Adakah Keselamatan di luar Kristus ?

Kekristenan lahir dari sebuah sejarah penyelamatan Allah yang sangat panjang bahkan sejak manusia pertama. Kejatuhan Adam & Hawa membuat umat manusia berada dalam cengkeraman dosa. Lalu Allah menanggapi masalah ini dengan merencanakan jalan keselamatan oleh Yahweh sendiri melalui seorang Mesias. Sejak masa itu jejak Mesias mulai terlihat walau masih samar-samar seperti yang difirmankan Tuhan sendiri. Kej 3:15 “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."

Keunikan Israel 
Rencana keselamatan Allah mulai dijalankan bermula dari pemanggilan Abraham dari Ur Kasdim menuju ke tanah Kanaan. Di sini jejak Mesias sudah mulai jelas. Allah menjanjikan kepada Abraham keturunan yang banyak. Kej 15:5 “… hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya…Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.". Keturunan yang dimaksud adalah sebuah bangsa yang akan mengalami perbudakan di wilayah bangsa lain. Kej 15:13 “… Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, … mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya.” Ini jelas menunjuk kepada bangsa Israel yang diperbudak oleh Mesir.

Bangsa Israel ada berdasarkan pilihan Allah kepada Ishak dan bukan Ismael sebagai keturunan Abraham yang sejati. Kej 21:12 “… sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak.” Rasul Paulus juga menyatakan hal yang sama. Rom 9:7 “dan juga tidak semua yang terhitung keturunan Abraham adalah anak Abraham, tetapi: "Yang berasal dari Ishak yang akan disebut keturunanmu." Selanjutnya Ishak melahirkan Yakub dan berganti nama menjadi Israel (Kej 32:28) yang menurunkan kedua belas suku Israel. (Kej 49:16-28). Keunikan bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah ditegaskan kembali oleh Allah sendiri. Kel 7:6 “Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya.” Kel 19:5 “… maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi.”

Keistimewaan Israel kadang kala digugat dengan merujuk pada tingkah laku bangsa Israel yang sering memberontak kepada Allah. Ul 9:6 “… Sesungguhnya engkau bangsa yang tegar tengkuk!". Walaupun demikian pilihan Allah tidak berubah dan tidak pernah berpindah ke bangsa lain. Karena ini merupakan janji Allah sendiri terhadap Abraham, Ishak & Yakub. Mika 7:20 “Kiranya Engkau menunjukkan setia-Mu kepada Yakub dan kasih-Mu kepada Abraham seperti yang telah Kaujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang kami sejak zaman purbakala! “. Ul 9:5 “… supaya TUHAN menepati janji yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub.” Tuhan tetap menghukum mereka bahkan sampai dibuang ke Babel tanpa membatalkan keunikannya sebagai umat pilihan Allah.
Keunikan Israel juga nyata dalam hubungan mereka yang eksklusif kepada Allah pencipta yang tidak terjadi melalui bangsa-bangsa lain. Ul 4:32-33 “Sebab cobalah tanyakan, dari ujung langit ke ujung langit, tentang zaman dahulu, yang ada sebelum engkau, sejak waktu Allah menciptakan manusia di atas bumi, apakah ada pernah terjadi sesuatu hal yang demikian besar atau apakah ada pernah terdengar sesuatu seperti itu. Pernahkah suatu bangsa mendengar suara ilahi, yang berbicara dari tengah-tengah api, seperti yang kaudengar dan tetap hidup?”

Karena hubungan yang istimewa inilah merekalah menjadi saksi atas keunikan Yahweh sebagai satu-satunya Allah yang hidup. Yes 43:9-10 Biarlah berhimpun bersama-sama segala bangsa-bangsa, dan biarlah berkumpul suku-suku bangsa! Siapakah di antara mereka yang dapat memberitahukan hal-hal ini, yang dapat mengabarkan kepada kita hal-hal yang dahulu? Biarlah mereka membawa saksi-saksinya, supaya mereka nyata benar; biarlah orang mendengarnya dan berkata: "Benar demikian!" "Kamu inilah saksi-saksi-Ku," demikianlah firman TUHAN, "dan hamba-Ku yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi.

Jadi jelaslah bahwa pernyataan khusus Allah dalam sejarah tidak dinyatakan kepada semua bangsa tetapi hanya melalui satu bangsa yang menjadi pilihanNya. Allah memperkenal diriNya sebagai Yahweh yang unik hanya kepada bangsa Israel. Hal ini secara tegas menolak konsep bahwa Allah juga menyatakan diriNya kepada bangsa-bangsa lain. 

Misi Universal Allah melalui Israel
Perjanjian Lama merupakan kisah tindakan Allah terhadap bangsa Israel. Namun jika dicermati dibalik keunikan bangsa Israel sebagai bangsa pilihan, ternyata Allah melalui bangsa Israel sedang merencanakan misi yang universal kepada bangsa-bangsa lain. Ini secara jelas difirmankan Allah kepada Abraham. Kej 22:18 “Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku."

Nabi Amos sangat menyadari bahwa Allah mempunyai kedaulatan moral dan sejarah atas bangsa-bangsa lain. (Amos 1:2-15). Tetapi terhadap Israel, nabi Amos menegaskan atas nama Allah. Amos 3:2 "Hanya kamu yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi, sebab itu Aku akan menghukum kamu karena segala kesalahanmu.” Lukas juga menyatakan hal yang senada. Kis 15:14 “…, bahwa sejak semula Allah menunjukkan rahmat-Nya kepada bangsa-bangsa lain, yaitu dengan memilih suatu umat dari antara mereka bagi nama-Nya.“

Nabi Yesaya secara khusus menubuatkan kedatangan Mesias sebagai jalan keselamatan kepada bangsa-bangsa lain. Yes 42:6 "Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa” Yes 49:6 "… Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi."
Dewasa ini orang Yahudi masih tetap menyatakan bahwa merekalah bangsa pilihan. Namun mereka haruslah menyadari bahwa keunikan ini tidak harus membuat mereka menutup diri terhadap bangsa lain. Karena mereka dipilih untuk menjadi berkat kepada bangsa lain yaitu melalui Mesias yang berasal dari bangsa ini. 

Yesuslah Sang Mesias 
Siapakah mesias yang dimaksud dalam janji Allah untuk keselamatan bangsa lain? Dialah Yesus sebagai Mesias yang telah dijanjikan sejak lama. Mesias berasal dari keturunan Ishak dan dari bangsa Israel.Gal 3:16 “Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus.” Dari kedua belas suku Israel jejak Mesias ditemukan melalui suku Yehuda serta melalui keturunan Daud & Isai. Kej 49:10 “Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa”. Yes 11:10 “Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia”. 

Jejak mesias ini terlihat jelas dalam silsilah Yesus seperti yang tertulis dalam Injil Matius & Lukas. Luk 3:23-38 “…Ia adalah anak Yusuf… anak Daud, anak Isai, …anak Yehuda,.. anak Yakub, anak Ishak, anak Abraham…anak Allah”. Luk 1:69 Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu.” Rasul Paulus menuliskan tentang Yesus sebagai keturunan Daud.Rom 1:3 “tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud.” Rasul Yohanes pun meyatakan hal yang sama Why 5:5 “… Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya."

Bukti Yesus sebagai Mesias sangatlah berlimpah di dalam Alkitab. Memang ada beberapa pakar terutama dari kelompok Yahudi Anti Missionary yang berusaha membantah nubuatan Mesianik ini. Melalui beberapa argumen salah satunya menyatakan bahwa dari konteks ayat-ayat yang dianggap nubuat tersebut bukanlah ditujukan kepada Yesus. Memang benar ada beberapa ayat nubuat yang memiliki konteks perikop seperti itu tetapi Allah juga bisa memberikan konteks lainnya yang lebih umum berkaitan nubuatan mesianik (double context). Tetapi mari kita melihat secara menyeluruh ayat-ayat nubuatan Mesianik ini, terlepas dari masalah konteks ayat, secara keseluruhan memberikan sebuah irama yang sama menuju pada satu pribadi yaitu Yesus.

Yesus sendiri menyatakan melalui perkataan dan perbuatanNya bahwa Dialah sang Mesias itu. Namun mereka menolak dan masih menuntut bukti padahal sudah banyak bukti yang ditunjukan Yesus. Yoh 10:24-25 “ Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami." Yesus menjawab mereka: "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku.” Walaupun banyak yang menolak tetapi ada cukup banyak juga yang percaya & menerima Kristus sebagai Mesias dan Juruselamat. Jemaat mula-mula umumnya terdiri atas orang-orang dari bangsa Israel bahkan di antaranya para imam. Kis 6:7 “Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.”

Misi Allah untuk dunia melalui Yesus
Rencana keselamatan yang terlihat jelas dalam Perjanjian Lama menyatakan bahwa Israel dipilih di antara bangsa sebagai jalur kedatangan Mesias. Mesias itu adalah Yesus yang melalui Dia bangsa-bangsa lain mendapat berkat Abraham. Gal 3:14 “Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain…”. Gal 3:29 “Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.” Melalui Yesus, bangsa-bangsa di luar Israel akhirnya mendapatkan jalan keselamatan kepada Allah. Gal 3:28 “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” 

Dalam Yoh 10 tertulis tentang Yesus sebagai gembala dan umat Israel adalah domba-dombaNya. Namun kemudian pada ayat 16 disebutkan tentang domba yang lain. Yoh 10:16 "Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala." Ada orang yang berpendapat bahwa domba-domba lain itu adalah mereka umat non Kristen yang tidak percaya Kristus sehingga mencoba membuktikan bahwa Yesuspun ada di dalam agama-agama lain. Tetapi jelas pendapat ini bertentangan dengan konteks ayat tersebut yang berbicara tentang bangsa bukan Israel (gentiles).

Dalam terang perjanjian baru mereka yang percaya Kristus disebut sebagai umat Israel secara rohani. Rasul Paulus menjelaskan hal ini dalam suratnya. Ef 2:11-13 “ Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu--sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging…bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel …Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus.” Ef 3:6 yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus.

Yesus sang Yahweh yang Menyelamatkan
Keselamatan melalui Kristus tersedia untuk semua umat manusia baik itu umat Israel maupun umat bukan Israel. Namun untuk menerimanya kita harus percaya kepadaNya. Rasul Paulus bersama Titus, ketika memberitakan Injil kepada kepala penjara di Filipi menyerukan untuk percaya kepada Yesus. Kis 16:30-31 “Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu." Paulus mengatakan hal yang sama dalam suratnya. Rom 10:13 Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.

Menariknya perkataan tersebut paralel dengan apa yang dikatan Yoel tentang Yahweh.
Yoel 2:32 “Dan barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan, sebab di gunung Sion dan di Yerusalem akan ada keselamatan, seperti yang telah difirmankan TUHAN; dan setiap orang yang dipanggil TUHAN akan termasuk orang-orang yang terlepas." Jelas ini menunjukan bahwa Yesus sebagai Yahweh yang menyelamatkan. Disebutkan pula oleh nabi Yesaya bahwa TUHAN (Yahweh) satu-satunya Juruselamat. Yes 43:11 “ Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari pada-Ku.” Demikian pula Yesus disebut sebagai juruselamat. Yoh 4:42 “… dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia."

Nabi Yesaya telah menubuatkan bahwa semua bangsa akan bertekuk lutut di hadapan Yahweh. Yes 45:23 “Demi Aku sendiri Aku telah bersumpah, dari mulut-Ku telah keluar kebenaran, suatu firman yang tidak dapat ditarik kembali: dan semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku, dan akan bersumpah setia dalam segala bahasa.” Dan penggenapannya dengan sangat indah dituliskan oleh Paulus. Fil 2:10-11 “supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!”

Di sini kita melihat bahwa Yesus adalah Yahweh itu sendiri. Yahweh sebagai satu-satunya Allah dan juruselamat juga nyata dalam diri Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan.

Kristus satu-satunya Jalan
Kita telah melihat bukti bahwa Yesus adalah Yahweh sendiri yang menyelamatkan. Namun ada beberapa pandangan yang mencoba menyamakan Kristus dengan Budha, Muhammad dan lain-lain. Ini sama juga dengan menyamakan Yahweh dengan “tuhan-tuhan” lain dari agama-agama lain. Padahal Yahweh itu adalah Allah satu-satunya yang hanya menyatakan diri melalui bangsa Israel, demikian pula dengan Yesus. Pandangan itu juga menyatakan bahwa dalam agama-agama lain terdapat jalan keselamatan. Ini jelas bertentangan dengan Alkitab yang secara tegas menyatakan Yesus satu-satunya jalan.

Yoh 14:6 “Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Di ayat ini Yesus tidak hanya disebut jalan tetapi juga adalah kebenaran dan hidup yang merupakan esensi dari Allah itu sendiri. 1 Yoh 5:20 “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.” Apakah mungkin ada jalan lain di luar Kristus padahal jelas-jelas dikatakan bahwa Dia juga adalah kebenaran & hidup kekal? Frase “tidak seorangpun” menunjukan pada semua umat manusia dan tidak dikatakan “tidak seorangpun dari antara murid atau umat Kristen”. 

Petruspun menyebutkan keunikan Yesus sebagai satu-satunya jalan. Kis 4:12 “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." Dari konteksnya, ayat ini ditujukan kepada orang yang tidak percaya maka tidak ada alas an untuk menyatakan bahwa ayat-ayat itu hanya ditujukan kepada orang Kristen.

Kesimpulan
Melalui pembahasan ini kita bisa melihat bagaimana misi Allah yang universal untuk keselamatan bangsa-bangsa lain dinyatakan melalui tindakan Allah yang unik dengan memilih sebuah bangsa. Mereka yang berpandangan bahwa Allah juga bisa menyatakan keselamatan melalui bangsa lain akan terbantahkan dengan bukti-bukti tindakan Allah yang hanya memilih satu bangsa saja sebagai jalan keselamatan. 

Selain itu Allah Yahweh secara ekslusif hanya menyatakan diriNya kepada umat Israel. Sehingga pendapat yang menyatakan bahwa semua agama bersumber pada Tuhan yang sama jelas-jelas tidak Alkitabiah. Agama-agama lain merupakan usaha manusia untuk merumuskan siapakah Tuhan itu dan menyusun cara-cara yang dianggap bisa mencapai Tuhan tersebut. Tetapi jelaslah usaha ini sia-sia karena tidaklah mungkin manusia terbatas mencapai Allah yang tidak terbatas. Kecuali Dia sendiri yang menjumpai manusia dan ini telah dilakukanNya melalui pernyataanNya secara khusus kepada sebuah bangsa yang dipilihNya. Puncaknya saat Dia berinkarnasi menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus (Yoh 1:1,14). 1 Tim 25 “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,”

Yesus adalah sang Mesias yang telah dijanjikan sejak lama. Israel dipilih Allah sebagai jalur kedatangan Mesias itu sendiri. Melalui Yesuslah bangsa-bangsa lain akan mendapatkan keselamatan. Tetapi sangat tegas di dalam Alkitab dinyatakan bahwa keselamatan itu diterima jika percaya kepadaNya. Ada pandangan yang menyatakan bahwa Kristus juga bisa nyata melalui agama-agama lain yaitu melalui hidup yang baik & penuh kasih. Namun pandangan inipun tidak Alkitabiah karena mengabaikan banyak ayat yang menyatakan keselamatan diperoleh melalui percaya Kristus. Jika memang Yesus terdapat dalam agama lain maka proklamasi Injil keselamatan Allah menjadi tidak relevan. Tetapi Yesus sendirilah memerintah untuk memberitakan Injil kepada orang lain yang tidak percaya. Dalam kitab Kisah Para Rasul menceritakan kisah-kisah penginjilan yang dilakukan para rasul seperti Petrus & Paulus kepada bangsa-bangsa lain. Termasuk kepada bangsa Israel sendiri yang belum percaya. 

Keunikan Yesus & Universalitas Misi Allah merupakan sebuah perpaduan yang harmonis. Misi Allah yang universal kepada bangsa-bangsa lain dijalankan Allah dengan tindakan yang khusus melalui sebuah bangsa pilihan yang akan mendatangkan seorang Mesias. Melalui Yesus sang Mesias kita akan memperoleh keselamatan asalkan kita percaya kepadaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat. Inilah intisari dari seluruh pernyataan Allah mulai dari Kejadian sampai dengan Wahyu. 
Yoh 3:18 “Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.” 
Rom 10:9-10 “ Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.”

Beberapa pandangan yang mencoba mengingkari keunikan jalan keselamatan ini seringkali hanya berdasarkan pada beberapa ayat yang ditafsirkan lepas dari konteks perikop dan konteks kesinambungan Perjanjian Lama dan Baru. Lebih dari itu hanyalah merupakan sebuah konsep filsafat manusia untuk merumuskan sebuah konsep iman yang berbeda dengan Alkitab. Rasul Paulus telah mengingatkan kita akan hal ini. Kol 2:8 “Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.” Untuk itu marilah kita memahami kebenaran bukan berdasarkan pada pikiran kita sendiri atau pendapat orang lain sekalipun mereka dijuluki ahli-ahli teologia. Tetapi marilah kita memahaminya berdasarkan apa yang dikatakan Alkitab. Yoh 8:32 “dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."


Apologia Kristen
Share:

Hukum Taurat, Non Yahudi & Sidang Yerusalem

Pengantar: Ada pendapat dari kalangan Judaisme Christianity  bahwa Sidang Yerusalem hanya membahas masalah Sunat & Keselamatan, tidak termasuk aturan Taurat. Hasil keputusan Sidang, orang non Yahudi yang telah percaya tidak perlu disunat, tetapi aturan Taurat tetap berlaku dan harus diikuti oleh mereka. Salah satu bukti adalah ayat Kis 15:1 yang hanya menyebutkan SUNAT sebagai latar belakang permasalahan. Demikianlah pula pernyataan Yakobus yang merupakan keputusan Sidang mengambil aturan-aturan dalam Taurat yang berarti tetap meneguhkan Taurat. Benarkah pendapat ini?

TANGGAPAN                                                                                                                                
Sejak Injil menjangkau orang non Yahudi (Gentiles) mulai terjadi gesekan di antara jemaat mula-mula berkaitan dengan Taurat. Apakah Gentiles  yang percaya Kristus harus menerima Yudaisme dengan menjalan Taurat atau tidak? Bagaimana hubungan keputusan Sidang Yerusalem dengan sikap orang Yahudi sebelum lahirnya kekristenan terhadap keselamatan Gentiles?

Pembahasan ini dimulai dari pembahasan ayat-ayat kunci serta konteks dekat & jauh dari ayat tersebut untuk mengidentifikasi apa masalah sebenarnya yang telah terjadi. Selanjutnya bagaimana memahami pernyataan Petrus serta korelasinya dengan pernyataa Paulus & kisah pertobatan Kornelius. Terakhir membahas pernyataan Yakobus dengan meninjau konteks sikap orang Yahudi kontemporer pada masa itu terhadap Gentiles, serta sinkronisasi keputusan sidang dengan identifikasi masalah sebelumnya.
  
A. PAULUS VERSUS ORANG FARISI YANG TELAH PERCAYA
Kis 15:1  Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: "JIKALAU KAMU TIDAK DISUNAT menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, KAMU TIDAK DAPAT DISELAMATKAN"
Kis 15:2  Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras MELAWAN dan MEMBANTAH PENDAPAT MEREKA itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu

Terjadi perdebatan antara Paulus & Barnabas melawan beberapa orang yang mengajarkan bahwa untuk diselamatkan haruslah disunat. Tetapi apakah perdebatan ini  hanya masalah Sunat atau menyangkut hukum Taurat secara keseluruhan?.
Mari kita perhatikan ayat 5,"...Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan berkata: "Orang-orang bukan Yahudi HARUS DISUNAT dan DIWAJIBKAN UNTUK MENURUTI HUKUM MUSA".

Dari terjemahan LAI ini masalah terjadi bukan hanya Sunat tetapi juga Taurat secara menyeluruh. Karena ayat ini sangat penting, kita perlu membandingkan dengan bahasa sumber & beberapa terjemahan lainnya.
Greek: Ἐξανέστησαν δέ τινες τῶν ἀπὸ τῆς αἱρέσεως τῶν Φαρισαίων πεπιστευκότες λέγοντες ὅτι δεῖ περιτέμνειν αὐτοὺς παραγγέλλειν τε τηρεῖν τὸν νόμον Μωϋσέως.
Transliteration: exanestēsan  de  tines  tōn  apo  tēs  aireseōs  tōn  pharisaiōn  pepisteukotes  legontes  oti  dei  peritemnein  autous  parangellein  te  tērein  ton  nomon  mōuseōs.

Kita terjemahkan kalimat terakhir secara literal kata demi kata:  Λέγοντες (mengatakan) ότι (itu) δει(diperlukan) περιτέμνειν(untuk bersunat) αυτούς(mereka,) παραγγέλλειν τε (juga mewajibkan mereka) τηρείν (untuk menuruti) τον (itu) νόμον(hukum) Μω=σέως(Musa.)  “…Mengatakan Itu Diperlukan Untuk bersunat Mereka Juga Mewajibkan mereka Untuk menuruti Itu Hukum Musa”.

Dari terjemahan ini cukup jelas menunjukan adanya 2 entitas yang berbeda yaitu perintah untuk bersunat (secara khusus) dan perintah untuk menuruti Hukum Musa (secara umum). Ini sejalan dengan beberapa terjemahan lainnya.

NIV: Then some of the believers who belonged to the party of the Pharisees stood up and said, "The Gentiles must be circumcised AND REQUIRED TO OBEY the law of Moses."
NASB: But some of the sect of the Pharisees who had believed stood up, saying, "It is necessary to circumcise them AND TO DIRECT THEM TO OBSERVE the Law of Moses."
KJV: But there rose up certain of the sect of the Pharisees which believed, saying, That it was needful to circumcise them, AND TO COMMAND THEM TO KEEP the law of Moses.
YLT:  and there rose up certain of those of the sect of the Pharisees who believed, saying -- 'It behoveth to circumcise them, AND TO COMMAND THEM ALSO TO KEEP the law of Moses.'

Jadi jelaslah  masalah yang terjadi menyangkut SUNAT dan penerapan Hukum Musa secara keseluruhan, seperti yang dituduhkan oleh orang dari golongan Farisi yang telah percaya. Hal ini tidak mengherankan karena orang Farisi adalah orang yang sangat ketat dalam menjalankan Taurat, bahkan pernah berdebat dengan Yesus .

Mat 12:2  Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat."
Mar 7:5  Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?"
Kis 26:5  .. bahwa aku telah hidup sebagai seorang FARISI menurut MAZHAB YANG PALING KERAS dalam agama kita.

“In Hebrew culture the Pharisees pretended to be the authoritative opinion on righteousness and the law…Though they are considered expert exegetes in the nuance of the law, Jesus condemns them as teachers of the law for expanding its intention.” Ryken, Leland; Wilhoit, James C.; Longman III, Tremper, Dictionary of Biblical Imagery, (Downers Grove, Ill: InterVarsity Press) 2000, c1998.

B. PERNYATAAN PETRUS DALAM SIDANG

Selanjutnya kita meneliti perkataan Petrus
Kis 15:10  Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan MELETAKKAN  pada tengkuk murid-murid itu SUATU KUK, YANG TIDAK DAPAT DIPIKUL, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri?
Kis 15:11  Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga."

Perhatikan kalimat SUATU KUK, YANG TIDAK DAPAT DIPIKUL oleh orang Yahudi, jika yang dimaksud di sini HANYA SUNAT apakah ini sesuatu yang tidak dapat dipikul oleh orang Yahudi? jelas tidak, karena sunat bagi orang Yahudi dilakukan pada umur 8 hari. Sehingga yang dimaksud tentu sesuatu yang BERAT/SULIT dan ini merujuk pada HUKUM TAURAT secara keseluruhan yang menurut kalangan Rabi Yahudi jumlahnya mencapai 613 mitzvot (aturan-aturan) http://www.jewfaq.org/613.htm.

Pernyataan Petrus untuk tidak harus membebankan Taurat  kepada orang non Yahudi memiliki korelasi yang kuat dengan peristiwa-perisitiwa sebelumnya. Bahkan Petrus juga pernah berselisih pendapat dengan orang-orang dari golongan bersunat. Kis 11:2 "Ketika Petrus tiba di Yerusalem, orang-orang dari golongan yang bersunat berselisih pendapat dengan dia".


Permasalahan ini sama dengan teguran orang Farisi tentang sikap Yesus yang makan bersama-sama dengan orang-orang berdosa yang kemungkinan besar termasuk para Gentiles. Mat 9:11  Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?".

Teguran dari orang-orang bersunat ini dijawab Petrus dengan menceritakan kisah pertobatan Kornelius yang diawali dengan kisah penampakan makanan yang turun dari langit (Kis 10). Padahal yang dipersoalkan mereka adalah masalah Petrus makan dengan orang non Yahudi bukan masalah pertobatan Kornelius. Tentu pemahaman awal Petrus mengenai kisah penampakan itu dalam pengertian penerimaan Allah terhadap orang non Yahudi. Tetapi yang mengherankan mengapa Allah harus memberi penampakan tentang makanan yang dalam Taurat jelas dilarang untuk dimakan? Lalu mangapa Allah menyatakan “..Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram”. Jika memang aturan makanan itu masih berlaku, Allah pasti menggunakan deskripsi lain untuk kisah penampakan tersebut.

Jadi jelaslah, walaupun secara eksplisit kisah penampakan itu berarti penerimaan Allah terhadap orang Non Yahudi, tetapi secara implisit ini bermakna Allah sedang menghilangkan nilai “haram/unclean” dari makanan itu sendiri atau kemutlakan Taurat secara umum.

Petrus saat pelayanan ke Kornelius tinggal beberapa hari dengan mereka Kis 10:48 … Kemudian mereka meminta Petrus, supaya ia tinggal beberapa hari lagi bersama-sama dengan mereka.”. Sehingga Petrus memiliki waktu yang cukup memberi pengajaran kepada mereka yang tentu pengajaran tentang Yesus (Kis 10:34-43). Tetapi … Petrus tidak pernah mengajarkan aturan hukum Taurat !!. Bahkan tidak ada indikasi Petrus melarang penyajian makanan termasuk haram/unclean, buktinya orang-orang bersunat menegur dia.  Kis11:3  … Engkau telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan MAKAN BERSAMA-SAMA dengan mereka."
 
Sekarang kita bandingkan kalimat Petrus SUATU KUK dengan perkataan Paulus dalam Galatia 5:1-3.
Ay 1.  Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan KUK PERHAMBAAN.
Ay 2. Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu.
Ay 3.  Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia WAJIB MELAKUKAN SELURUH HUKUM TAURAT.

Dari ayat-ayat ini jelas yang dimaksud KUK PERHAMBAAN ini adalah kewajiban menjalankan aturan Taurat secara keseluruhan sebagai konsekuensi jika menyunatkan diri. Jelas tidak ada pemisahan antara SUNAT & HUKUM TAURAT  dan sama dengan maksud Petrus yang memandang SUNAT & TAURAT adalah suatu KUK.

C. PERNYATAAN YAKOBUS & KEPUTUSAN SIDANG         
Terakhir kita cermati perkataan Yakobus yang kemudian memberi rumusan Keputusan Sidang.
Kis 15:19  Sebab itu aku berpendapat, bahwa kita TIDAK BOLEH MENIMBULKAN KESULITAN bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah.
Maksud dari kata KESULITAN ini sejalan dengan perkataan Petrus "YANG TIDAK DAPAT DIPIKUL", jelas ini merujuk tidak hanya SUNAT tetapi keseluruhan Taurat.

Kemudian Yakobus mengatakan hal-hal yang perlu dilakukan oleh orang non Yahudi.
Kis 15:20  tetapi kita harus menulis surat kepada mereka, supaya mereka menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah. Apakah Yakobus sedang meneguhkan kembali  Taurat untuk Gentiles? Untuk menjawabnya kita perlu meninjau pandangan orang Yahudi pada masa itu terhadap Gentiles.

Di kalangan Rabi-rabi Yahudi terdapat 2 jenis pendapat yang berbeda mengenai keselamatan non Yahudi, satu kelompok mengharuskan para Gentiles menjalankan Taurat /Yudaisme (Proselyte) dan kelompok lainnya para Gentiles cukup menjalankan Noah Law.  “..Many Jewish people believed that Gentiles were saved simply by keeping the seven laws given to Noah (prohibiting idolatry, sexual immorality, etc.); others believed that Gentiles had to convert to Judaism by being circumcised”. Keener, Craig S., IVP Bible Background Commentary: New Testament , (Downer’s Grove, IL: InterVarsity Press) 1997.

Mari kita lihat apa itu Noah Law menurut perspektif orang Yahudi.
According to traditional Judaism, G-d gave Noah and his family seven commandments to observe when he saved them from the flood. These commandments, referred to as the Noahic or Noahide commandments, are inferred from Genesis Ch. 9, and are as follows:
1) to establish courts of justice;
2) not to commit blasphemy;
3) not to commit idolatry;
4) not to commit incest and adultery;
5) not to commit bloodshed;
6) not to commit robbery; and
7) not to eat flesh cut from a living animal…
The Noahic commandments are binding on all people, because all people are descended from Noah and his family. The 613 mitzvot of the Torah, on the other hand, are only binding on the descendants of those who accepted the commandments at Sinai and upon those who take on the yoke of the commandments voluntarily (by conversion). http://www.jewfaq.org/gentiles.htm

Memang ketujuh daftar Noah Law juga terdapat dalam aturan Taurat Musa, tetapi aturan-aturan ini mengikat untuk semua orang sebab semua orang adalah keturunan dari Nuh.  Jika kita menyimak daftar dari ketujuh Noah Law ternyata ketiga point aturan dari Yakobus ada dalam daftar tersebut. Ini berarti Yakobus sedang MERUJUK pada Noah Law dan bukan pada Taurat Musa. “The few requirements James suggests they impose are representative of the handful of laws Jewish tradition declared that God gave Noah. According to the more lenient Jewish position, any righteous Gentiles who kept those basic laws would have a share in the world to come”  Keener, Craig S., IVP Bible Background Commentary: New Testament , (Downer’s Grove, IL: InterVarsity Press) 1997.

Lalu mengapa Yakobus hanya menyebutkan tiga perintah dan bukan tujuh? Ketiga perintah lainnya menyangkut penegakan keadilan, tidak membunuh & tidak merampok merupakan hal yang sudah umum dikenal di masa Romawi, sedangkan perintah “tidak menghujat” kemungkinan tidak ditekankan Yakobus karena  lebih bernuansa ajaran khas Taurat.

Hal ini berarti Yakobus berada pada pandangan kedua dari para Rabi Yahudi yang berpendapat para Gentiles  cukup menjalan Noah Law untuk selamat dan tidak harus menjalan Taurat Musa. Sehingga perkataan Yakobus tersebut TIDAK BERMAKSUD MENEGUHKAN pemberlakukan Taurat kepada Gentiles.

Kis 15:21  Sebab sejak zaman dahulu hukum Musa diberitakan di tiap-tiap kota, dan sampai sekarang hukum itu dibacakan tiap-tiap hari Sabat di rumah-rumah ibadat." Demikian juga maksud ayat 21, pernyataan Yakobus yang merujuk pada Noah Law sebenarnya bukanlah hal yang baru, karena juga terdapat dalam kumpulan hukum Musa yang biasa dibacakan di rumah-rumah ibadat di berbagai kota.  Dan para Gentiles tentu sudah cukup mengenalnya dari interaksi mereka dengan orang-orang Yahudi

D.  KESIMPULAN
Dari analisis ini dapat didaftarkan beberapa point:
  • Latar belakang permasalahan terjadinya Sidang Yerusalem karena persoalan SUNAT & TAURAT MUSA sebagai satu kesatuan, ini dipersoalkan oleh orang Farisi yang percaya yang memang sangat menekankan penerapan Taurat Musa secara ketat.
  • Petrus berpendapat agar para Gentiles tidak diberi beban untuk menjalan Taurat bukan hanya Sunat, yang bagi orang Yahudi itu sendiri sulit untuk dilaksanakan
  • Paulus dalam surat Galatia memiliki pemahaman yang sama denga Petrus, mengenai KUK PERHAMBAAN berupa SUNAT & TAURAT MUSA karena dalam Kristus orang percaya telah dimerdekakan dari hal itu
  • Yakobus juga tidak ingin memberi KESULITAN bagi Gentiles untuk dibebankan menjalankan Taurat, kecuali beberapa aturan dalam Noah Law yang pada masa itu di kalangan orang Yahudi hal itu biasa ditujukan kepada Gentiles.
Dari semua point ini kita bisa simpulkan bahwa Sidang Yerusalem menghasilkan keputusan agar para Gentiles yang telah percaya Kristus TIDAK DIBEBANKAN untuk melakukan SUNAT & MENJALANKAN ATURAN-ATURAN TAURAT.

Apakah berarti para Gentiles yang percaya, hidup tanpa adanya hukum? Jelas tidak, karena Yesus mengajarkan agar orang percaya mengasihi Allah dan sesama manusia, karena itulah esensi dari seluruh hukum Taurat.
Mat 22:37  Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
Mat 22:38  Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
Mat 22:39  Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Mat 22:40  Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

Dan kehidupan orang percaya harus menghasilkan Buah, sebagai perwujudan tindakan kita mengasihi Allah dan sesama manusia.
Gal 5:22  Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
Gal 5:23  kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

Share:

Bangkitnya orang-orang Kudus (Mat 27:52-53)

Pengantar
Mat 27:52-53 "dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit. Dan sesudah kebangkitan Yesus, merekapun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang"
Mat 27:52-53 merupakan ayat-ayat yang “sulit” dipahami, sehingga sering dipertanyakan banyak pihak baik muslim maupun agnostik/atheist. Kisah orang kudus yang telah meninggal, bangkit, masuk ke kota kudus & menampakan diri memang memiliki kesan "misterius". Karena secara logis kisah itu seharusnya menggemparkan kota Yerusalem (kota kudus) namun tidak ada catatan  kisah itu dalam sejarah Yahudi yang ditulis Yoshepus sejarawan Yahudi abad pertama, bahkan tidak tercatat dalam kitab Injil lainnya selain Matius. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa tulisan itu hanyalah tambahan belakangan atau kisah itu harus dipahami secara alegoris (metafora) bukan kisah faktual.
JAWABAN
Untuk menjawabnya, pertama-tama kita perlu memastikan dulu berdasarkan manuscript kuno, apakah ayat 52 & 53 hanyalah tambahan belakangan. Berikut ini text Yunani untuk Mat 27:53

ΚΑΤΑ ΜΑΤΘΑΙΟΝ 27:53 Greek NT: Westcott/Hort with Diacritics
καὶ ἐξελθόντες ἐκ τῶν μνημείων μετὰ τὴν ἔγερσιν αὐτοῦ εἰσῆλθον εἰς τὴν ἁγίαν πόλιν καὶ ἐνεφανίσθησαν πολλοῖς.
ΚΑΤΑ ΜΑΤΘΑΙΟΝ 27:53 Greek NT: Greek Orthodox Church
καὶ ἐξελθόντες ἐκ τῶν μνημείων, μετὰ τὴν ἔγερσιν αὐτοῦ εἰσῆλθον εἰς τὴν ἁγίαν πόλιν καὶ ἐνεφανίσθησαν πολλοῖς.
ΚΑΤΑ ΜΑΤΘΑΙΟΝ 27:53 Greek NT: Tischendorf 8th Ed. with Diacritics
καὶ ἐξελθόντες ἐκ τῶν μνημείων μετὰ τὴν ἔγερσιν αὐτοῦ εἰσῆλθον εἰς τὴν ἁγίαν πόλιν καὶ ἐνεφανίσθησαν πολλοῖς.
ΚΑΤΑ ΜΑΤΘΑΙΟΝ 27:53 Greek NT: Stephanus Textus Receptus (1550, with accents)
καὶ ἐξελθόντες ἐκ τῶν μνημείων μετὰ τὴν ἔγερσιν αὐτοῦ εἰσῆλθον εἰς τὴν ἁγίαν πόλιν καὶ ἐνεφανίσθησαν πολλοῖς
ΚΑΤΑ ΜΑΤΘΑΙΟΝ 27:53 Greek NT: Byzantine/Majority Text (2000)
και εξελθοντες εκ των μνημειων μετα την εγερσιν αυτου εισηλθον εις την αγιαν πολιν και ενεφανισθησαν πολλοις
ΚΑΤΑ ΜΑΤΘΑΙΟΝ 27:53 Greek NT: Textus Receptus (1894)
και εξελθοντες εκ των μνημειων μετα την εγερσιν αυτου εισηλθον εις την αγιαν π

Ternyata dari seluruh manuscript yang ada semuanya memuat kedua ayat tersebut dan tidak ada bukti ayat tambahan belakangan. Hal ini didukung bukti dari kutipan bapa-bapa gereja yang mencantumkan kedua ayat ini.

Berikut ini daftar bapa-bapa gereja yang pernah mengutip Mat 27:52-53:
Ignatius (c. 35-107), Irenaeus (c. 130–200), Clement of Alexandria (c. 150-215), Tertullian (c. 160-225), Julius Africanus (c. 160-240), Origin (c. 185-254), Hippolytus of Rome (c. 170-236), Cyprian of Carthage (b.?, martyred September 14, 258), Eusebius (c.260-340), Alexander of Alexandria (b.? - 328).
Referensi: Ante-Nicene Fathers, the Writings of the Fathers Down to A.D. 325, by Alexander Roberts and James Donaldson, Hendrickson Publications, Peabody, MA, 1994

Jadi jelaslah bahwa Mat 27:52-53 adalah ayat-ayat otentik dan para bapa gereja telah mengenal ayat-ayat ini. Selanjutnya kita akan menganalisis apakah ayat-ayat ini hanya ungkapan alegoris atau menceritakan kisah faktual. 
Mat 27:50 Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
Mat 27:51 Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,
Mat 27:52 dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit.
Mat 27:53 Dan sesudah kebangkitan Yesus, merekapun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang.
Mat 27:54 Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah."
Kita perlu mendaftarkan dulu beberapa informasi yang cukup jelas dalam ayat-ayat di atas.
- Tabir Bait Suci terbelah dua
- Terjadi gempa bumi & Bukit-bukit batu terbelah
- Kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit
- Sesudah kebangkitan Yesus, orang kudus itu masuk ke kota kudus (jelas dimaksud Yerusalem)
- Mereka menampakan diri ke banyak orang (tetapi tidak semua orang)

Kisah tentang “orang kudus” digabungkan dalam rangkaian kisah lainnya berupa kisah terbelahnya tabir bait suci serta beberapa peristiwa alam seperti gempa bumi, bukit batu terbelah dan pada ayat 45 terjadi kegelapan. Pada ayat  54 dituliskan kepala pasukan & para prajurit menyaksikan terjadinya gempa bumi & peristiwa lainnya. Ini menunjukan bahwa peristiwa alam seperti gempa bumi itu bukanlah kisah ‘alegoris’ tetapi kisah faktual.

Peristiwa alam ini dikoroborasi oleh bukti catatah sejarah, yaitu:
- Phlegon seorang penulis Yunani dari Caria (137M) menuliskan “… that in the fourth year of the 202nd Olympiad [33 A.D.]. that there was "the greatest eclipse of the sun" and that "it became night in the sixth hour of the day [12:00 noon] so that no star even appeared in the heavens. There was a great earthquake in Bithynia, and many things were overturned in Nicea." (Origen Against Celsus)
- Thallus seorang ahli sejarah Palestina dikutip oleh Julius Africanus (232-245 M), Julius menuliskan "..This darkness Thallus, in the third book of his History, calls, as appears to me without reason, an eclipse of the sun." (The Ante-Nicene Fathers volume 6 p.136.)
- Dionysius of Alexandria (246-265 A.D.) menyebutkan terjadinya gempa bumi dalam Matius (Letter to the Bishop Basilides canon 1 p.94)

Peristiwa terbelahnya tabir Bait Allah memiliki kaitan dengan tulisan dalam Talmud
"Our Rabbis taught that throughout the forty years that Shim'on the Tzaddik served,... the scarlet cloth would become white. From then on it would sometimes become white and sometimes not.... Throughout the last forty years before the Temple was destroyed... the scarlet cloth never turned white." (Yoma 39a-39b).

Berdasarkan data sejarah ini, sangatlah jelas bahwa peristiwa alam seperti gempa bumi, bukit batu terbelah (akibat gempa) dan kegelapan serta terbelahnya tabir bait Allah merupakan kisah faktual bukan alegoris. Maka secara logis, kisah tentang “orang kudus” yang tergabung dalam kisah peristiwa alam tersebut juga adalah kisah faktual dan bukan alegoris. Sedangkan kisah dalam Injil yang bersifat alegoris berada dalam genre puitis atau dalam pengajaran Yesus melalui perumpamaan. Sedangkan kisah “orang kudus” dalam Mat 27:52-53 merupakan genre narasi deskriptif. Hal ini sejalan dgn kisah kebangkitan Kristus yang juga bukan kisah alegoris tetapi kisah faktual.

Penolakan terhadap kisah "orang kudus" yang dikemukan para agnostik/atheist didasari pada pemahaman yang anti hal-hal supranatural seperti mujizat. Namun ada banyak bukti melimpah mengenai eksistensi hal-hal supranatural seperti fenomena demonik & okultisme. Bagi mereka yang percaya adanya Tuhan seharusnya menerima peluang adanya mujizat sebagai intervensi ilahi dari Tuhan dalam sejarah manusia. Peristiwa kebangkitan seperti yang terjadi pada “orang kudus” bukanlah hal yang “asing”. Ada banyak kisah kebangkitan orang mati dalam Perjanjian Baru, seperti Lazarus, anak Yairus, Eutikhus dan terutama kebangkitan Kristus. Bahkan dalam Perjanjian Lama terdapat kisah yang juga spektakuler.
2 Raj 13:21 “…Dan demi mayat itu kena kepada tulang-tulang Elisa, maka hiduplah ia kembali dan bangun berdiri.

Bukankah kisah “orang kudus’ seharusnya menggemparkan Yerusalem?
Mari kita perhatikan ayat-ayat tersebut secara teliti. Kalimat “… banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit” dan kalimat “…menampakkan diri kepada banyak orang”. Di sini tidak disebutkan “semua” tetapi “banyak”, kata ‘banyak” dalam tulisan Matius lebih menunjukan jumlah yang terbatas.
Mat 8:16 “Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan …
Mat 9:10 “Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa …

Tidak semua orang kudus dibangkitkan tetapi hanya beberapa orang sesuai pilihan & kedaulatan Tuhan. Dan ini mengindikasikan mereka yang mati pada masa itu dan bukan orang pada masa perjanjian lama seperti para nabi (Musa). Mereka dikuburkan di sekitar Yerusalem dan tipe tubuh kebangkitan mereka sama dengan Lazarus yaitu keluar dari kubur yang terbuka dengan tubuh alami dan akan mengalami kematian yang kedua. Mereka yang telah dibangkitkan itu juga tidak langsung menunjukan diri di hadapan umum (semua orang) tetapi di kalangan yang terbatas seperti keluarga & kerabat mereka saja.

Hal ini seperti yang dilakukan Yesus, Dia tidak tampil di muka umum tetapi di kalangan tertentu saja.
Kis 10:40-41 Yesus itu telah dibangkitkan Allah pada hari yang ketiga, dan Allah berkenan, bahwa Ia menampakkan diri, bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada kami yang telah makan dan minum bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati.

Selain itu perhatian terhadap kisah kebangkitan "orang kudus" dikalahkan oleh kisah yang jauh lebih besar yaitu kebangkitan Kristus yang terjadi pada masa yang sama. Penyaliban Yesus sebelumnya telah menjadi titik perhatian utama masyarakat Yerusalem & sekitarnya dan berpuncak pada peristiwa kebangkitanNya yang sangat menggemparkan. Maka cukup logis menyatakan kisah kebangkitan "orang kudus" tidak menjadi perhatian yang utama pada masa itu. Apalagi bangkitnya orang mati & kemudian hidup kembali bersama-sama dalam komunitas mereka bukanlah hal yang baru bagi mereka seperti yang terjadi pada kisah kebangkitan Lazarus.

Mengapa hanya Matius menuliskan kisah ini?
Para penulis Injil tidak bermaksud mencatat semua peristiwa yang terjadi, tetapi hanya hal-hal yang menurutnya perlu dicatat sesuai dengan maksud dan tujuan penulisan injil masing-masing.
Yoh 20:31 tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah….
Yoh 21:25 Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.

Orientasi penulisan Injil Matius ditujukan kepada orang Yahudi berbeda dengan Lukas ke gentiles & Markus ke Yahudi helenistik, Matius lebih menekankan pada aspek Yudaisme terutama kemesiasan Yesus. Sehingga kisah Mat 27:52-53 dimasukan oleh penulis Injil Matius karena berkaitan erat dengan konsep mesianik. Pada masa itu pemahaman Yudaisme, beberapa orang kudus akan dibangkitkan saat kedatangan Mesias, seperti  dikatakan seorang Rabbi dalam Talmud:
"R. Jeremiah commanded, 'When you bury me, put shoes on my feet, and give me a staff in my hand, and lay me on one side; that when Messias comes I may be ready." (dikutip oleh Lightfoot, _Commentary of the New Testament from the Talmud and Hebraica, in.loc.)

Mari kita baca komentar dari salah satu pakar Perjanjian Baru, Raymond Brown dalam bukunya Death of Messiah, hal 1140
"... Matt's second motive in adding v. 53 was the fulfillment of Scripture. Above I pointed out how much Ezek 37 with its creative description of the enlivening of the dry bones influenced Jewish imagination in picturing the resurrection of the dead. The first part of Ezek 37:12-13, "I will open your tombs," probably shaped the third line of the quatrain of Matt 27:51b-52b, "And the tombs were opened." But the Ezek passage continues: "And I will bring you up out of your tombs, and I will lead you into the land of Israel.

Then you shall know that I am the Lord." Even as elsewhere Matt enhances the scriptural background and flavoring of material taken from Mark, so here scripturally he goes beyond the quatrain by offering in 27:53 the fulfillment of the rest of the Ezek passage: "And having come out from the tombs, . . . they entered into the holy city [of Jerusalem]." Another biblical passage may have shaped Matt's addition, especially the last clause "and they were made visible to many," i.e., Isa 26:19 (LXX): "Those in the tombs shall be raised, and those in the land [or on the earth] shall rejoice..."

Mengapa kisah ini tidak ditulis oleh Yosephus? …
Yosephus hidup pada akhir abad pertama jauh setelah peristiwa kebangkitan “orang kudus” terjadi. Yosephus lebih tertarik pada hal-hal yang bersifat gerakan politis, sehingga kisah Yesus kurang menjadi perhatiannya. Memang ada beberapa tulisan yg mengarah pada Yesus seperti dalam , The Antiquites 18.6-64

"...Pada kira-kira waktu ini hiduplah Yesus, seorang manusia yang bijaksana, jika memang seseorang seharusnya menyebut dia seorang manusia. Karena ia adalah seseorang yang mengadakan hal-hal yang mengejutkan … Pada hari ketiga ia menampakan diri kepada mereka dalam keadaan kembali hidup, karena nabi-nabi Tuhan telah menubuatkan hal-hal ini dan tak terhitung banyaknya hal-hal menakjubkan lainnya mengenai dia… ".

Yosephus menuliskan beberapa informasi tentang Kristus yang membuktikan historitas Kristus termasuk Yesus sebagai pembuat mujizat melalui frase "mengadakan hal-hal yang mengejutkan" & dikenal oleh mayoritas para ahli Perjanjian Baru sebagai otentik. Termasuk frase "hari ketiga menampakan diri" yang merujuk pada kebangkitan Kristus. Namun Yoshepus tidak menulis rinci kisah kematian & kebangkitan Kristus padahal kisah-kisah itu menggemparkan karena Yoshepus memang tidak tertarik menulisnya secara lengkap. Maka cukup logis menyatakan bahwa kisah kebangkitan "orang kudus" yang kalah populer dari kisah kebangkitan Kristus wajar tidak ada dalam tulisan Yoshepus. Sedangkan kisah kebangkitan Kristus kurang menjadi perhatiannya apalagi kisah kebangkitan "orang Kudus".

Namun kita memiliki referensi kuno mengenai kisah ini, salah satunya dari Quadratus apologist pada permulaan abad ke-2 (117-138).
"...But our Savior's works were permanent, for they were real. Those who had been cured or rose from the dead not only appeared to be cured or raised but were permanent, not only during our Savior's stay on earth, but also after his departure. They remained for a considerable period, so that some of them even reached our times." (Greek Apologists of the Second Century, Robert M. Grant, Westminster: 1988)
Quadratus menyatakan bahwa ada beberapa orang yang telah dibangkitkan Yesus dan kemungkinan termasuk “orang kudus” tersebut, ada yang memiliki usia panjang bahkan mencapai masa hidup Quadratus.

Beberapa referensi dari bapa-bapa gereja berikut ini, juga merujuk pada kisah kebangkitan “orang kudus” .
- Irenaeus (182-188 A.D.), dalam tulisan "Fragments from the Lost Writings" (Ante-Nicene Fathers), menyebutkan "…when Jesus descended, many souls ascended and were seen in their bodies." Dia juga menuliskan dalam Against Heresies book 4 ch.34 p.512, "… And the points connected with the passion of the Lord, which were foretold, were realized in no other case. For neither did it happen at the death of any man among the ancients that the sun set at mid-day, nor was the veil of the temple rent, nor did the earth quake, nor were the rocks rent, not did the dead rise up, nor was any one of these men [of old] raised up on the third day, nor received into heaven… Therefore the prophets spake not of any one else but of the Lord, in whom all these aforesaid tokens concurred."
- Ignatius (before 116 A.D.), a disciple of the apostle John, in his Letter to the Magnesians, chapter 9, mentions those whom Jesus raised.
- Clement of Alexandria (193-217 A.D.) dalam Stromata book 6 chapter 6 mengatakan "… But those who had fallen asleep, descended dead, but ascended alive.’ The Gospel says, ‘that many bodies of those that slept arouse - plainly as having been translated to a better state. There took place, then, a universal movement and translation through the economy of the Savior."
- Origen (225-254 A.D.) mentions the darkness over the land, and the tombs split open in Against Celsus book 2 chapter 33 p.445.

Dari pembahasan ini berdasarkan kajian manuscript, eksegesis & sejarah bisa disimpulkan bahwa kisah bangkitnya “orang-orang kudus” adalah kisah faktual yang benar-benar terjadi.
Share: