Jews) kelompok papan tengah, studi kritis netralnya cenderung mengarah ke konservatisme. Meier mengkritik pendekatan Crossan dkk yg memperlakukan injil non kanonik sebagai sumber otoritative dlm studi historical jesus terutama injil Thomas. Ehrman juga terlibat di dalamnya dgn pendekatan serupa. Area keahlian Ehrman lebih ke textual criticisme, namun kesimpulan yg ditarik terlalu berlebihan. Robinson mengakui hanya 10% dr NT yg perlu pendekatan textual critisisme, tapi kurang berdampak pd pilar2 doktrin utama kekristenan. Hanya Ehrman saja terlalu fokus pd beberapa detail tertentu yg masih debatable tapi luput melihat Core pengajaran NT secara komprehensif. Akhirnya menjadi agnostik... :-(...
Dasar permasalahan biasanya berkaitan dgn fenomena mistik/supranatural (mujizat). Para agnostik, atheis, liberal cenderung menolak fenomena ini. Karena dasarnya mengukur segalanya dgn rasio. Ini berkaitan dgn perdebatan eksistensi Tuhan. Tentu ada pembahasan tersendiri mengenai isu ini. Tetapi jika kita percaya adanya Tuhan maka peluang adanya hal supranatural (mistik) tentu terbuka. Termasuk masalah eksistensi neraka, surga, kebangkitan dll. Adakah rumus ilmiah yg bisa mengukur ttg surga? atau letaknya di planet/galaksi mana? jelas sains tdk bisa merumuskanya. Tetapi jika percaya Tuhan maka ini bisa terjadi. Sebagaimana juga dgn peristiwa Yesus bisa berjalan di atas? ..
Anggapan bhw hal mistis tsb hanya rekaan para pengikut agama, jelas hanyalah hipotesis yg harus diuji. Sekali lagi bukti ada tidaknya fenomena mistik (mujizat) berkaitan apakah hal itu tercatat atau tidak, inilah yg disebut sejarah. Justru bukti sejarah berlimpah terhadap kekristenan termasuk peristiwa mujizat. Yang mengherankan justru lebih byk historian yg percaya dibanding teolog itu sendiri :-). Bahkan sumber ekstrakanonik mengindikasikan hal yg sama. Walaupun ada tuduhan interpolasi tetapi inti cerita ttg kekristenan dlm Yosephus, Tacitus dll masih tetap kuat bhw sebuah peristiwa mujizat pernah terjadi di Yudea pd abad pertama oleh seorang kharismatik yg dianggap Tuhan oleh pengikutnya.
Apakah para sarjana seperti Ben Witherington adalah cendekiawan? Yah... Apakah mereka juga rohaniawan? Ya.. karena byk dari mereka menyatakan kebenaran yg bukan semu ini ke jemaat awam.(Sen pukul 20:22)
bagi saya pribadi, tulisan Ehrman dkk bukannya tdk bermanfaat, tetapi perlu membacanya secara kritis pula. Dlm Misquoting , 4 bab sebelumnya cukup memberi insight, tetapi pd bagian selanjutnya harus ekstra teliti mencermatinya terutama kesimpulan2nya. Demikian pula membaca tulisan sarjana konservatif seperti Witherington. Lepas dr perdebatan terhadap beberapa detail2 tertentu, namun inti kisah dlm Perjanjian Baru masih tetap jelas & kuat. PB tetap masih layak utk dipercaya... (Sen pukul 20:58)
[Dave]
Sulit skali untuk membuktikan bahwa peristiwa ajaib dalam kitab perjanjian baru itu memang terjadi. Mengapa? karena pada dasarnya kita saat ini tidak memiliki suatu reportase langsung kejadian tersebut. Tidak ada koran harian ataupun tulisan yang terbit pada saat itu yang menuliskan peristiwa2 ajaib itu yang "survive" sampai saat ini sehingga kita bisa membacanya dan mengatakan ini bukti yang otentik!
Ketrangan extrabiblical dari Josephus dalam Antiquities of the Jews (93 AD) taruhlah tulisan tentang Yesus itu otentik (walaupun bermasalah) hal tentang Yesus yang ia tulis adalah hasil dari apa yang Ia dengar. Josephus tidak pernah menyebutkan bertemu secara langsung dengan Yesus dan menyaksikan mujizat yang dilakuakan oleh orang kristen mula-mula. Artinya ini bukanlah suatu bukti kuat bahwa peristiwa mujizat yang ditulis dalam kitab PB adalah sebuah fakta. Dalam pengadilanpun, keterangan dari seorang yang bukan saksi mata langsung tidak bisa dijadikan sebagai barang bukti.
Keterangan Pliny the Younger, Tactius, Suetonius (awal abad ke-2) hanya menyatakan bahwa ada kelompok yang percaya kepada orang yang namanya Yesus. Mereka tidak pernah menyebutkan bahwa; mereka melihat bahwa Rasul Petrus menyembuhkan orang sakit, apalagi melihat Yesus berjalan di atas air. Mereka juga tidak pernah melihat peristiwa-peristiwa mujizat yang di alami oleh kelompok Kristen pada awal abad ke-2. Apakah ini bisa disebutkan sebagai bukti yang berlimpah? Kalau diandaikan kembali dengan gambaran pengadilan; kalau ini dijadikan dasar bukti dan di terima, waduh....pengadilannya pasti ada markus (makelar kasus)... he he he he (joke)...
Taruhlah semua peristiwa ajaib itu memang benar-benar terjadi. Namun kita harus mengakui bahwa, kita saat ini tidak bisa memberikan bukti yang otentik. Ini bukan masalah percaya atau tidak. Saya pribadi percaya itu pernah terjadi sesuai dengan iman yang saya miliki. Namun sayangya saya tidak bisa untuk saat ini menghadirkan bukti yang cukup kuat untuk menyatakan bahwa itu memang adalah fakta. Dan kita tidak bisa pungkiri bahwa catatan cerita ajaib yang di tulis dalam kitab PB itu "cacat" jika dijadikan sebagai ukuran pembuktian.
Sampai saat ini belum ada penemuan Arkeologi yang menguatkan peristiwa2 ajaib yang ada, bahkan dari seluruh alkitab.
Secara umum, hal mengenai mujizat dan peristiwa ajaib itu adalah merupakan ranah dari kepercayaan dan iman. Itu tidak bisa menjadi bagian dari Ilmu pengetahuan atau sains yang menggunakan rasio dan akal sehat. (Sen pukul 22:40)
quoted from Apologia: Hanya Ehrman saja terlalu fokus pd beberapa detail tertentu yg masih debatable tapi luput melihat Core pengajaran NT secara komprehensif. Akhirnya menjadi agnostik... :-(
Perlu diketahui Bart Erhman tidak menjadi agnostik karena menemukan banyak kesalahan dalam teks perjanjian baru. Di dalam buku "Jesus interupted" (bab 8) beliau mengatakan bahwa, ia mengundurkan diri dari kekristenan bukan karena ia kemudian melihat banyak sekali inkonsistensi, dan kesengajaan dalam penyalinan dan penambahan teks perjanjian baru. Justru ia mengatakan bahwa ia tetap seorang Kristen yang memiliki pemahaman yang lebih "sophisticated" dengan masalah tersebut bersama juga dengan "historical critical method". Ia juga menambahkan bahwa banyak dari rekan-rekannya yang memiliki paham yang sama tentang inkonsistensi Alkitab, mendukung "historical critical method" namun jika ditanya; apakah mereka percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, mereka percaya!
Historical Critical Method tidak menyebabkan Erhman mengundurkan diri dari kekristenan dan menjadi agnostik. Adalah masalah tentang penderitaanlah yang menyebabkan dia menjadi agnostik. Ini adalah masalah pribadi, bukan masalah pengetahuan....
Sayang skali, label agnostik di cap kepada semua tulisan-tulisan Bart. Erhman, sehingga banyak yang tidak berani membuka lembaran bukunya karena melihat latar belakangnya. Kembali lagi, ini masalah iman dan kepercayaan. Orang kecenderungan tidak akan membaca tulisan orang lain yang memiliki iman, kepercayaan dan latar belakang yang berbeda. Memang wajar, orang rohaniawan tidak akan membaca tulisan orang lain yang tidak rohaniawan, yang mencoba menulis hal yang berkaitan dengan kerohaniannya. Itulah sebanya tulisan Bart Erhman tidak cocok bagi para rohaniawan. Tapi bagi para intelktual :) (Sen pukul 22:55)
[Apologia]
Memang pd abad 1 blm ada koran, internet (FB), kamera, alat perekam dll. Tapi menilai data sejarah dr perspektif modern kurang tepat, karena hrslah dinilai dr perspektif sejarah berdasarkan data primer/independen yg tersedia. Tdk ada ahli sejarah yg meragukan historitas Julius Caesar & tindakannya padahal sumber datanya sangat..sangat sedikit seperti Tacitus. Bandingkan dgn NT dgn sumber sejarah yg berlimpah. Metzger mengatakan "NT ibarat gunung dibandingkan sarang semut Tacitus..".
Bukti yg berlimpah dimaksudkan adalah byknya referensi ttg historical Jesus & dikoroborasi data extrakanonikal. Disini kt tdk menyandarkan pada bukti parsial tetapi bukti kolektif! Kisah tandingan yg diajukan kritikus seperti Apolonius dll hanya mengandalkan bukti parsial dgn sumber yg terbatas. Lepas beberapa perbedaan antar Injil Sipnotis yg debatable, inti kisah Yesus tetap memberikan harmoni komprehensif siapa figur Yesus. Tulisan bapa2 gereja secara esensi/majority mendukung reabilitas NT. Bahkan beberapa ahli menyatakan dari kutipan2 bapa gereja, kita bisa menyusun kembali NT minus hanya beberapa ayat.
Bukti extrabiblikal seperti Yosephus, Tacitus, Suetones, Pliny, Thallus dll. merupakan sumber yg tdk ragukan ahli sejarah. Keterangan ttg kekristenan memang debatable, tetapi kisah ttg kekristenan menyatakan sesuatu yg tdk lazim terjadi umumnya diakui otentik seperti kalimat "seserang yg mengadakan hal2 yg mengejutkan" (Josephus), "takhyul yg paling jahat" (Tacitus), "seperti kepada Tuhan" (Pliny). Kalimat itu dinyatakan dgn nada sinisme karena memang mereka tdk mendukung kekristenan. Mereka mencatat berdasarkan informasi yg berkembang pd masanya....
Memang kalau hanya mengandalkan data2 ini sepertinya kurang kuat utk dibawa ke pengadilan. Tetapi potongan2 data ini harmoni dgn banyak referensi lainnya. Inilah kekuatan dr pembuktian kolektif! Sebuah kasus di pengadilan tdk hanya berdasarkan pengakuan tersangka (karena biasanya berbohong), inilah tugas penyidik & jaksa utk mengumpulkan kepingan informasi yg jika dirangkaikan & selaras satu sama lain memberi dasar kuat utk menjatuhkan hukuman. tidak dibutuhkan markus disini ... he.... he.. kecuali kitab Markus he..he... (just kidding).
Bukti kuat lainnya yaitu berdasarkan kehidupan jemaat mula-mula2, terjadi perubahan struktur sosial di palestina, muncul gereja2 dan semuanya ini akibat pemberitaan injil para Rasul. Kalau kisah mujizat kebangkitan hanya hoax, apakah mungkin para murid mau melakukannya sampai mati sahid, adakah orang yg mau mati utk sebuah kebohongan ? Lepas dr beberapa masalah seperti kontradiksi dlm kisah kebangkitan yg debatable, tetapi secara big picture & inti kisahnya sangatlah kuat & meyakinkan.
Arkeologi adalah domain lain yg sering dijadikan ajang perdebatan. Biblical Archeology Review( BAR) byk menyajikan pembahasan teraktual. Beberapa penemuaan memang debatable, kita tdk boleh terlalu fokus pd satu atau dua item seperti jeselson stone yg masih debatable. tetapi lihat secara menyeluruh penemuan arkeologi sejak abad 19, justru byk penemuan arkeologi yg cenderung meneguhkan alkitab. Lukas sering diragukan mencatat data geografis, tetapi akhirnya para arkeolog mengakui ketepatan & ketelitian Lukas, sehingga tdk heran byk arkeolog menyatakan Lukas seorang sejarawan yg teliti. Jika Lukas teliti dgn hal2 sekunder, apalagi utk hal2 esensi seperti kisah Yesus.
Kekristenan alternatif yg diajukan kritikus seperti Crossan dll termasuk Ehrman sendiri seperti dlm bukunya Lost Christianities, umumnya mengacu pd data non kanonikal, tetapi herannya mereka mengabaikan fakta bhw mereka tdk bisa mengajukan pembuktian kolektif hanya mengajukan data parsial. Bahkan data parsial seperti data non kanonikal sangat diragukan otentis, kecuali hanya menggambarkan bgamana pengajaran bidat pd abad 2,3 & 4. Cocok dgn kata Sherwin White, legenda berkembang setelah 2 atau lebih generasi.
Hanya berdasarkan kesimpulan yg diangkat, jelas mengindikasikan Ehrman seorang agnostic. Menurut sy ini bukan labelisasi tapi data yg menyatakannya. Ehrman sendiri mengakuinya saat membahas ttg Misquoting http://www.publishersweekly.com/article/406936-Q_A_Bart_Ehrman_Misquoting_Jesus.php. "I am a happy agnostic...". Jika dia menyatakan hal lain, jelas kontradiksi dgn pernyataannya sendiri. Dan ini berkaitan dgn reabilitas NT bukan hanya perihal "penderitaan". Masalah "penderitaan" (problem of pain) telah ada pembahasan pembandingnya oleh N.T. Wright.
Apakah Ehrman masih percaya Kristus atau tidak? bukan urusan kita menaggapinya. Tetapi respon diberikan terhadap kesimpulan yg diberikan melalu argumentasi pembanding. Saya kira tdk baik menyerang profil seseorang (Ad Hominem), tetapi yg penting fokus pd argumentasi.
Sebenarnya byk data dlm buku Ehrman bukanlah hal yg baru, sdh lama dikenal & dibhs di kalangan sarjana. Bedanya Ehrman membawanya dr level sarjana ke level awam. Dan awam yg tdk kritis bisa terkecoh dgn kebenaran semu yg ditawarkan. Tetapi tetap harus diakui bhw banyak juga hal bermanfaat dr buku Ehrman, tetapi tetaplah harus kritis membacanya. Seorang intelektual kristen tdk perlu takut dgn critical study, justru iman kita bisa semakin kokoh pd pijakan dasar yg kuat dan byk yg telah mengalaminya....(Rabu jam 8:40)
[Dave]
Saya rasa disini kita sepakat kalau kita berbicara tentang "historicity of Jesus" bahwa Dia bukan hanya sekedar tokoh mitos. Apa yang anda katakan tentang bukti yang melimpah dari sejarah, itu menguatkan tentang keberadaan seorang tokoh yang namanya Yesus. Dan itu memang benar adanya. Lebih luar biasa lagi, kita memilika banyak skali "catatan" yang menguatkan bahwa Yesus itu benar-benar ada. Makanya perlu dibedakan antara "historicity of Jesus" dan "Historical Jesus"
Yang menjadi perbedaan adalah, (yang sebenarnya arah pembicaraan saya menuju kesana) mengenai hal2 ajaib yang terjadi diseputar Yesus dan pengikut2tnya, apakah ini adalah suatu sejarah? atau suatu kepercayaan?
Manakah yang merupakan statement sejarah:
1.Yesus berjalan di atas air atau pengikut Yesus percaya bahwa Ia pernah berjalan di atas air?
2. Aleksander Agung meninggal karena kutukan dewa-dewa atau orang yunani pada masa itu percaya bahwa dia meninggal karena kena kutuk?
3. Julius Cesar adalah Dewa atau dia dan orang-orang Roma percaya bahwa dia adalah dewa?
4. Nabi Muhamad membelah bulan atau umat Islam percaya bahwa sang nabi pernah membelah bulan?
Sejarah tentunya tidak akan mencatat sesuatu yang tidak bisa dijelaskan secara logis dan akal sehat. Itulah sebabnya semua perbuatan ajaib yang di ceritakan tidak bisa dimasukan dan di katakan sebagai sebuah sejarah, sebelum itu bisa di jelaskan secara rasional. Contoh: Yesus menyembuhkan orang sakit, dalam tulisan-tulisan kitab injil menyebutkan demikan, juga di perkuat oleh catatan Josephus Flavius. Ketika saat ini orang mengerti tentang "efek placebo" kita bisa menjelaskan bahwa, mengapa orang itu bisa sembuh, faktor yang bisa di jelaskan secara akal sehat adalah karena efek tersebut. Dengan demikian itu bisa dianggap sebagai sebuah catatan sejarah yang akurat. Artinya peristiwa2 ajaib yang lainnya, selama itu belum bisa dijelaskan dengan akal sehat itu akan tetap menjadi bagian dari mitos.
Kita orang kristen cenderung menilai bahwa hal-hal ajaib yang di ceritakan oleh agama-agama lain adalah mitos (seperti contoh cerita muhhamad membelah bulan) dan cerita-cerita ajaib yang ada di alkitab adalah sejarah. Bagi saya ini adalah suatu hal yang berlebihan. Apakah mujizat dan peristiwa supernatural itu hanya menjadi sejarah kalau itu dimuat dalam alkitab??
Itulah sebabnya saya ingin kembali ke arah pembicaraan saya. Adalah betul banyak sekali bukti yang kuat tentang keberadaan Yesus. Adalah betul banyak sekali bukti-bukti sejarah yang mencatat bahwa Yesus DIPERCAYA melakukan banyak mujizat. Tapi untuk mengatakan bahwa Yesus berjalan di atas air adalah suatu sejarah, saya rasa itu sangat berlebihan.Untuk itulah kita harus membedakan mana yang namanya sejarah dan mana yang disebut dengan kepercayaan.
Mungkin banyak orang yang beranggapan bahwa sejarah bisa di manipulasi. Ya dan memang benar dan banyak sekali sejarah yang di manipulasi. Tapi bagaimanapun itu di manipulasi, catatan sejarah tidak akan pernah menganggap peristiwa yang tidak bisa di jelaskan oleh akal sehat sebagai suatu bagian dari sejarah.
Mengenai Bart. Erhman. Adalah benar dia mengatakan "im a happy agnostik". Tapi tuduhan dia menjadi agnostik karena "belajar terlalu jauh" adalah salah. Dengan jelas pengakuannya, itu bukan penyebabnya. tapi masalah penderitaan. Sangat disayangkan skali mereka yang menuduh Bart Erhman menjadi agnostik karena pengetahuannya, sepertinya secara tidak langsung memberikan peringatan bagi orang-orang yang ingin lebih mendalami Alkitab, bahwa "jangan terlalu jauh mendalami dan menyelidik alkitab nanti nasibnya bisa seperti Bart Erhman yang tidak percaya Tuhan". Erhman sendiri, dalam tulisannya dan dalam "lecture" nya tidak pernah mengajak orang untuk menjadi Agnostik. Berbeda skali dengan NT Wright dan kawan-kawannya yang sepertinya mau "menahan" orang untuk tidak keluar dari ke kristenan dengan mencoba membatasi mereka agar tidak "belajar terlalu jauh". Ini jelas bukan cara-cara orang akademisi, tapi cara-cara orang rohaniawan yang takut kehilangan pengikutnya.
Apa yang disampakian oleh Bart Erhman, memang bukanlah hal yang baru. Karena Biblical criticism sudah ada sejak abad 18. Yang mengherankan adalah. mengapa hampir semua anggota jemaat gereja di dunia ini tidak mengetahui dan memahami tentang hal ini? di gereja mana kita pernah mendengar, diajarkan bahwa buku Yohanes pasal 8 tidak asli? Atau 5 buku Musa itu tidak di tulis oleh musa.
Bagi saya Intinya adalah, menjadi kristen haruslah kritis dan cerdas. Mempelajari Alkitab secara kritis, tidak akan membuat kita untuk tidak percaya kepada Tuhan. Bagi saya masalah kepercayaan adalah masalah piliahan bukan masalah pengetahuan.
[Apologia]
Di sini anda mengakui bhw catatan sejarah ttg Yesus itu berlimpah dibandingkan dgn catatan sekuler lainnya. Tetapi herannya anda menyatakan bhw itu hanya membuktikan historicity of Jesus, dan berbeda jika membhs historical Jesus.... bukankah historical Jesus direkonstruksi dari data sejarah ini? sepertinya yg anda maksudkan adalah Yesus iman berbeda dgn Yesus sejarah, bukankah begitu? :-)
Seperti pernyataan sy sebelumnya, profil kekristenan termasuk Yesus yg diimani didukung bukti kolektif berlimpahnya data sejarah, jelas Yesus iman= Yesus sejarah! Memang ada beberapa sumber data sejarah yg diperdebatkan tapi tdk menghilangkan inti kisahnya. Justru model Yesus Sejarah alternatif yg diusulkan beberapa kritikus kurang didukung bukti secara menyeluruh. Argumentasinya memang terlihat bagus utk beberapa data, tetapi tdk bisa diharmoniskan dgn byk data lainya, apalagi jika secara komprehensif ditinjau dr data2 secara menyeluruh.
ok... kita fokus ke masalah 'miracle'. Sebelum lanjut sy sedikit mengulang point sebelumnya karena sangat esensial, yaitu eksistensi Tuhan. Sungguh mengherankan kalau seseorang yg Theist menolak sesuatu yg supranatural. Karena hakekat Tuhan jelas melampaui logika manusia artinya jika percaya Tuhan maka berarti menerima kenyataan bhw fenomena supranatural itu ada. Bahkan lepas dr percaya atau tdk Tuhan, fenomena diluar logika manusia bisa dibuktikan keberadaannya. Misalnya masalah fenomena keberadaan kuasa gelap (demonik), santet dll
Efek placebo salah satu penjelasan alternatif rasional terhadap kisah mujizat penyembuhan. Memang ada beberapa kasus yg bisa dikenakan efek placebo tetapi byk kasus lainnya tdk mungkin. Misalnya orang yg buta sejak lahir, penyakit kusta dll. Jelaslah hanya ada faktor supranatural yg lebih tepat terhadap masalah mujizat ini.
Secara sederhana History adalah catatan peristiwa masa lampau. History is neutral, tdk bisa dikatakan bhw peristiwa supranatural tdk mungkin dicatat oleh sejarah. Dari perspektif Theisme, hal supranatural bisa terjadi, maka secara logika theisme jika terjadi...maka memang terjadi. Masalahnya bukan masuk akal atau tdk masuk akal tetapi apakah catatan history ttg miracle itu realible atau tidak. (tambahan: Menarik menyimak pendapat John P. Meier seorang sarjana Historical Jesus berpengaruh "...The proper stance of a historian is, “I neither claim beforehand that miracles are possible, nor do I claim beforehand they are not possible.” http://www.americancatholic.org/Messenger/Dec1997/feature3.asp.)
Sekarang kt masuk ke catatan sejarah ttg miracle tsb. Sebenarnya dgn 2 Premis yaitu 1. Mujizat bisa terjadi (konteks Theisme) 2. Catatan mujizat ttg Yesus realibel maka Peristiwa miracle itu benar-benar terjadi. Pertanyaannya apakah catatan history NT realible atau tidak?
Tesis yg anda ajukan mengarah pd identifikasi catatan miracle dlm NT sebagai mitologi atau hanya sebuah konsep yg diciptakan & dipercaya oleh pengikut Kristus. Anda membandingkan dgn Alexander, Caesar & Muhammad. Pemikiran ini dipopulerkan oleh Bultman dgn konsep demitologisasi yaitu menghilangkan unsur supranatural dlm NT. Tetapi konsep mitologi mujizat Yesus justru TIDAK DIKENAL pada abad-abad awal, bukan saja oleh kekristenan tetapi oleh musuh kekristenan.
Sebelumnya sy telah menulis catatan penulis sekulerJosephus, Tacitus dll yg menyatakan sinisme terhadap pengikut kristen pengikut seseorang yg melakukan hal2 aneh. Demikian juga dr tradisi rabinik kalangan rabi Yahudi yg mengganggap Yesus melakukan SIHIR. "..He is going forth to be stoned because he has practised sorcery "(Sanh 43a), Jesus the Nazarene practised magic (Sanh. 107b).
Termasuk penulis Greco Roman lainnya yg sering memusuhi kekristenan seperti "...and that he learned magic spells in Egypt" (Celsus),"..Jesus, the deceiver who used magical arts to attract disciples " (Lucian), Porphyry, Hierocles dll. Pada intinya mujizat Yesus dianggap perbuatan Sihir & ini mengindikasikan bhw memang Yesus telah melakukan mujizat. Tidak ada tuduhan bhw mujizat2 itu hanya khayalan dr para murid seperti yg dituduhkan kritikus modern. Jelas tulisan extrakanonikal ini tdk mungkin dibawah kontrol & rekayasa kekristenan, para ahli mayoritas menyatakan data2 itu otentik. Jadi mana yg lebih tahu kondisi abad 1, apakah orang2 yg hidup pd masa itu atau para kritikus modern? :-)
Bahkan beberapa peristiwa mujizat spesifik terdapat di beberapa data extrabiblical lainnya. Seperti Yesus berjalan di atas air "he will walk the waves" Sybl Or. 1:356; 6:13; cf. 8:273, memberi makan 5 ribu orang " feeding of the five thousand" (Sib. Or. 1:356-359; 8:275-278). Lepas dr otentitas data ini, yg jelas mengindikasi kisah2 mujizat ini telah dikenal orang pd masa-masa abad awal. Tapi respon mereka menganggap itu hanyalah sihir. Tetapi tdk ada data abad2 awal yg menyatakan bhw para pengikut Kristus telah merekayasa kisah mujizat atau hanya khayalan mereka.
Kalau dr bukti internal kitab kanonik sendiri jelas sangat banyak. Saya kira tdk perlu byk djelaskan karena kita sama2 sdh tahu. Satu ayat saja...2 Pe 1:16 "Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya."
Sekarang kita tinjau di Genre (gaya sastra) dr tulisan kuno. Jika diteliti tulisan2 kuno sebelum abad 1 ttg mitologi (kisah2 mujizat dll) umumnya dlm genre puitis. Sedangkan kisah sejarah dituliskan dlm gaya narasi prosa. Ini dinyatakan para ahli sejarah klasik, beberapa referensi diantaranya The Concise Oxford Companion to Classical Literature, Howatson & Chilvers (eds), Oxford:1993, Ancient Greek Literature and Society. Charles Rowan Beye. Cornell:1987. Jika kita bandingkan dgn NT, sangat berbeda jauh, kisah mujizat dlm NT merupakan bagian dr narasi (prosa) sejarah dan bukan dlm bentuk puitis. Nanti sesudahnya baru ada beberapa sastra klasik yg mulai meniru gaya seperti itu. Jadi jelas peluang mitologi dlm NT semakin kecil berdasarkan kajian sastra kuno ini.
Ini berarti perbandingan Yesus dgn figur seperti Alexander & Julius Caeser tdk seimbang. Karena jelas kisah Yesus dinarasikan sebagai sebuah peristiwa sejarah. Apalagi jika dibandingkan dgn jumlah sumber teksnya, sangat.. sangat jauh berbeda. E.P. Sanders (he Historical Figure of Jesus) sendiri mengakuinya "..The sources for Jesus are better, however, than those that deal with Alexander" dan "..the superiority of evidence for Jesus is seen when we ask what he thought." Demikian juga kisah Julius Caesar yg ditulis Tacitus, ibarat membandingkan sarang semut Tacitus dgn gunung NT kata Bruce Metzger. Khusus mengenai Muhamamd perlu pembahasan tersendiri berkaitan dgn Islamologi. Jadi jelas sangat tdk seimbang membandingkan Yesus dgn figur2 tsb.
Julius Caesar sebagaimana byk kaisar Romawi memang menganggap diri Tuhan (Kurios), tapi tdk didukung data yg membuktikan keilahian tsb seperti mujizat, pengajaran, nubuatan, pengikut setia dll. Berbeda dgn keilahian Yesus yg didukung data yg banyak. Mungkin saja ada orang Roma yg percaya Caesar Dewa tapi bukti pengikut2 yg berani mati utk kepercayaan itu tidak ada!. Bandingkan dgn pengikut Kristus abad awal yg byk yg mati sahid demi sesuatu yg dipercayainya. Sekali lagi adakah orang yg mau mati utk suatu kebohongan?. Demikian pula mujizat kebangkitan yg menginspirasi keberanian para murid utk menginjil. Jika kisah kebangkitan Yesus hanya sebuah konsep khayalan & dipercayai para Murid, mungkinkah mereka mau mati utk khayalan tsb? Penjelasan naturalistik oleh kritikus bhw Yesus tdk bangkit memang cukup memuaskan berdasarkan beberapa fakta netral, tapi ditinjau dr data secara keseluruhan justru menjadi tdk realible.
[Dave]
Saya rasa anda salah mengerti tentang apa yang saya maksudkan dengan "Historical Jesus" dan "historicity of Jesus". karena apa yang saya tangkap adalah. semua bukti yang anda ajukan hanyalah menguatkan eksitensi tokoh Yesus, padahal bukti2 tersebut sangatlah lemah jika dikaitkan dengan apa yang sebenarnya Yesus lakukan dan katakan pada sekitar tahun 4SM sampai 31M. Untuk itulah kita perlu memahami tentang "Historical Jesus"
Historical Jesus adalah upaya dari para cendekiawan untuk mencoba merekonstrukis kehidupan Yesus berdasarkan metologi sejarah. Apa yang ditemukan dalam Yesus Sejarah, memiliki perbedaan yang sangat signifikan dengan gambaran Yesus menurut kitab Injil. . Sekedar untuk update saat ini pencarian akan Yesus sejarah sudah pada tahap yang ketiga, atau dikenal dengan "third quest". Dan mereka-mereka yang berkecimpung didalamnya adalah E.P. Sanders, Geza Vermes, Gerd Theissen, and John Dominic Crossan. ... Lihat Selengkapnya
Kemudian darimana sumber-sumber yang mereka gunakan untuk merekonstruksi siapa Yesus, apa yang Ia katakan dan kerjakan? Tentunya mereka menganalisa apa yang terdapat dalam kitab Injil, kitab gnostik, tulisan-tulisan dari talmud, karya Josephus, dan dokumen-dokumen awal yang berhubungan dengan Yesus. Secara singkat Yesus sejarah mengungkapkan Yesus hanyalah sebagai seorang "nabi" Yahudi dengan pekabaran akan kerajaan Allah yang sudah dekat, sesuai dengan konsep apokaliptik. Albert Schweitzer mengatakan bahwa Yesus adalah seorang nabi apokaliptik yahudi yang memepersiapkan sekelompok orang Yahudi untuk kedatangan kerajaan surga yang sudah sangat delat. Namun ternyata gagal. Pendapat ini didukung oleh Paula Fredriksen, Bart Ehrman, and John P. Meier
Bagaimana dengan mujizat yang dilakukan Yesus? Ini yang menjadi perdebatan kuat pada yang sudah dimulai pada abad 19. Kaum kristen rohaniawan tetap mempertahankan bahwa Yesus memiliki kuasa atas alam, hidup dan kematian. Namun bagi para sejarahwan, juga David Strauss menyatakan bahwa cerita tersebut hanyalah sebuah alegori ataupun legena.
Sekarang mari kita beri penilaian tentang peristiwa ajaib yang dilakukan oleh Yesus, klaim dari kelompok manakah yang lebih kredibel sebagai sebuah sejarah yang otentik. Mari kita gunakan metologi sejarah untuk menilai itu. Metologi sejarah terdiri dari teknik dan pedoman yang dimana para sejarawan menggunakan sumber-sumber primer dan bukti lain untuk melakukan riset dan kemudian menulis sejarah dalam bentuk peristiwa yang terjadi dari masa lalu.
Dua historian skandinavia, Olden-Jørgensen (1998) and Thurén (1997) memberikan prinsip dasar untuk menentukan keotentikan sumber yang digunakan (1)
1. Sumber dari Manusia mungkin berupa relik (misalnya sidik jari) atau narasi (misalnya pernyataan atau surat). Relik adalah sumber yang lebih kredibel dari narasi.
2. Sebuah sumber yang diberikan mungkin dipalsukan atau rusak; indikasi kuat keaslian sumber meningkatkan keandalannya
3. Semakin dekat (waktu) sumber itu dengan peristiwa yang terjadi semakin sumber itu bisa dipercaya dalam mendeskripsikan peristiwa yang terjadi
4. Sumber primer adalah lebih dapat diandalkan dari sumber sekunder, yang lebih dapat diandalkan dari sumber tersier dan seterusnya.
5.Jika sejumlah sumber independen berisi pesan yang sama, kredibilitas pesan sangat meningkat.
6. Kecencrungan dari suatu sumber adalah, senantiasa memunculkan bias, kecenderungan seperti ini harus di minimasi atau harus di tambahkan dengan motivasi yang berlawanan
7. Jika dapat diperlihatkan bahwa saksi (atau sumber) tidak memiliki kepentingan langsung dalam menciptakan bias, kredibilitasnya dapat diandalkan.
R. J. Shafer memberikan kriteria untuk saksi mata yang mengaku sebagai saksi yang melihat suatu peristiwa di masa lalu. Salah satu poinnya adalah. Apakah laporan itu adalah sesuatu yang improbabilitas atau mustahil: artinya, bertentangan dengan sifat manusia, atau bertentangan dengan apa yang kita ketahui? (2)
Untuk saksi mata tidak langsung Louis Gottschalk menyatakan bahwa para sejarawan juga dapat menggunakan sumber dari saksi mata tidak langsung, namun kesaksian itu tidak bisa dipegang sepenuhnya. Sumber dari saksi tidak langsung, bisa digunakan oleh para sejarawan apabila saksi tersebut melaporkan secara utuh apa yang dilihat oleh saksi utama. Jika tidak, bagian detail yang mana yang ia laporkan yang sesuai dengan apa yang disampaikan oleh saksi utama (3)
Jika kita melihat sumber yang kita miliki terhadap kitab Injil yang menceritakan tentang apa yang Yesus lakukan dan katakan. Sangat aneh jika kita mengatakan bahwa sumber yang kita miliki itu tidak bisa diragukan keabsahannya. Artinya jika teliti dengan menggunakan metologi sejarah akan lulus tanpa cacat sama skali. Mengapa pendapat ini adalah tidak benar, karena (saya tidak perlu jelaskan disini panjang lebar) sumber yang kita miliki tentang kisah Yesus dalam buku Injil sangat jauh dari kriteria yang disebutkan di atas. Pendeknya kita tidak punya sumber primer akan kisah Yesus, apa yang ia lakukan dan kerjakan dan apa yan di sampaikan oleh ke empat kitab Injil lebih memiliki agenda pengajaran dibandingkan laporan sejarah (bias).
Kita tidak memiliki catatan langsung tentang Yesus yang di laporkan pada semasa Dia hidup. Padahal saat ini kita banyak memiliki catatan yang "survive" dari masa pemerintahan Romawi berasal dari masa itu, seperti surat-surat pribad, filosofi, ilmu pengetahuan, biografi orang-orang terkenal yang hidup pada saat itu, inskripsi-inskripsi. Namun catatan tentang Yesus yang di tulis pada masa itu, tidak ada sama skali. Ini sangat mengherankan, jika kita baca Yesus yang di tulis dalam buku Injil, dimana dia bisa mengumpulkan 5000 orang dan membuat suatu fenomena yang bertentangan dengan hukum alam, yang membuat mujizat dengan menggandakan 5 roti dan 2 ikan. Dan banyak peristiwa yang dahsyat yang ia buat semasa itu, sehingga semua orang dikatakan dalam kitab Injil takjub akan perbuatanya.Mengapa Yesus yang termasyur itu tidak di catat oleh orang yang hidup pada zamannya, oleh pemerintahan romawi, oleh orang-orang Yahudi yang menjadi musuhnya? Apakah mereka tidak bisa menuli pada saat itu, sehingga mereka tidak bisa menuliskan peristiwa yang kalau di ibaratkan saat ini itu menjadi "breaking news"?? mengapa nanti beberapa dekade kemudian cerita tersebut baru di tuliskan, bahkan bisa dikatakan sepihak, karena di tulis oleh kalangan orang kristen sendiri, sehingga kita saat ini sulit skali untuk menentukan ke otentikan tulisan tersebut.
Itulah sebabnya tujuan dari "the quest of historical Jesus" yang mencoba untuk merekonstruksi gambaran yang sebenarnya, Apa yang Ia kerjakan dan apa yang Ia lakukan. Memang para Scholars juga menggunakan sumber yang ada dalam kitab Injil, namun menseleksinya dengan metode yang ketat, mana yang betul-betul merupakan historical event mana yang hanya sekedar bentuk pengajaran. Dalam gambaran historical Jesus, menurut Robert Funk, Hanya 6 dari 19 mujizat yang dilakukan oleh Yesus kemungkinan benar terjadi (4). Bahkan kembali lagi sejarawan mencoba mengerti itu sebagai efek placebo. Selebihnya dalam "Historical Jesus" fenomena magis yang di pertontonkan oleh Yesus, ketika Ia berjalan di atas air, menggandakan roti dan ikan, ketika ia meredakan angin ribut yang di tuliskan oleh 4 buku Inji, adalah asing dalam "Historical Jesus". Mengapa? Jawabannya sederhana "There is no hard evidence yet"!!
Bukti-bukti yang anda coba buktikan, tidak bisa di sebut sebagai "Hard evidence" sehingga, sudah pasti gagal untuk masuk atau di kategorikan sebagai sejarah. Bukti-bukti yang di ajukan semuanya adalah bukti sekunder bukan bukti primer. Apalagi jika anda mencoba menggunakan arkeologi disini. memang benar beberapa tempat yang disebutkan dalam kiab injil (bahkan selurh alkitab) bisa di rekonstrukis kembali dari arkeologi.
memang benar beberapa tempat yang disebutkan dalam kitab injil (bahkan selurh alkitab) bisa di rekonstrukis kembali dari arkeologi. Tapi tentang mujizat yang di lakukan oleh Yesus dan murid-muridnya yang tercatat dalam kitab Injil dan kitab Kisah Para Rasul; apakah kita memiliki bukti arkeologi? apakah kita memiliki pijakan kaki yang berbekas dari Elia dan Musa, serta Yesus ketika ia katanya di muliakan di atas gunung? Apakah kita memiliki bukti arkeologis akan sapu tangan dari Paulus yang bisa menyembuhkan orang. Apakah kita memiliki satu dari 12 bakul yang tersisa saat ini, sehingga menguatkan peristiwa penggandaan roti itu benar-benar terjadi? Bahkan kalau kita keluar lebih jauh akan peristiwa-peristiwa ajaib lainnya dalam Alkitab, Sudahkah para arkeolog menemukan bahtera nuh? sudahka ditemukan potongan keramik ataupun barang-barang yang lain di laut dimana dipercaya pernah di belah oleh Musa? Atau peristiwa mujizat yang ada diluar alkitab sekalipun. Adakah contoh-contoh para arkeolog menemukan "hard evidence" tentang mujizat yang pernah terjadi dalam sejarah peradaban dunia?? Dan pernakah sejarah mencatata suatu fenomena Alam yang terjadi bertentangan dengan hukum alam itu sendiri? Lebih jauh lagi, karena Sejarah dan Arkeologi berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan sains; Bisakah perbuatan ajaib itu, seperti berjalan di atas air, membelah laut, berlaku dan dibuktikan saat ini secara sains??
Anda secara retorika mengatakan bahwa adakah orang yang mati demi sebua kebohongan? seolah-olah para martir yang mati karena kepercayaan mereka adalah suatu bukti bahwa semua yang dicatat dalam kitab injil adalah faktual adanya. Anda lupa bahwa tidak semua martir memiliki teks 4 Injil yang kita miliki sekarang, apa yang mereka tau tentang Yesus bisa saja berbeda dengan apa yang kita tau tentang Yesus saat ini. Kembali ke statemen anda yang saya rasa bernada retorika: "Adakah orang yang mati demi sebuah kebohongan? Jika memang tidak ada, itu berarti anda juga harus menerima bahwa para jihad rela mati demi mendapatkan bidadari di surga adalah suatu hal yang benar! ...Jika ukuran motivasi seseorang menjadi suatu ukuran faktual, maka semua motif para ekstrimis melakukan aksi ekstrimnya adalah sesuatu yang bisa dipercaya. Apakah ini maksud anda?... Lihat Selengkapnya
Apa yang anda coba kemukakan, dengan bukti-bukti literature yang begitu banyaknya, hanya bisa menguatkan iman seseorang yang percaya. Tapi tidak bisa memuaskan akal sehat seseorang yang mencari suatu fakta berdasarkan Ilmu pengetahuan.
[Apologia]
Anda memberikan short summary ttg the third quest dlm historical Jesus studies. Tetapi terlihat tdk lengkap memberikan inti summary. The Third Quest, penyelidikan Yesus Sejarah ketiga mengacu pd konteks palestina/yahudi abad 1 termasuk social background, eskatologi dll. Sarjana yg terlibat dlm studi ini terdiri berbagai spektrum warna teologis. Tidak hanya Crossan, Marcus Borg, Burton Mack, Geza Vermes, Gerd Theissen tetapi juga sarjana konservatif seperti Gregory Boyd, Darrel Bock, N.T. Wright, Robert Stein, Witherington, Craig Evans, Luke T. Johson dll. Sedangkan kelompok yg cenderung netral & terkemuka dlm studi ini seperti E.P.Sanders, James Charlesworth & J.P.Meier
Keterangan anda ttg studi Historical Jesus seakan-akan hanya milik kelompok sarjana progressif/liberal. Tetapi dari daftar ini jelas tdklah tepat. Pernyataan anda bhw gambaran Yesus Sejarah dr studi the third quest berbeda sangat signifikan dgn Injil Kanonik hanyalah pernyataan sepihak! hanya dr kelompok sarjana yg anda maksud. No consensus di kalangan sarjana, kecuali pemaksaan kesimpulan melalui voting lewat Jesus Seminar yg jumlahnya minority dr seluruh sarjana PB. Jika dicermati dibanding dua quest sebelumnya cenderung terjadi peningkatan ke arah konservatisme seperti pada tulisan2 Sanders, Meier dll. Silahkan di-explore secara seimbang lagi referensi2 yg ada.
ok .. back to the 'miracle".
Anda perlu memperjelas posisi anda dimana, karena mengangkat masalah the third quest & memberikan list sarjana versi anda, justru di antara mereka terdapat perbedaan konsep. Namun tanpa anda sadari berkaitan dgn topik "miracle" yg anda tolak, justru berlawanan dgn warna the third quest yg terbuka pd masalah "miracle", malah anda seperti back to the new quest atau malah ke old quest (bultmania). Silahkan di-explore kembali ketiga quest tsb... :-). Termasuk anda menyebut Strauss, yg memang populer pd masa lampau tanpa mencermati trend sesudah itu. Ben Meyer (The Aim of Jesus, SCM 1979) telah mengamati trend ini & menyatakan sejak studi Kritis Strauss, terjadi peningkatan secara konsisten ke arah konservatisme, termasuk di kelompok para sarjana Jerman.
Gregory Boyd (Cynic Sage or Son of God) menyatakan "... unlike the previous two quests, there is an openness to the supernatural in historical explanation". Dan ini terlihat dr tulisan sarjana yg terkemuka di third quest termasuk yg anda sebutkan sendiri :-). Seperti E.P.Sanders (Jesus & Judaism) mengatakan "There is agreement on the basic facts: Jesus performed miracles, drew crowds and promised the kingdom to sinners." Berikutnya Gerd Theissen (The Miracle Stories of the Early Christian Tradition) juga mengatakan "There is no doubt that Jesus worked miracles, healed the sick and cast out demons." Dan masih byk sarjana lainnya.
Studi Historical Jesus (HJ) mengacu pd berbagai referensi independent kanonikal, non kanonikal & extrakanonikal. Justru argumentasi saya dibangun pd sumber independen ini plus pendapat ahli. Seperti point ttg Jesus yg dianggap melakukan magic/sihir dr data extrakanonikal (josephus, Celsus, tulisan rabinik dll) yg mengindikasikan bhw Yesus melakukan mujizat. ini secara telak membungkam asumsi tanpa dasar bhw mujizat hanya konsep khayalan para murid. Apa point anda utk hal ini? :-)
Demikian juga dr kajian genre literatur kuno yg memperlihatkan New Testament (NT) merupakan genre prosa yg biasanya bkn tempat utk catatan mistis (mitologi) dlm literatur kuno. Termasuk point sy mengenai lemahnya perbandingan Yesus dgn figur lainnya seperti Alexander & Caesar. what's ur point? ..
Dari data2 ini justru sy telah memberikan rekonstruksi Historical Jesus berkaitan dgn mujizat. Tidak ada ahli kredibel yg menolak data extrakanonikal yg di dalamnya terdapat kalimat2 bhw Yesus pelaku sihir. Nah.. kalau begitu figur alternatif mana yg tersedia?. Jelas hanya 2 yaitu: 1 Yesus adalah penyesat Israel dgn magicnya atau 2. Yesus benar berasal dr Allah. Tdk ada alternatif bhw mujizat Yesus hanya fiktif khayalan para murid. Kalau anda menolak kemungkinan Yesus melakukan mujizat berarti anda ... siap menolak seluruh naskah kuno extrabiblical tsb. :-)
Hanya pernyataan "adakah seseorang mau utk kebohongan" yg anda tanggapi dgn jelas. Anda menyatakan bhw mereka mungkin salah mendengar/memahami ttg Yesus karena blm ada teks Injil seperti saat ini. Sejarah penganiayaan kekristenan awal telah dialami sejak abad 1 nanti reda sejak Konstantin menjadi kaisar di tahun 300-an. Melewati beberapa kaisar yg anti kekristenan seperti Nero, Trajan, Diokletian dll. Tdk heran kitab wahyu yg diperkirakan ditulis akhir abad 1 penuh dgn simbol berkaitan dgn konteks masa itu. Byk bukti kutipan injil Kanonik terdapat pd tulisan extrakanonikal dr tahun 50 s/d 200 M bahkan sebelum muncul daftar kanon Marcion. Jelas kekristenan awal telah memiliki akses terhadap informasi ini.
Bukti kuat lainnya peristiwa penganiayaan itu mulai terjadi saat para saksi mata ttg Yesus masih hidup. Jelas jika pengikut kekristenan menciptakan Yesus khayalan pembuat mujizat maka pasti ada koreksi oleh para saksi mata itu. Dan tdk ada bukti extrakanonikal mengenai koreksi tsb. Apalagi kekristenan sebelum 70 M terpusat di Yerusalem dipimpin Petrus, Yohanes & Yakobus. Jika ada konsep menyimpang maka kontrol bisa dilakukan. Selanjutnya pasca 70 M kekristenan sdh tersebar di seputar Greco Roman sampai di Roma. Pengajaran apostolic msh begitu kuat karena msh hidupnya para rasul termasuk murid generasi pertama murid para rasul. Bahkan menurut tradisi rasul Petrus mengembangkan jemaat di Roma. Dari data ini tdk ada peluang bhw mereka mati sahid karena salah memahami ttg siapa Yesus, kecuali mereka tahu persis ajaran itu benar & meyakinkan.
Perbandingan kisah martir ini dgn kematian para ekstrimis (teroris) jelas tdk tepat. Para ekstrimis umumnya jumlahnya minoritas dr kelompok besarnya & doktrin mereka menyimpang dr ajaran resmi kelompok utama mereka. Bandingkan dgn kekristenan awal yg secara mayoritas mengalami penderitaan & sistematis. Para ekstrimis telah dicuci otak dgn pengajaran doktrin kelompoknya yg diyakini benar & sdh ada sejak lama. Sedangkan kekristenan mendapatkan pemahaman ttg siapa Yesus & mereka berpeluang utk mengecek sendiri kebenarannya karena para saksi mata masih byk yg masih hidup. Bahkan para musuh kekristenan bisa membantah dgn mengatakan "Yesus & mujizatNya hanya khayalan", tetapi para musuh hanya menyatakan bhw Yesus itu pelaku sihir. Jadi jelaslah perbandingan yg diajukan tdk valid!
-------------------
Apakah kita memiliki bukti arkeologi? .. contoh2 perlunya bukti arkeologi agar kisah mujizat itu terjadi, terkesan berlebihan. seperti... apakah kita memiliki bukti arkeologis akan sapu tangan dari Paulus yang bisa menyembuhkan orang. Apakah kita memiliki satu dari 12 bakul yang tersisa saat ini, sehingga menguatkan peristiwa penggandaan roti itu benar-benar terjadi?. Jelas pertanyaan2 ini mengukur segala fakta hrs berdasarkan bukti fisik yg ada. Jika anda pada masa kecil mendapatkan medali, kemudian medali itu hilang, apakah kisah anda mendapatkan medali itu otomatis tdk benar? Tentu tidak, karena kisah anda disaksikan oleh anda & orang tua anda sendiri serta banyak orang lainnya. Jika anda & orang tua anda meninggal, maka fakta peraihan medali itu masih bisa diketahui berdasarkan keterangan orang2 lain yg pernah menyaksikannya, jika medali itu penting maka bisa diketahui melalui anak/cucu mereka.
Penemuan2 arkeologi memang tdk bisa dijadikan bukti langsung peristiwa mujizat, tetapi arkeologi menjadi tambahan bukti dalam sebuah rangkaian bukti kolektif. Selain Lukas, byk catatan dlm NT yg cocok dgn penemuan arkeologi, daftar cukup lengkap bisa dilihat dlm buku FF.Bruce (The New Testaments Documents), John McRoy (The Bible and the New Testament, Baker, 1975), Edwin Yamauchi (The Stones and the Scripture, Lippencott, 1972) dan masih banyak buku lainnya.
Kriteria sejarah yg anda ajukan berdasarkan tulisan2 Olden-Jørgensen (1998) and Thurén (1997) justru tdk masalah utk diterapkan pada NT:
- Keaslian NT jauh lebih kuat dibandingkan naskah2 kuno lainnya berdasarkan byknya manucript NT yg tersedia, sekitar 5.700 manuscript bah, Yunani yg telah dikatalogkan. Memang ada perbedaan varian, tapi umumnya hanya masalah redaksi kata, apalagi bah Yunani adalah bah yg berinfleksi yaitu subjek dr kalimat bisa terletak dibagian mana saja dr kalimat. Tugas Textual Criticisme-lah utk menemukan arti teks yg paling mendekati aslinya dan menurut Robinson hanya sekitar 10% dr NT yg perlu perlakuan Textual Criticisme
- Penulisan injil Kanonik menurut mayoritas sarjana NT ditulis pada sekitar 60 s/d 90 M, masih cukup byk saksi mata yg masih hidup. Jika terjadi penyimpangan/manipulasi kisah Yesus maka pasti ada koreksi dari mereka. Jarak yg sangat dekat ini tdk memberi peluang munculnya legenda. Robin l. Fox (The Search for Alexander) menyatakan kisah Alexander mendapatkan unsur2 legenda nanti terjadi beberapa abad setelah penulisan pertamanya. A.N. Sherwin White (Roman Law and Roman Society in the New Testament) menyatakan bahwa dibutuhkan minimal 2 generasi atau lebih utk berpeluang munculnya legenda.
Sebenarnya masih byk point lain utk reabilitas NT, tapi cukup 2 point itu dulu.. karena masih fokus di topik "miracle"
ok... kembali ke masalah "miracle"
Jika konsep demitologisasi dipaksakan terhadap NT dgn mengeluarkan unsur supranatural, maka yg akan dikeluarkan: kisah penyembuhan, kisah pengusiran setan, mujizat terhadap alam bahkan kebangkitan Kristus, kelahiran Yesus melalui perawan, pengajaran tentang penghakiman (surga-neraka) termasuk inkarnasi Yesus. Apa yg terjadi jika diterapkan? justru hancurnya kerangka seluruh Alkitab (PL & PB) serta alur cerita yg terjadi.
1. Kisah penyembuhan & pengusiran setan merupakan bagian intrinsik dr pemberitaan ttg kerajaan Allah.
2. Mujizat Yesus merupakan penggenapan dr Perjanjian Lama terutama berkaitan dgn nubuatan mesianik.
3. Mujizat Yesus bersifat pewahyuan, jika dihilangkan maka akan menghilangkan salah satu aspek pribadi Yesus yg penting
Justru demitologisasi menjadi tdk logis! dibanding kisah Alkitab secara menyeluruh plus kisah2 mujizatnya.
Lalu figur Yesus seperti apa yg anda imani saat ini? hanya sekedar guru agung?
E.P.Sanders (Jesus and Judaism) menyatakan bahwa banyak orang mengikut Yesus pd masa itu terutama bukan karena Ia adalah guru agung, melainkan karena reputasiNya sebagai Penyembuh yang penuh kuasa.
Penutup:
Saya telah menyajikan argumentasi berdasarkan DATA dgn pendekatan pembuktian kolektif yg saling memperkuat satu sama lainnya. Tanpa perlu berkoar-koar, keimanan pada Yesus berdiri pada landasan bukti yg kuat. Intelektual Kristen tdk perlu takut dgn studi kritis, karena penyajian argumentasi ini telah membuktikannya, bukan saja hanya berdasarkan asumsi2 tetapi berdasarkan DATA yg ada, baik tulisan2 kuno maupun pendapat para ahli.
Satu tantangan: jika Yesus tdk melakukan mujizat tetapi hanya mitologi atau khayalan para murid, berikan bukti berdasarkan tulisan kuno (kanonikal, nonkanonikal, extrakanonikal) bhw benar itu hanya khayalan. Jika anda tdk bisa menjawab maka pilihan yg tersedia hanya satu yaitu menolak semua sumber kuno tsb yg menyatakan bhw Yesus melakukan mujizat/sihir termasuk menolak pendapat para sarjana seperti E.P.Sanders, Theissen dll. (umumnya the third quest).
...atau... pilihan terakhir menerima bhw Mujizat Yesus benar-benar terjadi.
Imajinasi Dalam Sains
3 hari yang lalu
19 komentar:
Bicara masalah muzizat, Al Quran turun secara bertahap berdasarkan konteks yang terjadi saat itu. Namun demikian jauh hari kemudian dengan perkembangan teknologi, dapat dikompilasi jumlah kata-kata dalam Al Quran adalah sebagai berikut: jumlah kata panas sama dengan jumlah kata dingin, jumlah kata sorga sama dengan jumlah kata neraka. Jumlah kata hari ada 7
Jumlah kata hari-hari ada 365
Jumlah kata bulan ada 12.
Bukankah ini juga suatu muzizat?
Hoax darimana nih ? saya ke corpus quran malah ada 481 untuk kata "Hari" dan 11 utk kata "Bulan"
Berhubung Quran dikompilasi oleh persekongkolan para Sahaba dibawah kedikatoran Kalipah Usman dan bukan oleh Muhamad sendiri sbab itu
gak tertutup kemungkinan untuk merekayasa seolah2 Quran itu mujizat.
Kata ‘Iblis” ( La’nat ALLAH ‘alaihi ) dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 11 kali, sementara “Isti’adzah” juga disebutkan 11 kali, Kata “ma’siyah” dan derivatnya disebutkan sebanyak 75 kali, sementara kata “Syukr” dan derivatnya juga disebutkan sebanyak 75 kali.
* Kata “al-dunya” disebutkan sebanyak 115 kali, begitu juga kata “al-akhirah” sebanyak 115 kali.
* Kata “Al-israf” disebutkan 23 kali, kata kebalikannya “al-sur’ah” sebanyak 23 kali.
* Kata “Malaikat” disebutkan 88 kali, kata kebalikannya ‘Al-syayathin” juga 88 kali.
* Kata “Al-sulthan disebutkan 37 kali, kata kebalikannya “Al-nifaq” juga 37 kali.
* Kata “Al-harb”(panas) disebutkan sebanyak 4 kali, kebalikannya “ Al-harb” juga 4 kali.
* Kata “ Al-harb (perang) disebutkan sebanyak 6 kali, kebalikannya “Al-husra” (tawanan) 6 kali.
* Kata “Al-hayat” (hidup” disebutkan sebanyak 145 kali, kebalikannya “Al-maut” (mati) 145 kali.
* Kata “Qalu” (mereka mengatakan) disebutkan sebanyak 332 kali, kebalikannya “Qul” ( katakanlah) sebanyak 332 kali.
* Kata “Al-sayyiat” yang menjadi kebalikan kata “Al-shahihat” disebutkan masing-masing 180 kali.
* Kata “Al-rahbah” yang menjadi kebalikan kata “Al-ragbah” masing-masing disebutkan 8 kali.
* Kata “Al-naf’u” yang menjadi kebalikan kata “Al-fasad” masing-masing disebutkan 50 kali.
* Kata “Al-nas” yang menjadi kebalikan kata “Al-rusul” masing-masing disebutkan 368 kali.
* Kata “Al-asbath” yang menjadi kebalikan kata “Al-awariyun” masing-masing disebutkan 5 kali
* Kata “Al-jahr” yang menjadi kebalikan kata “Al-alaniyyah” masing-masing disebutkan 16 kali
* Kata “Al-jaza” disebutkan 117 kali ( sama dg kebalikannya),
* Kata “Al-magfiroh” disebutkan 234 kali ( sama dengan kebalikannya),
* Kata “Ad-dhalala” ( kesesatan) disebutkan 191 kali ( sama dengan kebalikannya),
* Kata “Al-ayat” 2 kali “Ad-dhalala” yaitu disebutkan 282 kali. Dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini.
* Kata “Yaum” (hari) dalam bentuk tunggal disebutkan sebanyak 365 kali, sebanyak jumlah hari pada tahun Syamsyiyyah.
* Kata “Syahr” ( bulan) disebutkan sebanyak 12 kali, sama dg jumlah Bulan dalam satu Tahun.
* Kata “Yaum” (hari) dalam bentuk plural (jamak) disebutkan sebanyak 30 kali, sama dengan jumlah hari dalam satu Bulan.
* Kata “Sab’u” (minggu) disebutkan 7 kali, sama dengan jumlah hari dalam satu minggu.
* Jumlah “ saah” (jam) yang didahului dengan ‘harf’ disebutkan sebanyak 24 kali, sama dengan jumlah jam dalam satu hari.
Simak di: http://www.sarkub.com/2013/mukjizat-al-quran-dalam-hal-angka-angka/#ixzz31vSPSbfu
Powered by Menyansoft
Follow us: @T_sarkubiyah on Twitter | Sarkub.Center on Facebook
Seandainya Al Quran dikompilasi dengan persekongkolan untuk mengesankan ini adalah suatu mujizat, rasanya secara akal sehat tidak mungkin. Yang masuk akal adalah bahwa Al Quran ini datang dari Tuhan dan Dia sendiri yang menjaga kemurniannya
xxxSeandainya Al Quran dikompilasi dengan persekongkolan untuk mengesankan ini adalah suatu mujizat, rasanya secara akal sehat tidak mungkinxxx
Kok gak mungkin?
Muhamad sendiri gak pernah kompilasi Quran, tau darimana isi Quran semuanya berasal dari Muhamad?
Bukankah ada acara bakar2an utk Quran yg versinya berbeda?
Bukankah ada panitia penyusunan ayat yg dipimpin oleh Zayd?
Knapa gak masuk akal sehat?
Huuf,,Iman buta sepertinya nih
Baiklah, dengan mengesampingkan sumber, penulis dan penyusun Al Quran saat itu, tentunya tidak mungkin menulis buku yang turun secara bertahap berdasarkan peristiwa kontekstual saat itu yang jauh hari kemudian ditemukan adanya keteraturan angka-angka seperti dalam Al Quran itu tanpa teknologi komputer.
Perlu Anda ketahui bahwa keteraturan angka tersebut baru diketahui dengan pengetahuan teknologi saat ini, padahal penyusunannya jauh sebelum diketemukan teknologi komputer
Ah masa ? contoh yg anda kasih sangat sederhana & mudah tuh bahkan gak perlu komputer utk membuat yg seperti itu.
Yg penting ada Panitia Penyusun Ayat.
Tapi lucunya klaim2 anda ini selain pembuktiannya gak jelas krn sering muslim bikin Hoax2 gk jelas, namun yg
paling menggelikan pemahaman baru anda ini bersifat Bidaah krn gak ada dalam Quran serta Tafsiran resminya, hadits dan bahkan Sirah
Memang benar saya tidak mengerti bahasa Arap,tafsir atau bidaah, tapi saya belajar "probabilitas", bahwa keteraturan yang ada dalam quran adalah suatu kejadian yang hampir tidak mungkin terjadi. Silahkan Anda masukkan seluruh kata-kata dalam Injil (versi apa saja) atau Taurat atau Wedha atau buku apa saja ke dalam database komputer, kemudian kita lihat hasil penghitungan kesamaan atau lawan kata atau keteraturan yang lain, adakah berpuluh keteraturan serupa quran? Mari kita lihat bersama.
-Nah anda sudah ngaku Ilmu agama islam anda tidak memadai, ketahuan kan akhirnya justru model2 muslim yg "tak berilmu agama " sperti anda yg justru termakan hoax seperti ini?
-Hayo jujurlah memang situ pernah coba menyelidiki sendiri pake komputer ? Bukankah yg anda tunjukan hanya berdasar klaim2 gak jelas oleh org2 yg tak berilmu agama ?
--Tidak ada kitab agama lain yg BUTUH PANITIA PENYUSUN AYAT seperti yg ada di sejarah Islam.
Kesimpulannya : Tidak hanya pembuktiannya pun masih gak jelas
tapi bahkan
Nuansa Sejarah Penyusunan Ayat2 Quran saja sudah sarat rekayasa
Maukah anda percaya pada Kitab HASIL REKAYASA PENGUASA? anda tentu tak mau sebodoh itu bukan ? :)
Anda benar, bahwa saya tidak menyelidiki sendiri pakai komputer,tetapi pernyataan mereka itu benar dengan mengingat tidak adanya pernyataan balasan dari hamba-hamba Tuhan.
Saya yakin seandainya Injil juga mempunyai pola keteraturan jumlah kata-kata yang unik, tentunya para hamba Tuhan itu telah menyatakannya sebagai "counter" dari pernyataan orang islam itu.
Saya sudah browsing, juga dengarkan kotbah P Gilbert Lumondong, P Bagus Seta, P Jusuf Roni juga belum ada yang membahas keteraturan kata-kata yang unik dalam Injil.
Tuh kan skali lagi anda memperlihatkan anda tidak tahu sama sekali agama islam.
Agama Islam sendiri tidak menyuruh anda cape2 menghitung kecocokan angka2 dll,bukan?
Tidak ada satupun dlm Quran,Hadits ataupun Sirah.
Kalau nabi anda saja tidak menyuruh anda utk cape2 utk sesuatu yg gak jelas kebenarannya,
lalu utk apa menyuruh kami capek2 cari2 kecocokan angka2 (kayak maen puzzle) dlm Alkitab ?
Skedar info: Kalo sy denger kotbah agamawan yg paling utama adalah apakah memberikan KETEDUHAN dlm persoalan masalah hidup yg saya hadapi
Dan bukan sekedar pembahasan dogma2 mati semata.
Apa faedah langsung ke masalah bayar kontrakan, sodara sakit keras gk punya uang byr rumah sakit ataupun persoalan hidup pelik lainnya kalo hanya dari dengerin pembahasan angka2 dan kecocokannya dg kitab?
Terbuai oleh sesuatu yg "semu"..
xxxDan bukan sekedar pembahasan dogma2 mati semata.xxx
Pembahasan mujizat ini bukanlah pembahasan dogma, karena berdasarkan logika.
Mujizat adalah sesuatu yang hampir mustahil terjadi. Contoh:
1.Musa membelah laut (dulu-katanya)
2.Yesus menghidupkan orang mati (dulu-katanya)
3.Muhamat membelah bulan (dulu-katanya)
4.Quran mempunyai pola keteraturan angka-angka yang unik (sekarang-langsung dibuktikan-tidak ada counter dari pihak lain)
Jadi menurut Anda mujizat mana yang otentik dan up to date?
Masih tidak mau trima kenyataan ya?
Faktanya:
1.Tidak ada yg mengajarkan penyamaan angka2 adalah mujizat , org yg anda anggap nabi sendiripun tidak mengajarkannya
2. Penyusunan angka2 yg anda klaim sampai sekarang belum jelas pembuktiannya, Anda sendiri sudah ngaku membenarkan kenyataan ini.
(Sedangkan mujizat2 Nabi Paling tidak TERTULIS di Kitab suci Quran maupun Bibel sbg bukti)
Dari 2 point di atas krn itu maaf, agak lucu utk mengidentifikasi sesuatu yg tidak jelas sbgai mujizat
Point
3.Bahkan Penyusunan angka2 itu sendiri kalo pun ada tdk serta merta bs dikategorikan mujizat mengingat Sejarah Islam mengakui Ayat2 Quran disusun bkn oleh Muhamad tetapi Dewan Panitia Penyusun Ayat yg diketuai Zayd.
Dan situasi saat Panitia disusun sangat sarat Rekayasa Politik
Agak sulit utk mempercayai Hasil Rekayasa sbg mujizat
Baiklah, agar waktu kita lebih bermanfaat, sebaiknya diskusi ini saya simpulkan sebagai berikut:
1.Anda berpendapat bahwa Quran bukanlah mujizat, disusun atas rekayasa pemerintah saat itu.
2.Saya berpendapat bahwa keteraturan angka-angka dalam Quran adalah suatu mujizat yang dapat dilihat langsung saat ini dengan pertimbangan tidak ada buku lain yang mempunyai keteraturan seperti Quran dan ini dibenarkan dengan tidak adanya klaim balasan dari pihak lain.
Jika ada yang perlu diluruskan atau ditambahkan silahkan Anda memberikan komentar.
Masih tetap menolak utk berpikir LOGIS rupanya :)
Kesimpulan sudah jelas
1.Betul, Sejarah Islam sudah mengakui Quran sekarang Hasil Rekayasa
2.Anda sudah mengaku sendiri Tidak Ada Kepastian yg Jelas mengenai yg anda klaim sebagai mujizat ini
3.Di Kitab Suci & Hadits anda sendiri tdk mengajarkan apa yg anda yakini tsb sebagai mujizat
4.Memperdebatkan sesuatu yg gak jelas bahkan ditinjau dari agama islam sendiri tentu merupakan pembodohan secara sadar terhadap diri sendiri.
Setuju? :)
Baiklah, saya setuju untuk berbeda pendapat dengan Anda. Sekarang mari kita beranjak pada topik baru yaitu beriman dengan logika.
Secara logika orang beragama akan sepakat bahwa Tuhan bersifat "Maha Berkehendak"
Oleh sebab itu adalah otoritas tuhan untuk:
1. Menyatakan diri sebagai Tritunggal atau sebagai Tuhan Yang Maha Esa.
2.Menebus dosa asal dengan mengorbankan Putera tunggalnya atau mengajari Adam tentang pertaubatan kemudian menerima tobatnya.
3.Menyatakan Yesus sebagai anak Allah yang sehakekat dengan Allah atau yesus sebagai nabi utusan Allaah.
4.Menyatakan secara objektif bahwa para Nabi juga melakukan dosa besar atau menyatakan para nabi sebagai pilihan Tuhan yang dijaga kesuciannya.
Secara logika semua pernyataan tersebut masuk akal mengingat sifat Tuhan yang Maha Berkehendak.
Pertanyaan saya adalah :
Dengan pendekatan apa agar saya dapat mengidentifikasi pernyataan mana yang dapat dianut?
Dengan pendekatan apa agar SAYA dapat mengidentifikasi pernyataan mana yang dapat DIANUT?
------------------
Menentukan apa yg ANDA ANUT tidak bs dipaksa , semua harus berawal dari PILIHAN INDIVIDU
"Pencerahan/Hidayah" itu Anugrah "khusus" bagi "Tiap Individu"
Memang benar tidak ada paksaan dalam beragama, tetapi untuk mendapatkan pencerahan mestinya tidak semata-mata anugerah dari Tuhan. Tuhan memberi kita indera akal dan hati fungsinya agar kita dapat berusaha meraih pencerahan tersebut disamping tentunya ada bagian yang memang menjadi otoritas Tuhan. Seandainya pencerahan itu murni otoritas Tuhan, sungguh kasihan bagi individu yang tidak dikaruniakan pencerahan oleh Tuhan.
1) Samakan persepsi dulu, Mana yg menurut anda PASTI bagian otoritas Tuhan dan mana yg PASTI jadi bagian manusia?
2)Dari situ tolong terangkan pendekatan PASTI & LOGIS apa yg perlu saya gunakan untuk memilih :
Apakah
--Allah PASTI punya Tangan, Wajah & Kaki seperti yg diajarkan Imam Hanbali
atau
--Allah PASTI tidak punya tangan, wajah dan kaki seperti yg diajarkan Imam Syafei
Secara LOGIS anda harus mengakui salah satu PASTI SESAT bukan ?
1. Yang menjadi otoritas Tuhan yaitu menentukan kapan dan di mana kita dilahirkan, setelah itu Dia melengkapi kita dengan indera, akal dan hati kemudian Dia tentukan jenis ujian yang bakal kita terima. Berdasar lulus tidaknya ujian itu Dia akan memberikan hadiah atau hukuman atau ampunan.
Yang menjadi otoritas manusia adalah menggunakan indera, akal dan hati secara objektif untuk menghadapi ujian dari Tuhan.
Jadi anugerah itu juga harus dicari. Dengan menggunakan indera, akal dan hati manusia mempelajari fenomena alam agar dapat lulus ujian.
2. Allaah PASTI punya tangan, wajah dan kaki yang BERBEDA dengan makhluk ciptaanNya dan PASTI tidak punya tangan, wajah dan kaki yang SAMA dengan makhluknya.
Memang sering saya temui orang Islam atau Kristen menyajikan keterangan yang tidak lengkap untuk menjatuhkan lawannya.
Jadi kalau belajar kekristenan harus dari pendeta Kristen (bukan Kristolog) dan belajar Islam dari cendekiawan Muslim (bukan Islamolog)
Untuk meyakini suatu agama akan lebih baik dengan mempelajari dulu semua agama.
Dalam suatu kasus dimana secara akal (logika) sama sama masuk akal, maka kita gunakan HATI.
Hati yang bersih pasti disertai Tuhan.
Hati dapat bias oleh: Kesombongan, kedengkian, Nafsu dan kepentingan dunia.
Posting Komentar