Babi: Halal atau Haram?

Pengantar: Permasalahan makanan haram & halal sering diajukan oleh mereka yang ingin kembali ke semangat Yudaisme. Argumentasi yang diajukan selalu mengacu pada pengajaran Perjanjian Lama tanpa memperhatikan prinsip Anugerah dalam Perjanjian Baru.Untuk itu kita perlu mengujinya dalam terang pengajaran Yesus dan para Rasul.

ARGUMENTASI YUDAISME
Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Babi itu haram untuk dimakan.
Im 11:7Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu
Yes 66:17... yang memakan daging babi dan binatang-binatang jijik serta tikus, mereka semuanya akan lenyap sekaligus, demikianlah firman TUHAN.
Tetapi saat ini banyak orang Kristen yang tidak memperdulikan ayat ini dengan tetap memakan Babi. Apalagi Babi itu diketahui sebagai binatang jorok dan tidak baik untuk kesehatan jika dikonsumsi.

JAWABAN
Sebenarnya masalah Taurat termasuk di dalamnya makanan haram-halal seperti Babi, sudah menjadi pergumulan gereja mula-mula. Ini terjadi sejak Injil mulai tersebar ke kalangan non Yahudi yang menimbulkan pertanyaan apakah orang non Yahudi (gentiles) harus mengikuti hukum Taurat atau tidak (proselitisme) ? Masalah ini kemudian diselesaikan dalam sidang para Rasul di Yerusalem. Tetapi herannya isu ini merebak kembali beberapa ratus kemudian melalui ajaran yang mengajak kembali ke Yudaisme namun tetap beriman pada Yesus.

Untuk itu saya mencoba menganalisis permasalahan ini dengan pendekatan kronologis perkembangan jemaat mula-mula dengan inti pembahasan pada sidang Yerusalem & crosslink dengan pengajaran Paulus.
Ok ..let’s explorer it

Semula pelayanan Yesus terbatas pada orang Yahudi namun sejak kenaikanNya ke sorga & datangnya Roh Kudus misi pekabaran Injil menjadi universal (Kis 1:8). Pada hari ketuangan Roh Kudus perkataan para Rasul dimengerti oleh berbagai suku bangsa. Ini mengindikasikan Injil juga harus disampaikan ke bangsa-bangsa lain. Sejak itulah Injil mulai tersebar ke wilayah Samaria yang dianggap bukan orang Yahudi murni karena telah bercampur dengan orang Kafir. Puncaknya pada pertobatan Kornelius yang full non Yahudi melalui pelayanan Petrus.
Sebelum peristiwa pertobatan Kornelius di Kaisarea, Petrus mengalami penampakan mengenai binatang yang turun dari langit. Di dalamnya terdapat berbagai jenis binatang (termasuk haram) dan Tuhan memerintahkan agar Petrus menyembelih & memakannya. Tetapi Petrus berkata Kis 10:14... Tidak, Tuhan, tidak, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan yang tidak tahir." Tetapi Tuhan menjawabnya Kis 10:15"Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.". Maksud semula penampakan ini bagi Petrus berkaitan dengan pertobatan Kornelius.

Setelah Petrus kembali ke Yerusalem, dia berselisih pendapat dengan orang-orang dari golongan bersunat terutama orang Farisi kemungkinan kelompok imam-imam yang bertobat. Kis 6:7... juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya”. Ternyata tuduhan mereka bukan karena pertobatan Kornelius tetapi karena Petrus makan bersama-sama dengan orang non Yahudi. Kis 11:3 Kata mereka: "Engkau telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka." Kemungkinan makanan yang tersedia termasuk makanan haram misalnya Babi sebagai salah satu makanan yang umum di kalangan non Yahudi. Tidak ada indikasi bahwa Petrus melarang mereka untuk menyediakan makanan yang tidak halal.

Nah .. yang menarik tuduhan ini dijawab Petrus dengan menceritakan kembali kisah penampakan itu & kisah pertobatan Kornelius. Padahal yang dipersoalkan mereka masalah Petrus makan dengan orang non Yahudi bukan masalah pertobatan Kornelius. Tentu alasan Petrus mengatakan kisah itu karena dia telah memahami kisah tersebut bukan saja dalam pengertian penerimaan Allah terhadap orang non Yahudi tetapi juga menyangkut makna aturan Taurat. Tentu tidak mungkin Allah memakai kisah penampakan makanan haram yang tegas dilarang dalam Taurat yang kemudian dihalalkanNya & ternyata itu masih berlaku! Kalau memang masih berlaku, Allah pasti menggunakan deskripsi lain untuk kisah penampakan tersebut.

Saat di Kaisarea, Petrus tidak saja berinteraksi dengan keluarga Kornelius tetapi banyak orang lainnya. Kis 10:24… Dan pada hari berikutnya sampailah mereka di Kaisarea. Kornelius sedang menantikan mereka dan ia telah memanggil sanak saudaranya dan sahabat-sahabatnya berkumpul”. Interaksi dilakukan selama beberapa hari Kis 10:48 … Kemudian mereka meminta Petrus, supaya ia tinggal beberapa hari lagi bersama-sama dengan mereka.”. Sehingga Petrus memiliki waktu yang cukup memberi pengajaran kepada mereka yang diisinya dengan pengajaran ttg tentang Yesus (Kis 10:34-43). Tetapi … Petrus tidak pernah mengajarkan ttg aturan hukum Taurat !!.
Hal serupa juga dilakukan oleh Paulus & Barnabas yang tidak mengajarkan aturan Taurat untuk orang non Yahudi. Ini menimbulkan perselisihan dengan orang Yahudi yang percaya. Puncaknya saat beberapa orang dari Yudea datang ke Antikhioa dan berdebat dengan Paulus dan Barnabas. Karena tidak terjadi titik temu mereka akhirnya menetapkan untuk membawa persoalan ini ke Yerusalem agar dibahas dengan para Rasul (Kis 15:1-2).

Persidangan diawali dengan tuduhan dari orang golongan Farisi yang percaya.
Kis 15:5Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan berkata: "Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa." Tuduhan mereka cukup masuk akal karena mereka memang kelompok yang ketat menerapkan hukum Taurat. Bahkan Yesus sendiri dianggap mereka tidak sepenuhnya menjalankan hukum Taurat. Tuduhan orang Farisi ini bukan hanya ”masalah sunat” tetapi seluruh hukum Musa termasuk masalah makanan haram.

Menurut tradisi rabinik aturan Taurat berjumlah 613 ketetapan yang disebut Mizvot. Berisi berbagai aturan seperti sunat, upacara & makanan dan lain-lain. Bahkan sampai hal-hal yang kelihatan aneh untuk orang Modern misalnya cara berpakaian. Im 22:11Janganlah engkau memakai pakaian yang dua jenis bahannya, yakni bulu domba dan lenan bersama-sama.”. Artinya jika menjalankan hukum Taurat tidak boleh setengah-tengah. Seperti kata Paulus dalam Gal 5:3... Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat.” Sehingga cukup mengherankan jika ada ajaran yang melarang makan Babi tetapi tidak melakukan hal lainnya seperti disunat & persembahan korban dan lain-lain.

Setelah tuduhan tersebut, para Rasul bersidang & bertukar pikiran & Petrus kemudian berkata: Kis 15:7-11... "Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. ... Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga."

Perkataan Petrus ini sejalan dengan pengajaran Paulus:
1. Berita Injil sifatnya universal baik orang Yahudi maupun non Yahudi
Kol 3:11dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, .... tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu
2. Orang non Yahudi tidak harus memikul kuk atau menjalankan aturan Taurat.
Gal 5:1Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.
3. Keselamatan diperoleh oleh kasih karunia Yesus Kristus bukan melalui hukum Taurat.
Gal 5:4Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia.
Pemahaman Petrus ini tentu berkaitan dengan peristiwa penampakan yang dialaminya (binatang yang turun dari langit). Ini sekali lagi membuktikan bahwa Petrus memahami penampakan itu bukan saja dalam pengertian diterimanya orang non Yahudi tetapi juga menyangkut arti dari Hukum Taurat. Keselamatan bukanlah pada Taurat tetapi pada Yesus & orang non Yahudi tidak harus menjalankan aturan Taurat.

Yakobus menyatakan hal yang senada dengan Petrus yaitu bangsa lain tidak harus dibebankan menjalankan hukum Taurat.
Kis 15:19Sebab itu aku berpendapat, bahwa kita (orang Yahudi percaya) tidak boleh menimbulkan “kesulitan” (menjalankan Taurat) bagi mereka dari bangsa-bangsa lain (non Yahudi) yang berbalik kepada Allah
Yakobus selanjutnya memberi aturan kepada orang non Yahudi.
Kis 15:20 tetapi kita harus menulis surat kepada mereka, supaya mereka menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah”.Sebab sejak zaman dahulu hukum Musa diberitakan di tiap-tiap kota, dan sampai sekarang hukum itu dibacakan tiap-tiap hari Sabat di rumah-rumah ibadat."

Ada beberapa hal yang kita bahas dari perkatan Yakobus:
(1) menjauh diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala.
Kita bandingkan dengan pengajaran Paulus:
1 Kor 10:28-29Tetapi kalau seorang berkata kepadamu: "Itu persembahan berhala!" janganlah engkau memakannya, oleh karena dia yang mengatakan hal itu kepadamu dan karena keberatan-keberatan hati nurani...
Paulus memperjelas maksud dari perkataan Yakobus yaitu tidak memakan makan persembahan berhala agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain karena keberatan hati nurani. Namun pada prinsipnya makanan itu sendiri menurut Paulus sifatnya netral (halal), seperti yang pada ayat sebelumnya
1 Kor10:25-26Kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani. Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani.”

Ada yang beranggapan bahwa definisi makanan adalah semua yang halal & Babi tidak termasuk makanan. Mungkin jika konteks ayat ini hanya ditujukan pada orang Yahudi yang ada di Yerusalem sepertinya cukup masuk akal tetapi konteks ayat ini ditujukan kepada jemaat di Korintus. Jemaat Korintus tidak hanya orang Yahudi yang percaya tetapi juga orang non Yahudi seperti Yunani (Kis 18:4). Perhatikan kata ”...kalau kamu diundang oleh seorang yang tidak percaya..” jelas ini menunjuk pada orang kafir. Kata berikutnya ” ...makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu...”. Jelas kata ”apa saja” menunjuk pada berbagai makanan termasuk makanan haram seperti Babi. Ini cocok dengan kata ”segala sesuatu” pada kalimat ”...kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging..”.

(2) dari percabulan
Secara khusus ini berkaitan dengan makanan persembahan berhala karena biasanya penyembahan berhala pd masa itu berisi praktek pelacuran di kuil-kuil. Secara prinsip percabulan itu sendiri ditentang keras oleh Paulus. 1 Tes 4:3Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan,…

(3) makanan dari daging binatang tercekik dan dari darah
Biasanya makanan dari darah berkaitan dengan daging binatang tercekik yang tidak banyak mengeluarkan darah. Sepertinya Yakobus mengacu pada aturan untuk orang asing dalam Taurat. Im 17:12 ...Demikian juga orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu tidak boleh makan darah”.
Tetapi yang perlu kita perhatikan bahwa perkataan Yakobus ttg makan darah dan lainnya ini bukan syarat untuk mendapat keselamatan namun dalam konteks perbuatan baik. Kis 15:29... Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik"

Kalau begitu apakah orang Kristen diperkenankan makan darah? Terus terang saya masih sulit menjawabnya secara pasti. Ada pendapat yang mengatakan bahwa masalah ”makan darah” sifatnya sementara untuk konteks saat itu yaitu agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang Yahudi Kristen. Ada juga pendapat yang mengatakan makan darah diperkenankan karena darah Yesus telah tercurah dengan menggenapi makna dari sakralitas darah dalam masa PL. Tetapi pada intinya seandainya memang “makan darah” itu tidak diperkenankan maka konsekuensinya mereka yang memakannya dianggap tidak melakukan hal yang “baik” tetapi tetap tidak akan menggugurkan keselamatannya.

(4) Bagaimana dengan kalimat ...Sebab sejak zaman dahulu hukum Musa diberitakan di tiap-tiap kota, dan sampai sekarang hukum itu dibacakan tiap-tiap hari Sabat di rumah-rumah ibadat." (Kis 15:21).
Ada yang beranggapan bahwa Yakobus sedang meneguhkan hukum Musa. Tetapi anggapan ini bertentangan dengan konteks keseluruhan. Sangat jelas bahwa Yakobus sependapat dengan Petrus bahwa Taurat tidak menyelamatkan tetapi karena kasih karunia & orang non Yahudi tidak harus dibebankan Taurat. Jadi Ayat Kis 15:21 bukanlah sebuah perintah atau pengajaran untuk menjalankan Taurat tetapi hanya deskripsi keadaan saat itu. Ayat ini berkaitan erat dengan ayat sebelumnya yang mengatur masalah makanan persembahan berhala dan lain-lain. Maksud Yakobus adalah orang-orang dari bangsa lain yang telah percaya Yesus sesungguhnya sudah tahu bahwa praktek kafir seperti penyembahan berhala dan percabulan (pelacuran di kuil berhala) itu salah & tercela. Hukum Musa biasanya dibacakan di rumah ibadah lokal & dari interaksi mereka dengan orang Yahudi mereka telah mendengar beberapa prinsip dasar dari hukum Taurat sehingga aturan untuk menjauhkan diri dari praktek semacam itu seharusnya tidaklah mengejutkan.

Sidang Yerusalem ini memutuskan bahwa agar orang non Yahudi tidak dibebankan untuk menjalankan Taurat. Sidang memberi aturan mengenai makanan yaitu melarang memakan makanan dari darah, binatang tercekik, percabulan dan persembahan berhala. Tetapi sama sekali tidak disinggung untuk tetapi melarang memakan makanan haram seperti Babi dan lain-lain. Otoritas keputusan sidang ini sangat kuat karena juga dinyatakan sebagai keputusan Roh Kudus. Kis 15:28 "Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini "

Kesimpulan yang bisa ditarik dari analisis ini:
Masalah Taurat untuk orang non Yahudi yang menimbulkan konflik ini di jemaat mula-mula telah dituntaskan dalam Sidang ini. Maka terlihat aneh kalau masih ini ada yang mempersoalkan kembali hal ini. Jadi jelaslah bahwa orang non Yahudi termasuk orang Indonesia yang telah percaya Kristus tidak dibebankan untuk menjalankan Taurat termasuk masalah makanan haram (Babi dan lain-lain). Untuk orang Yahudi, Taurat hanya sebagai tradisi & identitas bangsa tetapi bukan jalan keselamatan lagi.
Pembahasan khusus tentang Sidang Yerusalem dibahas di sini: http://apologiakristen.blogspot.com/2011/09/hukum-taurat-orang-yahudi-sidang.html

Lalu bagaimana dengan ayat-ayat yang melarang makan Babi?
Sekarang saya coba mengkonfrontir kesimpulan tadi dengan beberapa ayat yang dianggap melarang makan Babi dan mendaftarkan beberapa kemungkinan implikasinya.
Im 11:7Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu
Yes 66:17... yang memakan daging babi dan binatang-binatang jijik serta tikus, mereka semuanya akan lenyap sekaligus, demikianlah firman TUHAN.
Mat 5:17 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya."

Kemungkinan 1:

Jika ayat-ayat PL ini dalam konteks PB tetap dianggap masih berlaku dan Yesus dianggap meneguhkannya maka konsekuensinya terjadi kontradiksi dengan keputusan Sidang Yerusalem. Padahal keputusan itu diambil oleh para Rasul yang memiliki otoritas rasuli sebagai murid-murid Yesus dan keputusan tersebut dinyatakan juga sebagai keputusan Roh Kudus. Apakah mungkin Allah mengajarkan sesuatu yang bertentangan?

Kemungkinan 2:
Jika ayat-ayat PL ini dalam konteks PB tetap dianggap masih berlaku akan cocok jika keputusan Sidang Yerusalem ternyata tetap melarang memakan Babi. Tetapi ... untuk mendukung kemungkinan ini berarti harus ada Analisis Pembanding yang coba membuktikan bahwa Sidang itu mengindikasikan tetap memutuskan melarang memakan Babi.

Kemungkinan 3:
Ayat-ayat PL tersebut harus dimengerti dari perpektif Kristus (PB). Berikut pembahasannya secara sangat ringkas:
1. Aturan Taurat bersifat sementara sebelum datangnya Kristus.
- Luk 16:16Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes...
- Ibr 8:13Oleh karena Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya
2. Aturan Taurat dimengerti sebagai bayangan dari yang akan datang (Kristus-PB)
- Ibr 10:1Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri
- Kol 2:16-17Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru atau pun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus
3. Aturan Taurat telah dibatalkan oleh kematian Kristus
- Ef 2:15 sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya
- Kol 2:14dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib
4. Aturan, simbol & peristiwa dlm PL merupakan bersifat tipologi (Type) dan Yesus adalah penggenapnya (Anti-Type) maka dalam Mat 5:17-18 kata ”meniadakan” dimengerti bahwa Yesus tidak meniadakan hal-hal tadi (Type) tetapi justru untuk menggenapinya. (Ayat ini perlu pembahasan tersendiri secara mendalam)
5. Kata selama-lamanya dalam Taurat menunjuk pada makna rohani dalam Kristus yang akan tetap berlaku selama-lamanya.
Nah... pengertian-pengertian ini cocok dengan kesimpulan dengan keputusan Sidang Yerusalem.

Kalau Taurat sudah tidak berlaku berarti kita hidup tanpa hukum?
Kita saat ini hidup dalam kasih karunia Kristus yang berarti kita melakukan perbuatan baik sebagai wujud ungkapan syukur kita atas keselamatan yang telah kita terima.
Ef 2:10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”.
Gal 5:22-23Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
Ini adalah prinsip & hakekat hukum itu sendiri, tidak ada aturan hukum yang menentang hal ini.

Bukankah Babi binatang yang jorok & tidak baik bagi kesehatan?
Memang benar dalam tubuh Babi biasanya terdapat kista cacing Trycina, bisa menyebabkan kolesterol & hipertensi termasuk masalah Flu Babi apalagi jika dagingnya tidak dimasak dengan matang. Tetapi bukan hanya Babi, binatang lainnya pun seperti Sapi & Kambing yang dalam Imamat dikategorikan halal juga memiliki potensi penyebab hipertensi, asam urat dan penyakit lainnya. Artinya secara kesehatan memakan daging-daging ini harus dibatasi jangan berlebihan & sebaiknya diimbangi dengan olahraga untuk membakar kolesterol. Tetapi jangan jadikan masalah kesehatan ini sebagai doktrin! seakan-akan orang yang memakannya berdosa & melanggar perintah Tuhan.

Secara pribadi saya telah lama menggumuli masalah ini. Sejak kecil sampai SMA saya tidak memakan Babi namun setelah saya pelajari & mengerti, saya kemudian memutuskan untuk makan Babi. Namun karena pertimbangan kesehatan saya sangat membatasi memakannya.
Nasihat rasul Paulus dalam Rom 14 cocok untuk kita dalam menyikapi hal ini. Walaupun konteksnya antara vegetarian & non vegetarian, namun secara prinsip tetap relevan dengan masalah yang kita bahas. Rom 14:3 Siapa yang makan, janganlah menghina orang yang tidak makan, dan siapa yang tidak makan, janganlah menghakimi orang yang makan, sebab Allah telah menerima orang itu

Jaringan Apologia Kristen
Jimmy Jeffry
Share:

Apakah Mungkin para Murid yang Hanya Nelayan Menulis Injil?

ARGUMENTASI LIBERALISME
Bahasa Yunani Koine yang digunakan dalam bahasa penulisan 4 Injil merupakan bahasa yang hanya diketahui oleh masyarakat kelas atas. Para penulisnya tentu orang yang berpendidikan dan bukan berasal dari masyarakat kelas bawah. Sedangkan murid-murid Yesus hanya rata-rata nelayan yang dikategorikan masyarakat kelas bawah dan mereka hanya mengenal bahasa Aramik. Berarti murid-murid Yesus bukanlah penulis Injil.

JAWABAN
Kita perlu menguji pendapat ini menggunakan data & referensi yang tersedia. Apakah benar bahwa para murid-murid tidak menguasai bahasa Yunani? ok let's examine it..

Dalam kehidupan sehari-hari para murid memakai bahasa Aramik sebagai bahasa pergaulan dan dalam aktivitas perdagangan & hubungan dengan orang lain mereka menggunakan bahasa Yunani Koine sebagai bahasa internasional pada saat itu. Sehingga kemungkinan besar mereka menguasai dua bahasa (billingual).
Merril C. Tenney (SPB): “Bahasa Yunani menjadi bahasa resmi di pengadilan dan bahasa pergaulan sehari-hari, seperti yang terlihat dalam tulisan-tulisan di atas papirus, surat-surat cinta, tagihan, resep, mantera, esai, puisi, biografi, dan surat-surat dagang, semuanya tertulis dalam bahasa Yunani, bahkan tetap demikian hingga masa pendudukan Romawi.
Bruce Metzger (LN-TIB): “Bahasa Yunani, secara meluas dimengerti di Palestina, terutama di ‘Galilea wilayah bangsa-bangsa lain’ seperti yang disebut dalam Mat.4:15.

Penggunan bahasa Yunani tidak hanya kalangan atas tetapi juga menyentuh sampai lapisan masyarakat kelas bawah.
Sean Freyne, (GAGH): "There is general agreement that Greek was widely spoken in Palestine, even in Jerusalem and among nationalistic circle in New Testament times, a conclusion based on epigraphic, archaeological and literary evidence...these were not confined to the cities but were distributed throughout the villages and estate in charge of the affairs of the government. The frequent journey of the officials, some of higher, others of lesser rank, ensured a network of communication that tied village life to various cities and thouched everybody from the poorest peasant to the various village officials..."
"Ada semacam konsensus umum bahwa bahasa Yunani digunakan secara luas di Palestina termasuk di Yerusalem dan diantara lingkaran gerakan nasionalis pada masa Perjanjian Baru, kesimpulan ini didasarkan pada bukti epigrafi, arkeologi dan literal ... hal ini tidak terbatas pada kota-kota saja tetapi penggunaannya juga tersebar sampai ke kantor-kantor pemerintah di desa-desa. Kunjugan rutin dilakukan pejabat-pejabat tinggi atau pejabat yang lebih rendah yang memastikan terbentuknya jaringan komunikasi antara desa-desa dan kota dan menyentuh semua lapisan masyarakat mulai dari penduduk miskin sampai pejabat pemerintahan desa"

Dari data ini menunjukan bahasa Yunani sudah sangat umum di Palestina, bukan saja dikalangan atas tetapi juga di kalangan bawah. Sehingga cukup logis mengapa Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani. Selain itu tempat tinggal para murid di Galilea merupakan salah satu pusat perdagangan & aktivitas ekspor impor pada masa itu. Sedangkan Kapernaum merupakan desa nelayan dan perikanan merupakan salah pilar utama perekonomian di wilayah tersebut. Mereka tentu sering melakukan transaksi dagang yang kemungkinan besar menggunakan bahasa Yunani.

Siapa sebenarnya penulis Injil?
Dari keempat penulis Injil yang dikategorikan sebagai murid Yesus adalah Matius sang pemungut cukai dan Yohanes murid terkasih. Sedangkan Markus & Lukas kemungkinan masuk dalam kelompok 70 murid. Markus mencatat Injil Markus berdasarkan kesaksian dari Petrus sedangkan Lukas mencatatnya berdasarkan hasil penyelidikan dengan sumber Paulus & para rasul.

Pekerjaan Matius sebagai pemungut cukai (tax collector) di kota Kapernaum merupakan pekerjaan yang memiliki status yang lebih tinggi dari nelayan atau masyarakat umum lainnya. Mereka cukup kaya dan memiliki pergaulan yang cukup luas baik sesama pemungut cukai maupun “orang berdosa” lainnya kemungkinan orang non Yahudi (gentiles). Mat 9:10 "Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya". Dalam pekerjaan tentu dia harus tahu membuat laporan cukai/pajak untuk dilaporkan ke atasannya apalagi ini berkaitan dengan uang. Sehingga cukup masuk akal mengatakan bahwa Matius adalah penulis Injil Matius karena dia mampu untuk menulis. Eusebius menyatakan bahwa: “Matius disebutkan oleh Papias bahwa ia memiliki koleksi catatan berbagai perkataan (Yesus)

Petrus telah dikenal oleh jemaat mula-mula sebagai orang yang sering menggunakan penerjemah. Penerjemah juga sering merangkap sebagai penulis atau sekretaris. Seorang sekretaris bisa melakukan perubahan minor dalam redaksi kata, mirip seperti dilakukan seorang editor di masa kini. Petrus mendiktekan kesaksiannya kepada sekretaris ini menggunakan bahasa Aramik & kemungkinan juga menggunakan Yunani.
Eusebius mencatat hal ini :” This also the presbyter said: Mark having become the interpreter of Peter, wrote down accuratelym, though not in order, whatsover he remembered of things said or done by Christ...
"Seperti dikatakan presbiter: Markus menjadi penerjemah untuk Petrus, menuliskan secara akurat sesuai perintah apapun yang diingat dari hal-hal yang dikatakan & dilakukan oleh Kristus"

Lukas menuliskan Injil Lukas sebagai hasil laporan investigasi yang dilakukan. Sumber informasinya berasal dari para rasul sendiri yang pada masa itu berada di Yerusalem memimpin gerakan gereja mula-mula. Lukas adalah rekan Paulus juga menuliskan kitab Kisah Para Rasul. Kredibilitas Lukas sebagai seorang sejarawan tidak dapat dipungkiri. Unger mengatakan bahwa arkeologi telah membuktikan keotentikan kisah Injil, terutama Injil Lukas. Sir William Ramsay seorang arkeolog besar mengakui ketelitian Lukas terhadap topografi Asia Kecil. Tentu jika Lukas sudah begitu teliti terhadap data detail seperti itu apalagi dengan penulisan pengajaran Yesus yang jauh lebih penting.

Injil Yohanes ditulis oleh rasul Yohanes di Efesus. Ireneus (180 AD) menuliskannya dengan mengutip Polikarpus murid dari rasul Yohanes sendiri: "John, the disciple of the Lord, who leaned back on his breast, published the Gospel while he was resident at Ephesus in Asia..."
"Yohanes, murid Tuhan, yang bersandar dibahuNya, menuliskan Injil Yohanes saat dia tinggal di Efesus di Asia..."

Dari seluruh data ini menjadi jelas bahwa penulis Injil adalah para murid Yesus yaitu Matius & Yohanes serta Markus berdasarkan Petrus dan Lukas berdasarkan keterangan para rasul.

Jaringan ApologiaKristen
Jimmy Jeffry

Reference:
- Merril C. Tenney, Survey Perjanjian Baru
- Bruce Metzger, The Language of the New Testament, dalam The Interpreter’s Bible
- Sean Freyne, Galilee from Alexander the Great to Hadrian 323 BCE to 135 CE: A Study of Second Tempel Judaism
Share:

Apakah para Murid bisa Membaca & Menulis ?

ARGUMENTASI LIBERALISME
Memang benar bahasa Yunani Koine adalah bahasa yang umum di wilayah palestina pada masa itu. Para murid bisa mengerti bahasa Yunani tetapi apakah ada bukti bahwa mereka memiliki kemampuan membaca dan menulis? Wiliam Harris dalam bukunya Ancient Literacy mengatakan: “How many could read? Illiteracy was widespread throughout the Roman Empire. At the best of times maybe 10 percent of the population was roughly literate. And that 10 percent would be the leisured classes—upper-class people who had the time and money to get an education..."

"Berapa banyak yang bisa membaca? orang yang buta huruf banyak tersebar di wilayah kerajaan Romawi. Paling banyak hanya sekitar 10 persen dari jumlah populasi yang melek huruf. Dan yang 10 persen itu berasal dari lapisan masyarakat kelas atas yang memiliki waktu dan uang untuk mendapatkan pendidikan..."

JAWABAN
Untuk menanggapi argumentasi ini, saya membaginya menjadi dua bagian yaitu mengenai tingkat melek huruf di Palestina & Yesus sebagai seorang Rabi. ok let's explore it

1. Tingkat melek huruf di Palestina
Kita harus membedakan tingkat literasi di wilayah kerajaan Romawi secara umum dan Palestina (Israel) secara khusus. Sebab orang Israel memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan bangsa-bangsa lain. Craig Evans (FJ) membandingkan pendapat Willim Haris dengan Millard: “William Haris, (Ancient Literacy, 1989) menyimpulkan angka melek huruf sangat rendah dan Alan R. Millard (Reading and Writing in the Time of Jesus, New York University Press, 2000) menyimpulkan bahwa angka melek huruf lebih tinggi, terutama di antara orang Yahudi

Menurut pendapat Millard ada perbedaan antara wilayah Romawi secara keseluruhan dengan wilayah Palestina tempat orang-orang Yahudi. Pendapat Millard didukung oleh berbagai penemuan arkeologi seperti yg ditulis oleh Kugel and Greer (EBI):
Excavations within the territory of biblical Israel have turned up a number of practice alphabet texts, as well as isolated letters, or letters apparently grouped by similarity of shape, and other materials indicative of elementary instruction. These finds, unearthed at Lachish, Arad, Kuntillat-Ajrud, and other sites, suggest the existence of some form of literacy training in these locations by the eighth century B.C.E. hth century
"Penggalian-penggalian yang dilakukan dalam wilayah teritori Israel mendapatkan sejumlah penggunaan teks alfabet dalam surat-surat yang terpisah atau surat-surat yang dikelompokkan berdasarkan kemiripan bentuk dan beberapa material lainnya berupa perintah-perintah dasar. Penemuan-penemuan ini ditemukan di Lachish, Arad, Kuntillat-Ajrud dan lokasi lainnya, memberikan petunjuk eksistensi adanya beberapa bentuk dari latihan membaca menulis pada lokasi-lokasi tersebut di sekitar abad 8 SM"

Bahkan E.P. Sanders (JPB) salah seorang sarjana terkemuka dalam studi Yesus Sejarah (Historical Jesus) menyatakan hal yang senada:
…There was an abundance of people with scribal skills in 1st century Palestine, many of whom would have heard Jesus speak and some/many of whom became followers of His after such encounters. It is not improbable that these skilled people 'took notes', some of which were probably included in Luke's comment that "many had undertaken to put together an account of Jesus life (Lk 1)..”.
"..Ada begitu banyak orang yang memiliki kemampuan menulis pada abad pertama di Palestina, banyak diantara mereka yang mendengar perkataan Yesus dan beberapa diantaranya menjadi pengikut Yesus setelah mereka berjumpa denganNya. Bukan hal tak mungkin mereka ini memiliki catatan-catatan (perkataan Yesus), kemungkinan inilah yang dimaksud oleh Lukas yang mengatakan bahwa banyak yang mencatat tentang kehidupan Yesus(Luk 1)"

Berdasarkan data ini menunjukkan bahwa tingkat literasi di kalangan komunitas Yahudi di Palestina jauh lebih maju dibanding daerah lain di wilayah kerajaan Romawi. Secara logis ini berkaitan dengan sistem keagamaan mereka yang sangat menjunjung tinggi Taurat dengan tradisi pengajaran secara turun temurun.
Ul 6:7haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu …”. Ul 6:9…dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu”.
Konteks ayat ini secara khusus berkaitan dengan ajaran tentang keesaan Tuhan (Shema)dan secara umum tentang aturan-aturan Taurat. Menurut tradisi rabinik jumlah aturan dalam Taurat mencapai 613 aturan yang dikenal dengan nama Mizvot.

Dari catatan sejarah non biblikal kita menemukan tradisi pengajaran ini seperti yang ditulis oleh Flavius Yoshepus sejarawan Yahudi abad 1 dalam Against Apion (1:60):
Di atas semuanya kami membanggakan diri kami sendiri dalam bidang pendidikan kepada anak-anak kami dan memandang pengamalan hukum Taurat dan praktek kesalehan yg dibangun darinya, yang kami warisi, sebagai tugas penting dalam kehidupan”. Against Apion 2:204).. (Hukum Taurat) memerintahkan agar (anak-anak) diajar membaca supaya dapat belajar hukum Taurat maupun perbuatan nenek moyang mereka”.

Memang tidak otomatis semua orang tua di Palestina pada masa itu mengajarkan membaca & menulis pada anak-anaknya. Tetapi dari data yang ada menunjuk probabilitas yang tinggi bahwa banyak orang Yahudi pada masa itu sudah melek huruf termasuk murid-murid Yesus. Bahkan kemungkinan diantara mereka yang mendengarkan pengajaran Yesus ikut mencatatnya. Apalagi dengan para murid yang hidup bersama-sama dengan Yesus selama kurang lebih 3,5 tahun.

2. Yesus seorang Rabi
Hampir semua sarjana bereputasi menerima konsep bahwa Yesus itu melek huruf. Data dalam Injil tentang hal ini sangat berlimpah. Dalam Luk 4:16-30 dituliskan bahwa Yesus membaca dari gulungan kitab Yesaya dan kemudian menyampaikan khotbah. Yoh 8:6 mengatakan Yesus membungkuk dan menulis di tanah dengan jariNya. Yesus sering mengutip ayat-ayat dalam kitab Perjanjian Lama, mengajarkannya bahkan berdebat dengan para ahli Taurat. Dalam dialog dengan ahli Taurat Yesus beberapa kali berkata ”belum pernahkah kamu membaca?” ini jelas menunjukkan bahwa Yesus sendiri pasti tahu membaca.

Bahkan lebih dari itu Yesus juga disebut sebagai Guru yang dalam bahasa Ibrani disebut Rabi dan dalam bahasa Aram disebut Rabuni. Yesus sendiri dan orang-orang lain memanggil pengikutnya ”murid”. Murid dalam bahasa Yunani "mathētēs" yang berarti a learner,pupil atau disciple (murid/pelajar).

Seperti yang dicatat dalam Injil bahwa para murid meninggalkan pekerjaannya dan mengikuti Yesus, hidup bersama denganNya. Pengalaman hidup dengan seorang guru ini membuat mereka mengetahui banyak hal termasuk kemampuan membaca & menulis. Mereka dengan sendirinya sudah familiar dengan kitab Taurat Ibrani, Targum (paraphrase Taurat dalam bahasa Aramik) dan kemungkinan juga dengan Septuaginta (Taurat bahasa Yunani).

Pola pembelajaran seperti ini merupakan salah satu tipe sekolah pada masa itu yang disebut "disciple circle" seperti yg dikatakan Cohen (FMM): ...The descriptions we have of the relationship between Jesus and the disciples approximates the type of school known as 'disciple circle' and would have used the standard teaching techniques of the world at that time. …disciple circles were the normal pattern for higher education in both Jewish and Greco-Roman antiquity.
"...dekripsi yang kita miliki mengenai hubungan antara Yesus dan para murid merupakan tipe sekolah yang dikenal sebagai "disciple circle" (lingkaran murid) dan digunakan sebagai standard teknik pengajaran di dunia pada masa itu. disciple circles merupakan pola umum untuk pendidikan tinggi di kalangan orang Yahudi dan dilingkungan Greco-Roman kuno"

Pendapat senada juga dikemukaan oleh John Baggett (STEJ):
"It was not unusual for great teachers in the first century Mediterranean world to have disciples. …In Judaism, disciples were generally those who studied under a particular teacher of the Law. No doubt term disciple was used at times to refer only those who lived and studied full time with such a teacher. It would not have been surprising at all that a charismatic teacher and healer named Jesus would have a small, limited number of the first type of disciples, and many, perhaps thousands of the second."
"Bukan merupakan hal yang tidak biasa para guru pada abad pertama di daerah Mediteran memiliki murid-murid. Dalam Yudaisme, murid-murid umumnya belajar dibawah bimbingan para guru/ahli Taurat. Tidak diragukan bahwa istilah murid digunakan berkali-kali merujuk pada mereka yang hidup dan belajar secara penuh waktu dengan seorang guru. Maka tidaklah mengherankan jika seorang guru karismatik & penyembuh bernama Yesus memiliki sejumlah kecil murid sebagai murid utama dan banyak lagi murid-murid lainnya."

Proses pembelajaran dengan pola semacam itu melibatkan beberapa aktivitas belajar seperti membaca, mengingat/menghafal dan mencatat hal-hal yang disampaikan oleh gurunya. Ben Witherington (JQ)menyatakan hal ini “Disciples in early Jewish settings were learners, and, yes, also reciters and memorizers. This was the way Jewish educational processes worked. In fact it was the staple of all ancient education, including Greco-Roman education“.
"Murid-murid dalam konteks Yahudi awal adalah para pembelajar dan yah, mereka juga sebagai pengutip dan penghafal. Ini merupakan proses pembelajaran Yahudi. Pada kenyataan, ini merupakan hal-hal pokok dalam pendidikan kuno termasuk penduduk pada masa Greco-Roman"

Dari semua data yang ada semakin memberikan bukti yg kuat bahwa para murid bukan saja familiar dengan beberapa bahasa seperti Aramik & Yunani, namun juga memberikan kemungkinan yang kuat bahwa merekapun bisa membaca & menulis.

Jaringan Apologia Kristen
Jimmy Jeffry

Reference:
- Craig Evans, (FJ) Fabricating Jesus, InterVarsity Press, Downers Grove, 2005 (terj. Indo: Merekayasa Yesus, ANDI)
- Kugel and Greer, (EBI) Early Biblical Interpretation, Westminster
- E.P. Sanders, (JPB) Judaism: Practice and Belief 63BCE-66CE, SCM: 1992
- Cohen, [FMM] From the Maccabees to the Mishnah, Westminster: 1987.
- John Baggett, (STEJ) Seeing Through the Eyes of Jesus, Erdmans, GrandRapid
- Ben Witherington, (JQ) The Jesus Quest. Downers Grove: IVP, 1995.
Share: