Poligami Dalam Alkitab (Seri 1)

Pertanyaan
Kekristenan selalu menyatakan mengajarkan monogami, tetapi dalam Alkitab sendiri ternyata para nabi seperti Abraham, Musa, Daud, Salomo dan lain-lain jelas-jelas berpoligami. Bukankah pernyataan tersebut kontradiksi dengan Alkitab itu sendiri?


Tanggapan:
Sebelum membahas pengajaran Kristus terhadap prinsip monogami dalam perkawinan, kita perlu meninjau masalah poligami para nabi yang terdapat dalam Perjanjian Lama.
1. Pada hakekatnya prinsip monogami merupakan hal ideal bagi manusia, makanya Allah hanya menciptakan satu isteri untuk Adam bukan isteri-isteri. Tertulis dalam Kej 2:23-24 "....Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging". Hal ini ditegaskan kembali oleh rasul Paulus dalam Ef 5:31 "Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging". Sangat jelas seorang laki-laki akan bersatu dengan istrinya menjadi satu daging (1 kesatuan), maka tidaklah tepat seorang suami membentuk satu daging/kesatuan lainnya dengan perempuan lain.

2. Poligami pertama disebutkan dalam kehidupan Lamekh, Kej 4:23 "Berkatalah Lamekh kepada kedua isterinya itu... aku telah membunuh seorang laki-laki karena ia melukai aku, membunuh seorang muda karena ia memukul aku sampai bengkak; ". Lamekh digambarkan sebagai orang yang  haus darah karena dendam dengan orang yang berselisih dengannnya. Sesudah itu tidak disebutkan lagi praktek poligami sampai zaman Abraham

3. Dalam kasus Abraham, bersama isterinya Sarah mereka dijanjikan Allah akan diberikan seorang anak yang akan memberikan banyak keturunan dan dari keturunan itu akan lahir seorang Mesias. Tetapi karena belum juga ada tanda-tanda mengandung, Sarah & Abraham berinisiatif membantu Allah dengan mengambil Hagar. Namun apa yang terjadi... perselisihan, sehingga Hagar & Ismael harus diusir Abraham. Perkawinan Abraham dengan Hagar jelas tindakan kedagingan akibat ketidakpercayaan

4. Ishak kawin dengan isteri tunggal Ribka, tetapi berbeda dgn Esau yang kawin dengan dua perempuan kafir, Kej 26:34-35 “Ketika Esau telah berumur empat puluh tahun, ia mengambil Yudit, anak Beeri orang Het, dan Basmat, anak Elon orang Het, menjadi isterinya.  Kedua perempuan itu menimbulkan kepedihan hati bagi Ishak dan bagi Ribka.”.  Perkawinan Esau ini berdampak tidak baik bagi hubungannya dengan Ishak & Ribka.

5. Kasus Yakub, perempuan yang dicintainya hanyalah Rahel anak Laban. Tetapi karena tipu muslihat Laban, ia terpaksa mengawini Lea. Namun apa yang terjadi, timbul persaingan dan adanya dusta, iri hati, perselisihan diantara dua perempuan bersaudara tersebut.

6. Kasus Salomo, menyebabkan dia jauh dari Tuhan 1 Raj 11:2-3 " ...Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta...isteri-isterinya itu menarik hatinya dari pada TUHAN." Hal ini menyebabkan kemunduran rohani Salomo dan pada akhirnya kerajaannya menjadi pecah.

7. Daud, tidak sedang berada di puncak kerohaniannya ketiga mengambil Abigail dan Ahinoam sebagai istri-istrinya (1 Sam 25:42-43). Dia mengambil Batsyeba karena nafsu kedagingan setelah melihatnya dari atas sotoh istana dan berlanjut dengan siasat agar Uria suami Batsyeba mati terbunuh di peperangan. Sebagai akibatnya anak yang dihasilkan Daud dari Batsyeba harus mati. Alkitab kitab yang jujur menyajikan kisah yang terjadi apa adanya termasuk kesalahan para nabi.


Dari kasus-kasus ini, kita bisa lihat Poligami identik dengan hal-hal yang tidak baik dan menunjukan bukan sebuah model ideal karena banyaknya masalah yang timbul. Aturan dalam Taurat yang berkaitan dengan Poligami bukanlah sebuah perintah & anjuran tetapi sebuah persyaratan & aturan yang ketat. Kel 21:10 "Jika tuannya itu mengambil perempuan lain, ia tidak boleh mengurangi makanan perempuan itu, pakaiannya dan persetubuhan dengan dia.".

Kristus sendiri kemudian mempertegas hakekat perkawinan yaitu satu orang suami untuk satu orang isteri. Di luar dari itu, saat seorang laki-laki yang sedang dalam menjalani ikatan perkawinan dengan seorang perempuan lalu mengambil perempuan lain maka jelas dikategorikan berpoligami dan dengan tegas dinyatakan berzinah!.

Pada masa PL, memang harus dibedakan antara berzinah & berpoligami, karena yang berzinah adalah sebuah hubungan gelap dan jelas dilarang dan diancam hukuman mati, sedangkan berpoligami yaitu hubungan terang-terangan dengan mengambil perempuan lain menjadi isteri, namun tidak pernah diperintahkan atau dianjurkan untuk dilakukan. Karena akibatnya fatal & menimbulkan banyak masalah. Tetapi pada masa Kristus, menjadi lebih tegas bahwa Poligami itu berzinah!
  Rom 1:27 Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.
Ef 5:28 Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri:
1Ti 3:12 Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik.

Lihat pembahasan lanjutan Poligami dalam Alkitab (2)

Apologia Kristen
Share:

Poligami Dalam Alkitab (Seri 2)

Pertanyaan
Abraham bersalah bukan karena ia mengambil Hagar, tetapi ia tidak memegang janji Tuhan akan keturunannya melalui Sara ; Abraham berusaha menggenapi rencana Allah dengan caranya sendiri melalui Hagar (abraham tidak taat akan janji Allah)- meskipun janji Allah hanya diberikan melalui Sara.

Salomo jatuh bukan karena istri banyak..tapi ia beristri dengan perempuan - perempuan yang tidak seiman sehingga mereka membelokan imannya;

Daud dihukum juga bukan karena ia beristri banyak, tetapi ia mengambil istri orang dan menempatkan suaminya di medan perang untuk terbunuh....(2 Samuel 12:8-9) Bahkan Tuhan akan menambahkan kepada Daud jika ia merasa belum cukup dengan isteri-isterinya..ayat 8; tapi Tuhan membenci cara daud mengambil istri orang dan membunuh suaminya ayat 9,

Ketika Musa melakukan poligami dengan mengambil perempuan kush (bilangan 12:1) ; Harun dan Maryam tidak puas dan mempermasalahkan kepemimpinan Musa..ketika mereka ber- 3 menghadap Allah, justru Allah tidak menyalahkan Musa yang sebagai pemimpin kok melakukan poligami dan memberikan contoh yang tidak baik; Allah membela Musa dan menghukum Maryam.


Tanggapan
Terlihat argumen di atas cukup kuat, namun jika kita menelitinya secara cermat, argumen tersebut hanya menekankan pada sebagian kebenaran yaitu dalam PL Allah tidak melarang poligami, tetapi kebenaran lainnya Allah pun tidak menganjurkan atau memerintahkan untuk melakukannya. Sejak awal prinsip moral hubungan yang ideal adalah menjadi satu daging (Adam & Hawa/Kej 2:23-24) identik dengan prinsip monogami. Namun perintah Allah yang mengatur kehidupan umatnya nanti diberikan kepada Musa (Taurat). Sebelum adanya Taurat pola hidup berpoligami telah terjadi sehingga Taurat perlu mengaturnya dengan memberikan persyaratan dan aturan ketat. Tetapi Taurat tidak pernah memberi perintah/anjuran untuk melakukannya.


Kel 21:10 "Jika tuannya itu mengambil perempuan lain, ia tidak boleh mengurangi makanan perempuan itu, pakaiannya dan persetubuhan dengan dia.".

Dari aturan tersebut sangat jelas seseorang harus memiliki tingkat moral tinggi, karena secara manusiawi sangatlah sulit berlaku adil terhadap beberapa orang istri baik kebutuhan materi, perhatian termasuk mengatur hubungan intim.

Alkitab memaparkan banyak masalah terjadi seputar kehidupan berpoligami, justru masalah-masalah itu dihadapi oleh beberapa nabi itu sendiri, apalagi hanya manusia biasa saja. Mulai dari kisah Lamekh yang identik dengan kekerasan, Abraham-Hagar yang menimbulkan perselisihan, Yakub-Rahel/Lea adanya iri hati, Musa yang menimbulkan masalah dengan Harun/Maryam, Salomo terpengaruh isteri-isterinya & Daud yang menjadi kalap. Memang benar  tidak secara tegas dinyatakan mereka salah berpoligami, tetapi dampak dari poligami itu menimbulkan banyak masalah. Sehingga potret ini memberi makna mendalam bahwa poligami bukanlah standar moral ideal, karena para nabipun mengalami banyak masalah dengan hal ini.

- Kisah Musa dgn Harun/Maryam.
Bil 12:1 "Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush.".
Kita harus melihat peristiwa ini dari perspektif masa itu. Pola poligami masih menjadi hal biasa pada masa itu, Miryam & Harun bukanlah berarti mereka telah memiliki pemahaman moral yang lebih tinggi dari Musa. Perkataan mereka kepada Musa hanyalah alasan non moral yaitu menyangkut perempuan asing bukan orang Israel. Pada masa itu bangsa Israel dalam perjalanan pengembaraan di padang pasir, sehingga perempuan itu walaupun bukan orang Israel telah menjadi seperti orang Israel yang mau ikut serta dalam perjalanan sulit tersebut. Sudah tentu ikut menyembah Allahnya bangsa Israel.

Pada ayat selanjutnya, yang menjadi inti kemarahan Tuhan kepada mereka
Bil 12:2 Kata mereka: "Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dan kedengaranlah hal itu kepada TUHAN."
Mereka mempertanyakan otoritas Musa yang paling utama/istimewa diantara mereka. Hal inilah yang membuat Tuhan marah. Dengan tegas Tuhan menyatakan keistimewaan Musa dibanding mereka

Bil 12:6 Lalu berfirmanlah Ia: "Dengarlah firman-Ku ini. Jika di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, TUHAN menyatakan diri-Ku kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara dengan dia dalam mimpi.
Bil 12:7 Bukan demikian hamba-Ku Musa, seorang yang setia dalam segenap rumah-Ku.
Bil 12:8 Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa TUHAN. Mengapakah kamu tidak takut mengatai hamba-Ku Musa?"
Bil 12:9 Sebab itu bangkitlah murka TUHAN terhadap mereka, lalu pergilah Ia

Jadilah jelaslah, kemarahan Tuhan kepada Miryam/Harun bukanlah masalah poligami seakan-akan Tuhan membela poligami, tetapi karena mereka mencoba mempertanyakan otoritas/keistimewaan Musa.

- Kisah Daud
2 Sam 12:7 Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: "Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul.
2 Sam 12:8 Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu.

Sekilas ayat-ayat ini memberi kesan Allah memerintahkan agar Daud berpoligami bahkan memberikan lagi isteri-isteri jika Daud mau.
Pertama-tama kita harus garisbawahi arti literal dari kalimat tersebut yaitu "Daud diberikan isteri-isteri Saul". Untuk memahami pernyataan ini kita harus melihat konteks budaya Ancient Near East pd masa itu.

- Perkawinan para bangsawan/raja merupakan masalah nasional sebuah bangsa, bukanlah sekedar masalah pribadi dari raja tersebut.
"Marriage was a tool of diplomacy throughout the ancient Near East. Towns, city-states, tribes or nations who wished to ally themselves with a rule or come under his protection sealed the treaty with a marriage of a daughter of their chief family to the suzerain or his son. This was an act of loyalty on the part of the vassal, who would then have a personal stake in preserving the dynasty. [Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary: Old Testament. John Walton (ed). Zondervan:2009.)
Hal ini pulalah yang melatarbelakangi mengapa raja Salomo memiliki banyak isteri, yang umumnya karena perkawinan dengan faktor politik diplomasi kerajaan.

- Suksesi kerajaan saat kematian seorang raja (otomatis isteri-isterinya menjadi janda), menjadi tanggungjawab dan perhatian dari pemerintahan raja yang baru.
"Since royal marriages were a reflection of the power of a monarch and represented political and economic alliances made in the name of the state, it would have been necessary, at the succession, for the harem of the former king to become the responsibility of the new monarch. In this way there was continuity of treaty obligations." [Zondervan Illustrated....)

Jadi yang dimaksud dengan "Daud diberikan istri-istri Saul" merupakan sebuah model budaya kerajaan pada masa itu, yaitu isteri-isteri Saul yang menjanda telah menjadi tanggungjawab/perlindungan & penguasaan dari Daud. Bahkan dalam Alkitab anggota keluarga dari Saul menjadi perhatian Daud misalnya kisah Mefiboset.
Sehingga 2 Sam 12:8 tidak harus dipahami bahwa Allah memerintahkan untuk melakukan poligami, atau memberikan isteri-isteri agar Daud berpoligami. Tetapi Allah telah memberikan seantero kerajaan Israel dari Saul kepada Daud. Pemberian isteri-isteriSaul kepada Daud bukan dalam pemahaman urusan personal, tetapi bagian dari identitas sebuah kerajaan yang otomatis menjadi milik raja yang baru.

Seiring perjalanan waktu, secara alamiah umat Israel menjadi belajar bahwa poligami bukan praktek hidup yang perlu diikuti. Sehingga pada periode pasca pembuangan Babel kisah-kisah seputar poligami sudah kurang/tidak ditemukan lagi dalam kitab-kitab PL dan ini terus berlanjut sampai masa Kristus.

Di kalangan masyarakat Yunani, monogami lebih mendominasi
"Even though we may find numerous traces of polygamy and polyandry in the Gk. myths, monogamy predominated in the Gk. world in the historical period. Morality within marriage was strict. The Homeric hero had one wife, who was faithful and inviolable, a good manager of the home and mother. Gk. marriage was monogamous. [New International Dictionary of New Testament Theology, Colin Brown, eds. Zondervan: "Marriage, adultery, bride, bridegroom"]

Bahkan di masyarakat Romawi, poligami sudah tidak dipraktekkan.
"Polygamy was not practiced in the Roman world outside Palestine, though illegal bigamy and certainly adultery were" The Expositor's Bible Commentary. Gaebelein, Frank E., ed., Vol I. Zondervan, 1979

Di kalangan Yahudi termasuk di komunitas Qumran (Dead Sea Scroll) poligami dilarang.
"During the Second Temple period, monogamy was preferred even on the conceptual plane by, above all, the Dead Sea Sect whose halakhah explicitly prohibited polygamy. In the reworked version of the statutes of the king in the Temple Scroll, it is stated: "he shall not take another wife in addition to her, for she alone shall be with him all the days of her life"
"it was known in Jewish society as represented in rabbinic literature, polygamy was not widespread in practice, especially not among the sages themselves."
[Jewish Women in Greco-Roman Palestine, Tal Ilan, Hendrickson:1995)

Sejak masa Yesus prinsip monogami menjadi prinsip moral utama yang kemudian diteruskan dalam kehidupan jemaat mula-mula dan gereja
- Justin Martyr (c.160):
"Your imprudent and blind masters [i.e., Jewish teachers] even until this time permit each man to have four or five wives. And if anyone sees a beautiful woman and desires to have her, they quote the doings of Jacob." [ANF, vol. 1, p. 266]
- Irenaeus (c.180)
"Others, again, following upon Basilides and Carpocrates, have introduced promiscuous intercourse and a plurality of wives..." [ANF, vol. 1, p.353]
- Tertullian (c.207)
"Chapter II.-Marriage Lawful, But Not Polygamy. We do not indeed forbid the union of man and woman, blest by God as the seminary of the human race, and devised for the replenishment of the earth and the furnishing of the world, and therefore permitted, yet Singly. For Adam was the one husband of Eve, and Eve his one wife, one woman, one rib. (ANF: Tertullian, To His Wife)

-Methodius (cf.290):
"The contracting of marriage with several wives had been done away with from the times of the prophets. For we read, 'Do not go after your lusts, but refrain yourself from your appetites'...And in another place, 'Let your fountain be blessed and rejoice with the wife of thy youth.' This plainly forbids a plurality of wives." [ANF, vol. 6, p.312]

Berdasarkan data ini, lahirnya budaya poligami pada abad-abad berikutnya merupakan sebuah kemunduran sejarah.

Yesuspun memberi peneguhan prinsip monoigami yang merupakan standar moral ideal
Mat 19:7 Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?"
Mat 19:8 Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.
Mat 19:9 Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah."

Dialog antara orang Farisi dan Yesus memang membahas masalah perceraian, sehingga beberapa orang berargumen Yesus tidak membahas poligami atau tidak melarang poligami. Namun argumen itu tidak memperhatikan ayat2-ayat sebelumnya.
Mat 19:3 Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?"
Mat 19:4 Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?
Mat 19:5 Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Mat 19:6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."

Jadi jelaslah walaupun perikop ini membahas perceraian namun bersamaan itu pula Yesus menekankan prinsip monogami. Yesus menegaskan prinsip ideal sama seperti pada awal penciptaan Adam & Hawa satu daging (Kej 2:23-24). Perhatikan kata kunci "keduanya" menjadi "satu daging". Pada saat seorang laki-laki kawin dengan seorang perempuan maka mereka menjadi satu daging, dari "dua" terkunci menjadi "satu". Setelah itu otomatis diberlakukan larangan untuk bercerai, sehingga peluang untuk berpoligami menjadi tertutup. Jika dilanggar (berpoligami) maka disebut berzinah.

Kita bisa melihat standar perkawinan dari waktu ke waktu semakin tinggi dan berpuncak pada pernyataan tegas Kristus mengenai prinsip monogami sebagai standar moral ideal. Banyak aturan-aturan dalam Taurat menyangkut moral dalam Perjanjian Lama diberikan makna semakin dalam oleh Kristus.

PL: Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah (Mat 5:27)
PB: Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. (Mat 5:28)

PL: Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. (Mat 5:43)
PB: Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (Mat 5:44)

Dan jika membuat analoginya berkaitan dengan poligami
PL : Poligami tidak dilarang & tidak dianjurkan, tetapi sebaiknya jangan berpoligami karena banyak dampak negatifnya, bahkan para nabipun mengalami masalah dengan hal itu.
PB : Jangan berpoligami! jika melakukannya anda telah berzinah dan melanggar hukum Allah.


Share:

Adakah Keselamatan di luar Kristus ?

Kekristenan lahir dari sebuah sejarah penyelamatan Allah yang sangat panjang bahkan sejak manusia pertama. Kejatuhan Adam & Hawa membuat umat manusia berada dalam cengkeraman dosa. Lalu Allah menanggapi masalah ini dengan merencanakan jalan keselamatan oleh Yahweh sendiri melalui seorang Mesias. Sejak masa itu jejak Mesias mulai terlihat walau masih samar-samar seperti yang difirmankan Tuhan sendiri. Kej 3:15 “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."

Keunikan Israel 
Rencana keselamatan Allah mulai dijalankan bermula dari pemanggilan Abraham dari Ur Kasdim menuju ke tanah Kanaan. Di sini jejak Mesias sudah mulai jelas. Allah menjanjikan kepada Abraham keturunan yang banyak. Kej 15:5 “… hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya…Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.". Keturunan yang dimaksud adalah sebuah bangsa yang akan mengalami perbudakan di wilayah bangsa lain. Kej 15:13 “… Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, … mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya.” Ini jelas menunjuk kepada bangsa Israel yang diperbudak oleh Mesir.

Bangsa Israel ada berdasarkan pilihan Allah kepada Ishak dan bukan Ismael sebagai keturunan Abraham yang sejati. Kej 21:12 “… sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak.” Rasul Paulus juga menyatakan hal yang sama. Rom 9:7 “dan juga tidak semua yang terhitung keturunan Abraham adalah anak Abraham, tetapi: "Yang berasal dari Ishak yang akan disebut keturunanmu." Selanjutnya Ishak melahirkan Yakub dan berganti nama menjadi Israel (Kej 32:28) yang menurunkan kedua belas suku Israel. (Kej 49:16-28). Keunikan bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah ditegaskan kembali oleh Allah sendiri. Kel 7:6 “Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya.” Kel 19:5 “… maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi.”

Keistimewaan Israel kadang kala digugat dengan merujuk pada tingkah laku bangsa Israel yang sering memberontak kepada Allah. Ul 9:6 “… Sesungguhnya engkau bangsa yang tegar tengkuk!". Walaupun demikian pilihan Allah tidak berubah dan tidak pernah berpindah ke bangsa lain. Karena ini merupakan janji Allah sendiri terhadap Abraham, Ishak & Yakub. Mika 7:20 “Kiranya Engkau menunjukkan setia-Mu kepada Yakub dan kasih-Mu kepada Abraham seperti yang telah Kaujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang kami sejak zaman purbakala! “. Ul 9:5 “… supaya TUHAN menepati janji yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub.” Tuhan tetap menghukum mereka bahkan sampai dibuang ke Babel tanpa membatalkan keunikannya sebagai umat pilihan Allah.
Keunikan Israel juga nyata dalam hubungan mereka yang eksklusif kepada Allah pencipta yang tidak terjadi melalui bangsa-bangsa lain. Ul 4:32-33 “Sebab cobalah tanyakan, dari ujung langit ke ujung langit, tentang zaman dahulu, yang ada sebelum engkau, sejak waktu Allah menciptakan manusia di atas bumi, apakah ada pernah terjadi sesuatu hal yang demikian besar atau apakah ada pernah terdengar sesuatu seperti itu. Pernahkah suatu bangsa mendengar suara ilahi, yang berbicara dari tengah-tengah api, seperti yang kaudengar dan tetap hidup?”

Karena hubungan yang istimewa inilah merekalah menjadi saksi atas keunikan Yahweh sebagai satu-satunya Allah yang hidup. Yes 43:9-10 Biarlah berhimpun bersama-sama segala bangsa-bangsa, dan biarlah berkumpul suku-suku bangsa! Siapakah di antara mereka yang dapat memberitahukan hal-hal ini, yang dapat mengabarkan kepada kita hal-hal yang dahulu? Biarlah mereka membawa saksi-saksinya, supaya mereka nyata benar; biarlah orang mendengarnya dan berkata: "Benar demikian!" "Kamu inilah saksi-saksi-Ku," demikianlah firman TUHAN, "dan hamba-Ku yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi.

Jadi jelaslah bahwa pernyataan khusus Allah dalam sejarah tidak dinyatakan kepada semua bangsa tetapi hanya melalui satu bangsa yang menjadi pilihanNya. Allah memperkenal diriNya sebagai Yahweh yang unik hanya kepada bangsa Israel. Hal ini secara tegas menolak konsep bahwa Allah juga menyatakan diriNya kepada bangsa-bangsa lain. 

Misi Universal Allah melalui Israel
Perjanjian Lama merupakan kisah tindakan Allah terhadap bangsa Israel. Namun jika dicermati dibalik keunikan bangsa Israel sebagai bangsa pilihan, ternyata Allah melalui bangsa Israel sedang merencanakan misi yang universal kepada bangsa-bangsa lain. Ini secara jelas difirmankan Allah kepada Abraham. Kej 22:18 “Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku."

Nabi Amos sangat menyadari bahwa Allah mempunyai kedaulatan moral dan sejarah atas bangsa-bangsa lain. (Amos 1:2-15). Tetapi terhadap Israel, nabi Amos menegaskan atas nama Allah. Amos 3:2 "Hanya kamu yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi, sebab itu Aku akan menghukum kamu karena segala kesalahanmu.” Lukas juga menyatakan hal yang senada. Kis 15:14 “…, bahwa sejak semula Allah menunjukkan rahmat-Nya kepada bangsa-bangsa lain, yaitu dengan memilih suatu umat dari antara mereka bagi nama-Nya.“

Nabi Yesaya secara khusus menubuatkan kedatangan Mesias sebagai jalan keselamatan kepada bangsa-bangsa lain. Yes 42:6 "Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa” Yes 49:6 "… Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi."
Dewasa ini orang Yahudi masih tetap menyatakan bahwa merekalah bangsa pilihan. Namun mereka haruslah menyadari bahwa keunikan ini tidak harus membuat mereka menutup diri terhadap bangsa lain. Karena mereka dipilih untuk menjadi berkat kepada bangsa lain yaitu melalui Mesias yang berasal dari bangsa ini. 

Yesuslah Sang Mesias 
Siapakah mesias yang dimaksud dalam janji Allah untuk keselamatan bangsa lain? Dialah Yesus sebagai Mesias yang telah dijanjikan sejak lama. Mesias berasal dari keturunan Ishak dan dari bangsa Israel.Gal 3:16 “Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus.” Dari kedua belas suku Israel jejak Mesias ditemukan melalui suku Yehuda serta melalui keturunan Daud & Isai. Kej 49:10 “Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa”. Yes 11:10 “Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia”. 

Jejak mesias ini terlihat jelas dalam silsilah Yesus seperti yang tertulis dalam Injil Matius & Lukas. Luk 3:23-38 “…Ia adalah anak Yusuf… anak Daud, anak Isai, …anak Yehuda,.. anak Yakub, anak Ishak, anak Abraham…anak Allah”. Luk 1:69 Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu.” Rasul Paulus menuliskan tentang Yesus sebagai keturunan Daud.Rom 1:3 “tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud.” Rasul Yohanes pun meyatakan hal yang sama Why 5:5 “… Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya."

Bukti Yesus sebagai Mesias sangatlah berlimpah di dalam Alkitab. Memang ada beberapa pakar terutama dari kelompok Yahudi Anti Missionary yang berusaha membantah nubuatan Mesianik ini. Melalui beberapa argumen salah satunya menyatakan bahwa dari konteks ayat-ayat yang dianggap nubuat tersebut bukanlah ditujukan kepada Yesus. Memang benar ada beberapa ayat nubuat yang memiliki konteks perikop seperti itu tetapi Allah juga bisa memberikan konteks lainnya yang lebih umum berkaitan nubuatan mesianik (double context). Tetapi mari kita melihat secara menyeluruh ayat-ayat nubuatan Mesianik ini, terlepas dari masalah konteks ayat, secara keseluruhan memberikan sebuah irama yang sama menuju pada satu pribadi yaitu Yesus.

Yesus sendiri menyatakan melalui perkataan dan perbuatanNya bahwa Dialah sang Mesias itu. Namun mereka menolak dan masih menuntut bukti padahal sudah banyak bukti yang ditunjukan Yesus. Yoh 10:24-25 “ Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami." Yesus menjawab mereka: "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku.” Walaupun banyak yang menolak tetapi ada cukup banyak juga yang percaya & menerima Kristus sebagai Mesias dan Juruselamat. Jemaat mula-mula umumnya terdiri atas orang-orang dari bangsa Israel bahkan di antaranya para imam. Kis 6:7 “Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.”

Misi Allah untuk dunia melalui Yesus
Rencana keselamatan yang terlihat jelas dalam Perjanjian Lama menyatakan bahwa Israel dipilih di antara bangsa sebagai jalur kedatangan Mesias. Mesias itu adalah Yesus yang melalui Dia bangsa-bangsa lain mendapat berkat Abraham. Gal 3:14 “Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain…”. Gal 3:29 “Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.” Melalui Yesus, bangsa-bangsa di luar Israel akhirnya mendapatkan jalan keselamatan kepada Allah. Gal 3:28 “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” 

Dalam Yoh 10 tertulis tentang Yesus sebagai gembala dan umat Israel adalah domba-dombaNya. Namun kemudian pada ayat 16 disebutkan tentang domba yang lain. Yoh 10:16 "Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala." Ada orang yang berpendapat bahwa domba-domba lain itu adalah mereka umat non Kristen yang tidak percaya Kristus sehingga mencoba membuktikan bahwa Yesuspun ada di dalam agama-agama lain. Tetapi jelas pendapat ini bertentangan dengan konteks ayat tersebut yang berbicara tentang bangsa bukan Israel (gentiles).

Dalam terang perjanjian baru mereka yang percaya Kristus disebut sebagai umat Israel secara rohani. Rasul Paulus menjelaskan hal ini dalam suratnya. Ef 2:11-13 “ Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu--sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging…bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel …Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus.” Ef 3:6 yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus.

Yesus sang Yahweh yang Menyelamatkan
Keselamatan melalui Kristus tersedia untuk semua umat manusia baik itu umat Israel maupun umat bukan Israel. Namun untuk menerimanya kita harus percaya kepadaNya. Rasul Paulus bersama Titus, ketika memberitakan Injil kepada kepala penjara di Filipi menyerukan untuk percaya kepada Yesus. Kis 16:30-31 “Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu." Paulus mengatakan hal yang sama dalam suratnya. Rom 10:13 Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.

Menariknya perkataan tersebut paralel dengan apa yang dikatan Yoel tentang Yahweh.
Yoel 2:32 “Dan barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan, sebab di gunung Sion dan di Yerusalem akan ada keselamatan, seperti yang telah difirmankan TUHAN; dan setiap orang yang dipanggil TUHAN akan termasuk orang-orang yang terlepas." Jelas ini menunjukan bahwa Yesus sebagai Yahweh yang menyelamatkan. Disebutkan pula oleh nabi Yesaya bahwa TUHAN (Yahweh) satu-satunya Juruselamat. Yes 43:11 “ Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari pada-Ku.” Demikian pula Yesus disebut sebagai juruselamat. Yoh 4:42 “… dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia."

Nabi Yesaya telah menubuatkan bahwa semua bangsa akan bertekuk lutut di hadapan Yahweh. Yes 45:23 “Demi Aku sendiri Aku telah bersumpah, dari mulut-Ku telah keluar kebenaran, suatu firman yang tidak dapat ditarik kembali: dan semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku, dan akan bersumpah setia dalam segala bahasa.” Dan penggenapannya dengan sangat indah dituliskan oleh Paulus. Fil 2:10-11 “supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!”

Di sini kita melihat bahwa Yesus adalah Yahweh itu sendiri. Yahweh sebagai satu-satunya Allah dan juruselamat juga nyata dalam diri Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan.

Kristus satu-satunya Jalan
Kita telah melihat bukti bahwa Yesus adalah Yahweh sendiri yang menyelamatkan. Namun ada beberapa pandangan yang mencoba menyamakan Kristus dengan Budha, Muhammad dan lain-lain. Ini sama juga dengan menyamakan Yahweh dengan “tuhan-tuhan” lain dari agama-agama lain. Padahal Yahweh itu adalah Allah satu-satunya yang hanya menyatakan diri melalui bangsa Israel, demikian pula dengan Yesus. Pandangan itu juga menyatakan bahwa dalam agama-agama lain terdapat jalan keselamatan. Ini jelas bertentangan dengan Alkitab yang secara tegas menyatakan Yesus satu-satunya jalan.

Yoh 14:6 “Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Di ayat ini Yesus tidak hanya disebut jalan tetapi juga adalah kebenaran dan hidup yang merupakan esensi dari Allah itu sendiri. 1 Yoh 5:20 “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.” Apakah mungkin ada jalan lain di luar Kristus padahal jelas-jelas dikatakan bahwa Dia juga adalah kebenaran & hidup kekal? Frase “tidak seorangpun” menunjukan pada semua umat manusia dan tidak dikatakan “tidak seorangpun dari antara murid atau umat Kristen”. 

Petruspun menyebutkan keunikan Yesus sebagai satu-satunya jalan. Kis 4:12 “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." Dari konteksnya, ayat ini ditujukan kepada orang yang tidak percaya maka tidak ada alas an untuk menyatakan bahwa ayat-ayat itu hanya ditujukan kepada orang Kristen.

Kesimpulan
Melalui pembahasan ini kita bisa melihat bagaimana misi Allah yang universal untuk keselamatan bangsa-bangsa lain dinyatakan melalui tindakan Allah yang unik dengan memilih sebuah bangsa. Mereka yang berpandangan bahwa Allah juga bisa menyatakan keselamatan melalui bangsa lain akan terbantahkan dengan bukti-bukti tindakan Allah yang hanya memilih satu bangsa saja sebagai jalan keselamatan. 

Selain itu Allah Yahweh secara ekslusif hanya menyatakan diriNya kepada umat Israel. Sehingga pendapat yang menyatakan bahwa semua agama bersumber pada Tuhan yang sama jelas-jelas tidak Alkitabiah. Agama-agama lain merupakan usaha manusia untuk merumuskan siapakah Tuhan itu dan menyusun cara-cara yang dianggap bisa mencapai Tuhan tersebut. Tetapi jelaslah usaha ini sia-sia karena tidaklah mungkin manusia terbatas mencapai Allah yang tidak terbatas. Kecuali Dia sendiri yang menjumpai manusia dan ini telah dilakukanNya melalui pernyataanNya secara khusus kepada sebuah bangsa yang dipilihNya. Puncaknya saat Dia berinkarnasi menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus (Yoh 1:1,14). 1 Tim 25 “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,”

Yesus adalah sang Mesias yang telah dijanjikan sejak lama. Israel dipilih Allah sebagai jalur kedatangan Mesias itu sendiri. Melalui Yesuslah bangsa-bangsa lain akan mendapatkan keselamatan. Tetapi sangat tegas di dalam Alkitab dinyatakan bahwa keselamatan itu diterima jika percaya kepadaNya. Ada pandangan yang menyatakan bahwa Kristus juga bisa nyata melalui agama-agama lain yaitu melalui hidup yang baik & penuh kasih. Namun pandangan inipun tidak Alkitabiah karena mengabaikan banyak ayat yang menyatakan keselamatan diperoleh melalui percaya Kristus. Jika memang Yesus terdapat dalam agama lain maka proklamasi Injil keselamatan Allah menjadi tidak relevan. Tetapi Yesus sendirilah memerintah untuk memberitakan Injil kepada orang lain yang tidak percaya. Dalam kitab Kisah Para Rasul menceritakan kisah-kisah penginjilan yang dilakukan para rasul seperti Petrus & Paulus kepada bangsa-bangsa lain. Termasuk kepada bangsa Israel sendiri yang belum percaya. 

Keunikan Yesus & Universalitas Misi Allah merupakan sebuah perpaduan yang harmonis. Misi Allah yang universal kepada bangsa-bangsa lain dijalankan Allah dengan tindakan yang khusus melalui sebuah bangsa pilihan yang akan mendatangkan seorang Mesias. Melalui Yesus sang Mesias kita akan memperoleh keselamatan asalkan kita percaya kepadaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat. Inilah intisari dari seluruh pernyataan Allah mulai dari Kejadian sampai dengan Wahyu. 
Yoh 3:18 “Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.” 
Rom 10:9-10 “ Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.”

Beberapa pandangan yang mencoba mengingkari keunikan jalan keselamatan ini seringkali hanya berdasarkan pada beberapa ayat yang ditafsirkan lepas dari konteks perikop dan konteks kesinambungan Perjanjian Lama dan Baru. Lebih dari itu hanyalah merupakan sebuah konsep filsafat manusia untuk merumuskan sebuah konsep iman yang berbeda dengan Alkitab. Rasul Paulus telah mengingatkan kita akan hal ini. Kol 2:8 “Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.” Untuk itu marilah kita memahami kebenaran bukan berdasarkan pada pikiran kita sendiri atau pendapat orang lain sekalipun mereka dijuluki ahli-ahli teologia. Tetapi marilah kita memahaminya berdasarkan apa yang dikatakan Alkitab. Yoh 8:32 “dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."


Apologia Kristen
Share: