Kitab Perjanjian Baru yang Disembunyikan?

Beberapa orang beranggapan bahwa proses kanonisasi Perjanjian Baru dilakukan oleh para bapa gereja dengan cara memilih kitab-kitab yang cocok dengan teologi gereja diantara banyak kitab-kitab yang tersedia. Kemudian kitab yang tidak terpilih itu disembunyikan atau disebut injil apokrif. Mereka juga menyajikan "bukti" mengenai beberapa kitab dalam kanon PB yang nanti dipilih beberapa waktu kemudian dengan kesan sebagai pengumpulan kitab tahap 2. Bagaimana kita menanggapi pemahaman ini.

Pemahaman ini keliru karena kurang memahami sejarah kanonisasi Perjanjian Baru secara komprehensif, tetapi hanya mengambil beberapa data secara parsial yang ditafsir menurut perspektif yang dibangun atas asumsi kitab Perjanjian Baru tidak asli lagi. Kekeliruan mendasar yaitu tidak memperhatikan data manuscript & referensi extra biblikal yang memberi petunjuk kuat waktu penulisan Injil kanonik & kitab-kitab lainnya dalam Perjanjian Baru pada abad pertama masih di era hidup para saksi mata. Berbeda dengan injil apokrif yang nanti ditulis mulai abad ke-2 setelah matinya para rasul dan saksi-saksi mata. Berbagai scholar dari berbagai spektrum teologis termasuk liberal scholars dewasa ini mayoritas menempat waktu penulisan PB pada abad ke-1 & bahkan banyak scholar menempatkannya sebelum peristiwa hancurnya Yerusalem (70M).

Para polemikus masih mengacu pada data lama sekitar abad 19 yang dimotori kelompok Tubingen (Bauer dkk) yang menempatkannya waktu penulisannya sekitar thn 200-an. Namun pandangan ini sdh banyak ditinggalkan scholars seiring dgn penemuan arkeologi berupa manuscript2 PB, tulisan bapa2 gereja & sejarawan kuno serta artefak2 arkeologi yang cenderung mendukung penanggalan penulisan PB pada abad pertama. Sebagai contoh manuscript P52 yg berisi fragmen Injil Yohanes oleh papyrologist seperti disebutkan Barbara & Kurt Alland tanggalnya pada sekitar tahun 125M yang merupakan bagian dari family of alexandrian text. Salinan itu ditemukan di Mesir yang jaraknya cukup jauh dengan Efesus yang menurut para ahli tempat rasul Yohanes menuliskan injil Yohanes, sehingga kemungkinan yang sangat kuat bahwa autografnya sudah ada jauh sebelumnya. Demikian juga dengan manuscript P66, P72, P75 dll bertgl 150-200an yg berisi berbagai kutipan dlm Injil kanonik & surat/kitab PB. Serta didukung oleh referensi tulisan bapa gereja, sejarah gereja dan artefak arkeologis lainnya.

Hal Ini sangat berbeda dgn manuscript2 injil Apokrif yg nanti muncul abad2 berikutnya seperti dlm dokumen2 Nag Hammadi. Dr penelusuran sejarah, injil apokrif2 nanti muncul pd abad ke-2 dan abad selanjutnya. So asumsi bhw bapa2 gereja memilih2 kitab2 yg ada tidaklah valid, karena injil kanonik telah ada sebelumnya & telah diterima oleh jemaat mula2 dan kemudian diteguhkan dalam konsili2 seperti Konsili Laodekia, Hippo, Kartage dll, Para bapa gereja seperti Athanasius telah menyusun daftar kitab-kitab itu yang telah mereka kenal dan gunakan. Semuanya sepakat memasukan keempat injil kanonik dan kitab-kitab lainnya.

Beberapa kitab memang dipertanyakan pada masa itu sebelum masuk daftar kanon penuh, lengkapnya: Wahyu, Yakobus, Yudas, Ibrani, 2 Petrus, 2 dan 3 Yohanes. Mari kita lihat pendapat Bruce Metzger seorang ahli Textual Criticism & pakar ttg Kanon PB yg menulis buku teks standard Textual Criticism: Metzger, Bruce M. The Canon of the New Testament: Its Origin, Development, and Significance. Clarendon Press. Oxford. 1987. Saat diwawancara Lee Strobel (The Case for Christ) & ditanyakan ttg kitab-kitab yang terlambat masuk dalam daftar kanon PB, Metzger menyatakan bahwa hal ini menunjukan betapa hati-hatinya gereja mula-mula, mereka tdk langsung begitu saja menerima kitab-kitab tersebut tetapi memastikannya dengan teliti.

Jika kita telusuri konteks sejarahnya, pada abad ke-1, mula-mula gereja-gereja setempat mendapatkan/menyalin kitab yang ada pada mereka. Proses ini terus berjalan seiring dengan proses pertukaran kitab & surat. Keempat Injil kanonik & beberapa surat PB dengan cepat tersirkulasi sehingga semakin lama gereja-gereja setempat memiliki semakin banyak kitab/surat dari daftar kitab PB. Namun ke-7 kitab yang dipertanyakan itu berjalan agak lambat, beberapa gereja setempat/bapa-bapa gereja telah menerimanya namun lainnya masih mempertimbangkannya. Mereka sangat hati-hati karena adanya pola pseudonimity yang terjadi pada masa-masa itu terutama mulai abad ke-2 yaitu orang-orang tertentu menulis sebuah kitab religius dan menyematkan nama-nama tokoh alkitab sebagai nama kitab karangan mereka. Pola ini sudah terjadi di era intertestamental dengan munculnya pseudographa seperti The Testament of Abraham etc.

Kehati-hatian gereja menerima ke-7 kitab tersebut memang beralasan, jika dikaji lebih lanjut ada sedikit perbedan dalam proses kanonisasi antara Timur (Tatian, Clement, Origen etc..) & Barat (Justin Martin, Ireneus, Tertulian etc..). Namun yang terjadi berikutnya adalah pola saling melengkapi daftar kanon sehingga pada akhirnya ke tujuh kitab tersebt diterima secara universal dalam konsili-konsili seperti konsili Laodekia, Hippo & Kartage. So.. dari uraian ini masalah ketujuh kitab yang terlambat diterima secara penuh/universal, hanya masalah kehati-hatian semata, namun pada esensinya kitab-kitab itu berotoritas dan berasal dari era para rasul.

Point paling penting dari masalah ini bahwa semua bapa gereja telah menerima keempat Injil Kanonik dan itu masuk dalam daftar kitab-kitab yang mereka ketahui. Maka tuduhan bahwa Perjanjian Baru telah dipalsukan yang hanya mengacu pada alasan mengenai 7 (tujuh) kitab yang banyak dibahas gereja sebelum masuk dalam daftar kanon PB, jelas hal ini tidaklah substansial. Karena kisah tentang Yesus, pengajaranNya dan peristiwa kematian, kebangkitan & kenaikanNya jelas telah ada dalam keempat injil kanonik.
Share:

Injil yang Lain - Yesus yang Lain

Gal 1:6 Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain,

Gal 1:7 yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.

2 Kor 11:4 Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.

Kehadiran para bidat telah ada sejak masa awal kekristenan berkembang di abad pertama. Menariknya mereka telah eksis bahkan saat kitab Injil dan tulisan-tulisan Perjanjian Baru sementara ditulis dan para rasul masih hidup. Keberadaan mereka salah satunya ditulis dalam kitab Galatia yg tujuan kitab ini orang-orang percaya di provinsi Galatia seperti di Ikonium, Listra, Derbe dll. Paulus sangat keras menentang pengajaran ini yang mengharuskan orang-orang percaya menjalankan Taurat agar selamat. Pemahaman mereka keselamatan tidak cukup hanya karena kasih karunia Kristus.

Selain di Galatia, ajaran ini berkembang di Antiokhia tempat pertama kali orang-orang percaya disebut Kristen (Kis 15:1). Para pengajarnya berasal dari Yudea yg mencakup Yerusalem yg justru adalah pusat lahirnya gerakan kekristenan awal pasca peristiwa Pentakosta. Permasalahan ini akhirnya mencuat setelah Paulus & Barnabas keras menolak mereka, terjadi perdebatan dan kemudian disepakati utk dibicarakan di Yerusalem bersama para rasul.

Pada masa itu, kekristenan belum melembaga seperti kekristenan di masa berikut dengan sistem organisasi & pengajarannya. Namun masih berupa sebuah kegerakan orang-orang percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya dan mereka adalah orang-orang Yahudi. Kemudian seiring waktu muncullah masalah dan perbedaan pemahaman diantara orang percaya. Salah satu yang serius yaitu ajaran yg menyatakan bahwa orang percaya harus juga menjalankan Taurat agar selamat. Permasalahan ini kemudian dibahas para rasul di Yerusalem yang dikenal dengan nama Sidang Yerusalem.

Dalam sidang itu, keputusan diambil sebagaimana disuarakan oleh rasul Petrus tegas menyatakan keselamatan hanya karena kasih karunia Kristus yang artinya meneguhkan apa yg diajarkan Paulus. Namun ironisnya ratusan atau ribuan tahun kemudian Paulus diposisikan sebagai kambing hitam dituduh sebagai penyesat kekristenan oleh para polemikus yang tidak paham sejarah secara utuh.

Setelah ajaran bermasalah Injil/Yesus yg lain muncul dari dalam kekristenan dalam konteks yudaisme pada masa itu dan kemudian ditentang keras oleh Paulus dalam tulisannya (kitab Galatia). Selanjutnya Injil/Yesus yg lain muncul dari pengaruh luar yaitu paham gnostisisme yaitu ajaran docetime yang oleh scholar Ben Witherington disebut sebagai proto gnostik. Ajaran ini ditentang keras oleh rasul Yohanes dalam suratnya
1 Yoh 4:2 Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah
Penolakan ini juga digemakan oleh muridnya yaitu Ignatius seperti dalam suratnya letter to the Smyrnaeans, 7:1, di tahun 110 M.
They abstain from the Eucharist and from prayer, because they confess not the Eucharist to be the flesh of our Saviour Jesus Christ, which suffered for our sins, and which the Father, of His goodness, raised up again.

Jika kita cermati data sejarah, bidat yang muncul di abad pertama sangat kurang, karena masih adanya para rasul yang keras menolak ajaran-ajaran sesat itu. Nanti setelah matinya para rasul ajaran para bidat mulai banyak berkembang seiring dengan semakin banyaknya orang yg menjadi Kristen dan mencakup wilayah yg luas sampai ke Roma. Hal ini ditandai dengan banyaknya bermunculan injil-injil apokrif seperti injil Petrus, injil Thomas dll. Tetapi jangan salah kaprah menempatkan injil "palsu" Barnabas yg banyak beredar di era modern ini diantara injil apokrif karena itu produk abad pertengahan awal. Masalah ini sdh berulang-ulang dijelaskan tetapi pihak polemikus seperti Menachem Ali terus mengulang-ulang point ini.

Jika kita kembali melihat konteks penyebutan injil yg lain atau Yesus yg lain oleh Paulus & para rasul, maka kita bisa mengidentifikasi karakteristiknya yaitu ajaran yg menolak keutamaan Yesus sebagai sumber keselamatan satu-satunya artinya tidak ada manusia lain, baik yg mengaku atau diakui sebagai nabi yg bisa menyelamatkan. Sebagaimana ditegaskan juga oleh rasul Petrus.
Kis 4:12 Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."

Injil/Yesus yg lain juga dimaksud mereka yg beranggapan keselamatan melalui Yesus tidak cukup tetapi harus ditambah dengan upaya lain seperti harus menjalankan Taurat. Selain itu mereka yang menolak natur Yesus secara utuh sebagai Tuhan dan manusia juga dikategorikan Injil/Yesus yg lain. Ajaran docetisme hanya menerima natur ilahi Yesus yg dipahami secara gnostik dan menolak kemanusiaanNya, ini dikategorikan sebagai injil/Yesus yg lain, sudah tentu mereka yg sebaliknya hanya menerima aspek kemanusian Yesus dan menolak keilahiannya juga bisa dikategorikan injil/Yesus yg lain. Yudas 1:4 ... dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus.

Perlu diluruskan pemahaman yg keliru bahwa Injil yg lain yg dimaksud Paulus dianggap berbicara tentang "kitab" padahal yang dimaksud adalah ajaran yg salah. Nanti kemudian pada abad ke-2 dan selanjutnya berbagai ajaran para bidat itu kemudian ditulis dalam kitab-kitab yg dikenal sebagai injil apokrif. Menachem Ali mencoba mengacaukan hal ini, dengan mempersoalkan masalah kanonisasi Perjanjian Baru yang point utamanya beranggapan bahwa injil kanonik dianggap tidak berbeda atau setara dengan injil apokrif lainnya, bahkan mencoba menekankan beberapa aspek dalam injil apokrif tertentu diatas injil kanonik, termasuk mengungkit masalah injil "palsu" Barnabas. Selain itu banyak polemikus muslim beranggapan Yesus telah menerima kitab injil yg kemudian "injil" ini yang dikabarkan oleh Yesus.

Masalah seputar kanonisasi Perjanjian Baru ini akan dibahas berikutnya. Tulisan ini sifatnya sebagai pengantar agar kita memahami konteks penyebutan Injil/Yesus yg lain, untuk selanjutnya jadi acuan kita menilai pengajaran Injil/Yesus yg lain yang berkembang pada masa-masa berikutnya.
Share:

Menjawab Klaim: Bible pun tidak "selevel" Hadits

Tulisan ini merupakan tanggapan atas pernyataan seorang muslim bernama Elia Hanafi di Facebook tahun 2019. Beliau mencoba menilai Bible dari perspektif teologi Islam dengan membandingkannya dengan Hadits. Elia menyajikan keunggulan Hadits berdasarkan jalur periwayatannya (chain of transmission) yang ketat kemudian menilai Bible dengan standard tersebut. Hasilnya seluruh ayat Bible dianggapnya lemah (dhaif). Jika kita mencermati secara seksama maka kita bisa menemukan kelemahan mendasar dari argumentasinya. Kita akan mengulasnya secara ringkas dan untuk kajian lebih detail dapat berkembang dalam diskusi sub topik yang lebih spesifik.

Berikut kutipan lengkap atas tulisannya yang diberi judul Bible pun tidak "selevel" Hadits:

[[Nash nash yang terdapat pada hadits nabi di pastikan memiliki jalur periwayatan (chain transmision) yang sangat baik yang terconect/tersambung langsung pada "primary source" yaitu nabi muhamad Saw. jika sebuah hadits mendapati jalur riwayat "sanad" yang cacat maka status hadits menjadi lemah "dhaif" dan diantara beberapa "clasificated" antara lain adalah hadits mursal mudallas,mu'alaq. Mu'dhal dan hadits munqhati. Dalam tradisi kekristenan Mungkin saja Tak ada satupun nash yang terdapat di bible atau injil ini memiliki "chain transmision' yang terconect (tersambung) langsung dengan jesus atau"isa". jika saja metode hadits tersebut di pakai untuk "membongkar" injil, maka seluruh ayat bible termasuk dlm kategori dhaif. Semua masuk dalam klasifikasi yang disebut

Munqhati atau jalur nya terputus. Yang kedua Periwayat penulis penulis tsb tidak di ketahui "unknow"(majhul ). yang ketiga ketidakjelasan "sumber" nya (unknow).
Karena, Selain sanad harus tersambung tanpa putus. Nama nama periwayat "rowi" harus lah orang yang sangat terpercya "tsiqah". dan jika dalam nama periwayat ada yang cacat moral maka status berubah menjadi dhaif automaticly.

Saya tak melihat ada satu pun nash dalam injil yang memiliki persyaratan yang di sebuntukan di atas yang tersambung langsung pada jesus "isa. Dan 4 penulis dalam injil mathew mark luk dan jhon SEMUA bukan murid (hawariyun) jesus.
Dan sekali lagi jika kita di telaah singkat pada kaca mata (metode) yang di pakai hadits. Maka jelas injil berstatus "Dhaif" Terputus jalur. yang tulis siapa kita tak pernah tau dan asal usul nya pun tidak jelas. Thanks]]]]
Tulisan Elia Hanafi ini memang terkesan meyakinkan bagi mereka yang tidak paham perbandingan Bible & Hadits termasuk Quran secara komprehensif. Sebelum kita membahas point-pointnya terlebih dahulu kita bahas definisi dari objek yang dibandingkan tersebut.

Dalam sistem teologi Islam, Quran merupakan kumpulan dari firman Allah yang diwahyukan Allah ke Muhammad melalui perantaraan malaikat Jibril. Quran umumnya berisi perkataan Allah secara verbatim (kata demi kata) dan sangat sedikit narasi sejarah yang menyertai perkataan Allah tsb. Adapun narasi tentang kehidupan Muhammad sendiri termasuk peristiwa penerimaan wahyu tercatat dalam hadits. Maka untuk mengetahui sebab-sebab turunnya ayat dalam Quran (asbabun nuzul) rujukannya ke hadits.

Dalam PL atau Tanakh (versi Judaism) berbagai perkataan atau firman Allah tercatat dalam kitab yang juga berisi narasi peristiwa hadirnya perkataan Allah itu yang disampaikan melalui para Nabi seperti Musa, Yesaya dll termasuk catan kehidupan para nabi itu sendiri. Berbeda dengan PB khususnya Injil, karena tidak ada catatan firman Allah secara verbatim. Yesus tidak pernah mengatakan beginilah firman Allah "bla.. bla ..." melainkan apa yang dikatakanNya itulah firman Allah tanpa harus lewat perantara seperti para nabi dalam PL (Ibr 1:1-2) karena Dia adalah Firman yang menjadi manusia (Yoh 1:1,14). Dari perspektif Kristen, Yesus tidak diberikan Injil sebagaimana dikatakan Quran (QS Maryam 19:30) dan kata "Injil" yang disampaikan Yesus (Mrk 1:15, Mat 24:14) bukan merujuk pada sebuah kitab (Injil) sebagaimana didalilkan polemikus muslim melainkan berita kabar baik (Euangelion).

Dalam Injil tercatat kehidupan (biografi) Yesus secara kronologis mulai dari kelahiran, awal pelayanan sampai pada kematian, kebangkitan dan kenaikanNya. Model pencatatan secara kronologis seperti ini tidak ada dalam Quran & Hadits2 shahih kecuali dalam kitab Sirah Nabawiyah berupa hadith biografi Muhammad yang ditulis Ibn Ishaq. Adapun kitab lain dalam PB selain Injil kanonik terdiri atas surat-surat para rasul seperti Paulus, Petrus, Yohanes dll. Surat-surat para rasul ini bisa dibandingkan dengan pengajaran atau pendapat para sahabat nabi Muhammad yang tercatat dalam Hadits.

Berdasarkan uriaan ini, perbandingan secara komposisi isi tulisan: Bible PL = Quran plus Hadith; dan Bible PB = Quran plus Hadith Plus Sirah Nabawiyah.

Sekarang kita bahas proses & waktu penulisannya

Setelah berakhirnya perang Yamamah, Umar bin Khathab mengusulkan kepada khalifah Abu Bakar untuk dilakukan pembukuan (kodifikasi) Quran karena kekhawatirannya banyaknya penghafal Quran yang mati dalam perang. Kemudian ditunjuklah Zaid bin Tsabit untuk melakukan pengumpulan dan pembukuan Quran. Proses itu berlangsung sampai pada masa khalifah Uthman bin Affan dengan satu mushaf Quran yang standard dan berbagai versi Quran tdk standard diperintahkan Uthman untuk dimusnahkan. Waktu penulisan atau kodifikasi dilakukan setelah wafatnya Muhammad di thn 832 dan versi standard yang belum ada tanda bacanya telah ada pada abad ke-7 masih dlm abad yang sama dengan keberadaan Muhammad atau puluhan tahun setelah wafatnya Muhammad.

Namun berbeda dengan Hadith yang dikumpulkan dan ditulis nanti pada abad ke-9 yaitu Bukhari (194/255 H/810/869 M), Muslim (204/261 H/819/875M), Tirmidzi (209/279 H/824/892 M), Nasa’i (214/303 H/829/915 M), Abu Dawud (203/275 H/818/888 M) dan Ibnu Majah (209/295 H/824/908 M). Jarak antara penulisan Hadits dengan masa kehidupan Muhammad sekitar 200an tahun. Masih lebih dekat Sirah Nabawiyah yang ditulis Ibn Ishaq (85/150-159 H 704/761-770 M) yang berada di abad ke-8.

Bagaimana dengan Bible?
Untuk Bible PB yang terdiri atas keempat injil kanonik serta kitab & surat lainnya ditulis pada abad pertama yang jaraknya puluhan tahun sejak kenaikann Yesus ke surga pada sekitar tahun 30an. Dari segi waktu penulisan Bible PB mirip dengan penulisan Quran yaitu ditulis pada saat para saksi mata masih hidup. Menurut catatan sejarah penulis injil kanonik hanya empat orang yang merupakan bagian dari 12 murid Yesus (Matius & Yohanes) dan murid-murid lainnya yaitu Markus berdasarkan Petrus dan Lukas berdasarkan informasi langsung dari para murid & dari kitab sebelumnya (Injil Markus & Matius). Hal ini bisa disejajarkan dengan Ubay bin Ka'ab, Abdullah bin Mas'ud, Abdullah bin Abbas, serta Zaid bin Tsabit dalam pencatatan Quran. Zaid bin Tsabit paling cocok jika disandingkan dengan Lukas karena keduanya melakukan kompilasi atas kitab/musbhaf sebelumnya disamping informasi lain yang didapatkanya.

Namun perbedaannya, dalam kekristenan awal tidak ada otoritas tunggal yang melakukan standarisasi antar kitab2 injil kanonik yang ditulis pd abad ke-1 tsb. Berbeda dengan standarisasi Quran yang dilakukan khafilah Uthman bin Affan yaitu mushaf Quran yang disusun Tsaid bin Tsabit. Sedangkan versi lainnya termasuk mushaf versi Ubay bin Kaab, Abdullah bin Mas'ud dll dimusnahkan. Catatan lengkap berbagai versi Quran yang ada pada masa itu bisa dilihat dalam buku Fihrist yang ditulis sejarawan Arab Al-Nadim. Beberapa kutipan teks dari versi Quran itu tercatat dalam Kitab Al Masahif tulisan Ibn Abi Dawud.

Untuk Bible PB, pada abad awal di beberapa jemaat di berbagai wilayah belum memiliki salinan yang lengkap keempat injil kanonik dan surat2 lainnya dlm PB. Namun seiring waktu proses sirkulasi terjadi sehingga koleksi jemaata & para bapa gereja semakin banyak sebagaimana ditunjukan daftar kitab PB yang telah dikenal bapa2 gereja seperti justin martir, ireneus dll yang umumnya telah mengenal & menerima keempat injil kanonik. Berbagai injil apokrif seperti injil Thomas, injil Petrus dll nanti muncul mulai abad ke-2 s/d 4 yaitu setelah matinya para saksi mata. Para bapa gereja telah mengenal hal ini, sehinggal injil apokrif ini tdk masuk dlm daftar kanon PB. Namun demikian tidak ada perintah untuk memusnahkan injil apokrif ini dan injil2 apokrif ini sampai saat ini salinannya masih ada.

Sekarang kita masuk pada inti pembahasan tentang hadits. Elia Hanafi begitu mengunggulkan sistem periwayatan Hadits melalui Isnad (chain of transmission). Namun setelah kita melihat jarak antara masa hidup Muhammad dengan proses kompilasi dan pembukuan hadith ini yang jaraknya 200an tahun dibandingkan dengan Bible khususnya PB yang hanya puluhan tahun atau pada masa para saksi mata masih hidup, maka point "Isnad" yang diajukan Elia Hanafi menjadi tidak relevan. Point "Isnad" ini mengacu pada Oral Tradition yang juga ada dalam budaya Israel. Namun dlm penulisan injil kanonik dan kitab/surat lainnya ditulis oleh para saksi mata langsung, kecuali Markus berdasarkan kesaksian Petrus dan Lukas dari para murid. Penulisan kitab PB yang mengacu pada Oral Tradition jelas masih dekat dengan lingkaran saksi mata seperti kata Paulus dlm 1 Kor 15 "... telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri...", tidak seperti hadith yang berdasarkan informasi dari a, a dari b, b dari c dst.

Kita analogikan dengan ilustrasi permainan telepon-teleponan, pesan dari pengirim awal bisa berbeda dengan penerima akhir karena terjadi distorsi diantara beberapa orang perantara. Hal ini bisa terjadi dengan hadith buktinya ada begitu banyak hadits yang dikategorikan dhoif. Misalnya hadits shahif Bukhari, dari 600.000 hadist, Bukhari hanya memilih sekitar 2.761 hadits. Demikian juga hadits shahih Muslim hanya 4.000 dari 300.000 dan hadits shahih lainnya. Silahkan dikoreksi kalau datanya keliru. Salah satu indikator hadits shahih yaitu periwatnya yang dpt dipercaya, lalu bagaimana seandainya keterangan ttg profil dr periwayat itu tdk valid atau justru dari data yang sedang dibuktikan keshahihannya, ini menjadi circular reasoning. Selain itu hadith biografi Muhammad oleh Ibn Ishaq yang lebih awal dibanding hadits shahih seperti Bukhari dll, justru dalam detail dipertanyakan dalam hadits-hadist sahih tsb. Bukannya beberapa detail dalam Sirah Nabawiyah itu problematik dengan data sejarah lainnya.

Berdasarkan hal ini maka point Isnad dalam hadith untuk memeriksa shahih tidaknya sebuah hadith dari ribuan detail hadith yang ada, tidak relevan diterapkan ke Bible PB. Karena proses kompilasi Bible PB telah terjadi pada abad pertama oleh para saksi. Kalau begitu apa yang menjadi dasar menyatakan Bible PB yang ditulis pd abad ke-1 itu tetap sama pada abad berikutnya bahkan sampai saat ini? Jawabannya Manuscript PB & tulisan bapa2 gereja! yaitu bertumpu pada written tradition dibanding oral tradition.

Share:

Belajar Semangat & Cara Berapologetika Paulus

Banyak orang melihat Paulus hanya identik dengan penginjilan padahal dalam misi penginjilannya terdapat apologetika yang luar biasa. Tantangan yang dihadapi Paulus tidak hanya dari orang-orang sebangsanya pihak Yudaisme tetapi juga orang-orang Yunani & Romawi yang masih menganut paganisme dan filsafat ala Plato, Stoa, Epikurean dll. Bahkan tantangan dari kalangan orang percaya juga muncul seperti bidat nomianisme yang mengajarkan bahwa keselamatan tidak hanya lewat Kristus tetapi juga menjalankan Taurat. Syukurlah Konsili Yerusalem ikut menegaskan posisi Paulus yang sangat keras atas bidat ini seperti tercermin dalam suratnya Galatia. Dalam kesempatan ini, mari kita belajar semangat dan cara berapologetika Paulus melawan para penentangnya.

Kis 17:1 Paulus dan Silas mengambil jalan melalui Amfipolis dan Apolonia dan tiba di Tesalonika. Di situ ada sebuah rumah ibadat orang Yahudi.
Kis 17:2 Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci.
Kis 17:3 Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata: "Inilah Mesias, yaitu Yesus, yang kuberitakan kepadamu."
Kis 17:4 Beberapa orang dari mereka menjadi yakin dan menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas dan juga sejumlah besar orang Yunani yang takut kepada Allah, dan tidak sedikit perempuan-perempuan terkemuka.
Kis 17:5 Tetapi orang-orang Yahudi menjadi iri hati dan dengan dibantu oleh beberapa penjahat dari antara petualang-petualang di pasar, mereka mengadakan keributan dan mengacau kota itu. Mereka menyerbu rumah Yason dengan maksud untuk menghadapkan Paulus dan Silas kepada sidang rakyat

Paulus saat di Tesalonika mencari rumah ibadat atau sinagoge karena disitulah dia dapat bertemu dengan komunitas orang Yahudi diaspora. Tiap Sabat berturut-turut dia berupaya mengajarkan bagian-bagian kitab suci yaitu teks-teks nubuatan mesianik yang digenapi oleh Yesus sebagai Sang Mesias. Banyak orang Yahudi yang percaya termasuk orang Yunani yang convert ke Yudaisme atau yg sudah ikut menyembah YHWH. Namun ada yang menentang dan menjadi provokator untuk menyerang Paulus.


Jika di Tesalonika orang-orang Yahudi banyak yg jadi penentang, sebaliknya di Berea mereka lebih terbuka atau lebih baik hatinya. Semangat belajar firman mereka sangat tinggi dan kritis terhadap berbagai informasi dengan mengujinya berdasarkan kitab suci.
Kis 17:11 Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.
Kis 17:12 Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani.
Semangat orang Yahudi di Berea ini patut dicontoh oleh jemaat Kristen masa kini yaitu semangat mereka untuk belajar kebenaran firman Tuhan. Tantangan kembali dijumpai Paulus saat dia berada di Efesus karena ada orang-orang yang keras hati bahkan mengumpat kekristenan yang disebut sekte Jalan Tuhan saat itu.
Kis 19:8 Selama tiga bulan Paulus mengunjungi rumah ibadat di situ dan mengajar dengan berani. Oleh pemberitaannya ia berusaha meyakinkan mereka tentang Kerajaan Allah.
Kis 19:9 Tetapi ada beberapa orang yang tegar hatinya. Mereka tidak mau diyakinkan, malahan mengumpat Jalan Tuhan di depan orang banyak. Karena itu Paulus meninggalkan mereka dan memisahkan murid-muridnya dari mereka, dan setiap hari berbicara di ruang kuliah Tiranus.
Pada titik tertentu mereka yang sudah "kebal" itu harus ditinggalkan untuk memaksimal waktu yang ada menjangkau yang lain termasuk orang non Yahudi yang dijumpai Paulus setiap hari di ruang kuliah Tiranus.
"The detail about the lecture hall derives from local tradition. Paul is pictured here as a wandering philosopher" (Hans Concelman, Act of the Apostles, Hermenia, Fortress Press, 1988).
Pada pasal terakhir dalam kitab Kisah Para Rasul, Paulus tercatat melakukan diskusi dengan orang-orang Yahudi di Roma yang kemungkinan dilakukan pada masa-masa akhir sebelum dia dihukum mati oleh kaisar Nero.
Kis 28:23 Lalu mereka menentukan suatu hari untuk Paulus. Pada hari yang ditentukan itu datanglah mereka dalam jumlah besar ke tempat tumpangannya. Ia menerangkan dan memberi kesaksian kepada mereka tentang Kerajaan Allah; dan berdasarkan hukum Musa dan kitab para nabi ia berusaha meyakinkan mereka tentang Yesus. Hal itu berlangsung dari pagi sampai sore.
Kis 28:24 Ada yang dapat diyakinkan oleh perkataannya, ada yang tetap tidak percaya.
Dalam diskusi seharian itu Paulus menyajikan argumentasi tentang Yesus berdasarkan Torah & kitab para nabi. Sudah tentu dalam diskusi ini kembali membahas berbagai ayat-ayat dalam Tanakh sebagai prooftext nubuatan mesianik yang mengarah ke Yesus. Ada yang diyakinkan tetapi ada juga tetap tidak percaya. Saya membayangkan dalam konteks masa kini ibarat Dr. Michael Brown seorang Jewish believer & pihak Jewish Missionary lainnya yang coba menyakinkan orang Yahudi termasuk para rabbi-rabbinya. Ada yang percaya ditandai semakin besarnya kelompok jews messianic namun banyak juga yang menolak bahwa menentang keras dengan melakukan counter missionary. Jika di Efesus ada orang Yahudi yang sampai mencemooh Jalan Tuhan, mungkin kalau masa kini ibarat Rabbi Tovia Singer yang mengolok-olok kekristenan yang dianggap sebagai Avodah Zarah (idolatry)

Dalam kisah penginjilan Paulus, dia tidak hanya menyasar orang-orang Yahudi diaspora tetapi juga orang-orang non Yahudi yang sangat kuat dengan budaya paganisme & filsafatnya. Selain di ruang kuliah Tiranus di Efesus juga di Areopagus di Athena kota pusatnya para filsuf.
Kis 17:22 Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata: "Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa.
Kis 17:23 Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.
Dalam diskusi dengan orang2 Yunani itu termasuk para filsufnya, sepertinya dia kurang menyajikan prooftext ayat-ayat nubuatan mesianik dalam Torah & Kitab para nabi melainkan menggunakan pendekatan logis seperti dalam pembuktian eksistensi Allah. Mungkin dalam konteks modern seperti mendebat para ateist atau agnostic dengan Kalam/Cosmological Arguments & Teleological Arguments.

Pola berapologetika menghadapi berbagai filsafat yang kosong & palsu ini, juga dia ingatkan kepada jemaat melalui surat-suratnya.
2 Kor 10:5 Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,
Kol 2:8 Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.
Apa yang bisa kita pelajari dari hal ini? Kita bisa melihat semangat apologetika Paulus dalam penginjilannya, juga pendekatan apologetika yang dilakukan Paulus yang sifatnya kontekstual. Ada saat-saat dia memberitakan injil di ruang publik atau ditempat ibadah dengan menyajikan pesan-pesan secara apologetis sederhana. Namun ada saat dia menyiapkan waktu khusus untuk pembahasan secara mendalam bahkan diskusi seharian seperti saat di Roma.

Hal menarik lainnya saat berhadapan dengan orang Yahudi, pendekatannya tentu pada teks-teks mesianik dalam Tanakh yang biasa dikenal sebagai apologetika evidensial. Sebaliknya saat berdiskusi dengan orang Yunani atau Romawi pendekatan yang dia lakukan cenderung pada apologetika presaposisi. Saya kira kedua pendekatan apologetika ini sama-sama baik tinggal pemilihan pendekatannya disesuaikan dengan posisi lawan diskusi. Bahkan tidak jarang kita bisa menggunakan kombinasi keduanya.
Share:

Yesus Pencipta atau Ciptaan? Eksegese Kolose 1:15-18

Kol 1:15  Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, 

Kol 1:16  karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. 

Kol 1:17  Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. 

Kol 1:18  Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. 


 Pihak Unitarian memahami bahwa Yesus adalah ciptaan pertama kemudian melalui Yesus alam semesta diciptakan. Argumentasi pertama mereka mengacu pada tafsiran kata PROTOTOKOS (Sulung) yang diartikan "pertama" sebagaimana kata sulung yg digunakan untuk anak pertama. Argumentasi kedua yaitu akata DIA yang diartikan "Melalui" untuk menunjukan bahwa Yesus hanya perantara Allah dalam melakukan penciptaan.


Untuk memperkuat point mereka atas tafsiran kata PROTOTOKOS, mereka merujuk pada ayat 18 yang menyatakan bahwa Yesus yang pertama (PROTOTOKOS) bangkit dari antara orang mati berarti Yesus adalah bagian dari orang yang pernah mati. Sehingga dengan kata yang sama Yesus juga dianggap bagian dari ciptaan. Mereka kemudian menggunakan kajian gramatikal bahwa kata PROTOTOKOS yangg berkaitan dengan kasus genitif pada kata KTISEOS merupakan Partitive Genitif yang berarti kata Sulung (PROTOTOKOS) adalah "bagian dari" ciptaan (KTISEOS).


Terlihat argumentasi mereka cukup meyakinkan, namun jika kita menelitinya secara mendalam, justru kita mendapatkan kesimpulan yang sebaliknya. Pertama-tama tentang kata PROTOTOKOS, kata ini secara literal memang berarti anak yang pertama misalnya Ruben anak sulung Yakub (Kej 46:8), penyebutan tulah ke anak Sulung di Mesir dan lain-lain. Namun prototokos juga memiliki arti figuratif, misalnya Allah menyebut Efraim sebagai anak Sulung (Yer 31:9b) padahal sebenarnya Efraim adalah anak bungsu adik dari Manasye (Kej 48:14), juga Daud disebut sebagai anak Sulung (Maz 89:28) padahal ia adalah anak bungsu dari Isai. Makna protokos figuratif disini berarti KEUTAMAAN.


Sekarang kita perhatikan Kol 1:18, oleh LAI diterjemahkan secara dinamis menjadi "yang pertama bangkit dari antara orang mati",  dalam terjemahan KJV dituliskan "the firstborn from the dead". Namun apapun terjemahannya, apakah berkaitan dengan kematian atau kebangkitan yang jelas Yesus bukanlah yang pertama mati atau bangkit, karena sebelumnya sudah ada pernah bangkit seperti Lazarus. Ini berarti kata PROTOTOKOS dalam ayat ini tidak tepat diartikan secara literal sebagai yang "pertama" secara kronologis waktu. Demikian pula kata PROTOTOKOS dalam ayat 15 juga tidak tepat diartikan sebagai yang "pertama" dari ciptaan Allah. Jika Paulus memang bermaksud mengajarkan bahwa Yesus adalah ciptaan yang pertama, maka dia akan menggunakan kata PROTOKTISTOS. Dari data ini point awal mereka bahwa Yesus adalah ciptaan pertama jelas tidak kuat.


Namun mereka menyusun argumentasi berikut bahwa walaupun kata PROTOTOKOS tidak diartikan sebagai pertama, namun Yesus tetap bagian dari ciptaan. Sebagaimana kata itu yang mengaitkan Yesus dengan orang mati, bahwa Yesus juga adalah bagian dari orang mati walaupun tidak harus yang pertama mati atau bangkit. Untuk itu mari kita cermati makna kata PROTOTOKOS pada ayat 18 ini. Karena kata ini tidak diartikan secara literal makna kita harus mencari maknanya pada arti figuratif yaitu KEUTAMAAN maka makna yang tepat terkait kedaulatan Dia atas kematian.

1 Kor 15:55  Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" 

Yoh 2:19  Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali."

Hal ini sejalan dengan kalimat sebelumnya "Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat", Yesus bukanlah bagian dari jemaat atau orang-orang percaya tetapi dia disebutkan sebagai kepala atas jemaat yang menunjukan keutamaanNya atas orang-orang percaya. Kalimat berikutnya pada ayat 18 semakin memperjelas pengertian ini "Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu". Kata "segala sesuatu" (TA PANTA) ini sinonim dengan kata "ciptaan Allah" pada ayat 15, maka sudah tepat kata PROTOTOKOS pada ayat 15 diartikan "lebih utama dari segala sesuatu". So jelaslah pada ayat 18, walaupun Yesus memang secara manusia pernah mati, tetapi kata Prototokos di sini tidak sedang berbicara "bagian dari" orang mati. Tetapi pada makna figuratifnya yaitu KEUTAMAAN Yesus atas kematian dan pesan yang sama juga terdapat pada ayat 15 yaitu KEUTAMAAN Yesus atas segala ciptaan. Bandingkan dengan ayat berikut yang menyebutkan kata PROTOTOKOS kepada Yesus. Kata ini justru menunjukan superioritas Yesus bahkan dalam kitab Ibrani dikatakan semua malaikat harus menyembah Dia.

Ibr 1:6  Dan ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: "Semua malaikat Allah harus menyembah Dia." 

Point mereka berikutnya tentang Partitive Genitif bahwa kata PROTOTOKOS sebagai "bagian dari" ciptaan, namun ini bukanlah satu-satunya kemungkinan secara gramatikal, karena terdapat kemungkinan jenis genitif  lain yang dapat diterapkan di sini seperti genitive of subordination dan Genitive of Reference. Menurut Daniel Wallace dalam bukunya Greek Grammar Beyond the Basic, Zondervan, 1996. Kol 1:15 dapat diterapkan Genitive of Reference dan dua alternatif genitif lainnya "who is. . . the first-born with reference to all creation.. The other possibilities are partitive and subordination.. However, a gen. of subordination is, in all probability, the best option". Menurut Wallace kemungkinan terbaik adalah genitive of subordination. Ini sejalan dengan terjemahan NIV "firstborn over all creation".

".. Though some regard this genitive to be partitive (thus, firstborn who is a part of creation), both due to the lexical field of “firstborn” including “preeminent over” (and not just a literal chronological birth order) and the following causal clause (“for [o[ti] in him all things were created”)–which makes little sense if mere chronological order is in view, it is far more likely that this expresses subordination..".

Karena kata PROTOTOKOS yang digunakan di sini bukan dalam pengertian literal tetapi figuratif, maka kemungkinan Partitive Genitive adalah yang paling lemah. Untuk memastikannya, kita perlu melihat konteksnya.

Kol 1:15 ... yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, 

Kol 1:16  karena (hoti) di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan...


Perhatikan adanya kata sambung "karena" (hoti) yang menunjukan hubungan langsung dengan kalimat berikutnya. Pada ayat 16 sangat jelas disebutkan Dia telah menciptakan "segala sesuatu" (TA PANTA), maka pada ayat 15 tidaklah tepat dikatakan bahwa Yesus adalah bagian dari segala sesuatu. Bandingkan jika Yesus dianggap bagian dari ciptaan, kalimatnya bisa jadi seperti ini ... " Ia adalah ciptaan pertama karena dalam Dia telah diciptakan segala sesuatu.." yang berarti Yesus menciptakan diriNya sendiri, ini jelas absurd.


Pihak unitarian mencoba berkelit bahwa "segala sesuatu" tidak berarti Bapa adalah bagian dari segala sesuatu. Lalu mendefinisikan ulang kata "segala sesuatu" itu terkecuali Bapa berarti Yesus bagian dari segala sesuatu. Jelas tafsiran ini mengada-ada. Memang Bapa bukan bagian dari segala sesuatu karena yang dimaksudkan segala sesuatu adalah seluruh ciptaan. Namun sangat jelas Yesus DIBEDAKAN dengan kata "segala sesuatu" yang berarti Dia juga bukan bagian dari segala sesuatu sama seperti Bapa. Hal yang sama juga ditegaskan dalam Yoh 1:3  Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. 


Argumentasi terakhir Unitarian yaitu mengangkat kata DIA. Memang kata DIA bisa saja berarti "Melalui" tetapi dengan adanya kata AUTO yang menyusul jelas menunjukan Yesus "sendiri"lah yang menciptakan. Apalagi ditambah dengan adanya kata EIS "untuk" yang bermakna pada kepemilikan atas segala sesuatu semakin mempertegas Yesus adalah Pencipta. Bandingkan hal yang serupa juga ditujukan kepada Allah Bapa:

Rom 11:36 Sebab segala sesuatu adalah dari (ek) Dia, dan oleh (dia) Dia, dan kepada (eis) Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!


Maka dari eksegese ini kita bisa simpulkan bahwa Yesus bukan ciptaan tetapi Sang Pencipta. Pemahaman unitarian yang beranggapan bahwa Allah memerlukan bantuan dari ciptaan untuk menciptakan ciptaan lainnya jelas sebuah Eisegese. Malah dalam Perjanjian Lama ditegaskan hanya Allah sendiri yang menciptakan langit bumi dan segala isinya.

Yes 44:24  Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, yang membentuk engkau sejak dari kandungan; "Akulah TUHAN, yang menjadikan segala sesuatu, yang seorang diri membentangkan langit, yang menghamparkan bumi--siapakah yang mendampingi Aku?

Share:

Menjawab Problematika Kanonisasi Perjanjian Baru

Beberapa waktu yang lalu seorang polemikus muslim bernama Fach Rudin (FR) menulis kajian kritis atas kanonisasi PB dengan judul "Merekonstruksi Ulang Kanon PB". Dalam kajiannya dia membuat daftar nama-nama kitab yang diterima oleh bapa-bapa gereja. Adanya perbedaan daftar masing-masing bapa gereja menjadi point baginya untuk mempermasalahkan kanonisasi PB. Kita akan membahas point utama tentang perbedaan daftar kanon PB ini, adapun point-point lainnya seperti tuduhan FR bahwa kitab-kitab PB tidak diketahui penulisnya, masalah waktu penulisan dll akan dibahas tersendiri. Berikut ini kutipan dari tulisannya termasuk daftar kitab tersebut yang cukup bermanfaaat untuk diketahui.


TULISAN FR:
PB merupakan sekumpulan hasil karya yang anonim. Dengan tidak diketahui siapa penulisnya, kredibilitasnya, waktu dan tempat penulisannya, hal itu membuktikan bahwa PB adalah sebuah kumpulan berbagai kitab yang telah membangun iman Kristen, tanpa adanya dasar yang bisa dipertanggung jawabkan. Bagi kebanyakan Kristiani, bahwa pengkanonan PB sudah final, tanpa adanya yang bisa mengganggu gugat baik tentang proses pengkanonan maupun isi kitb yang dikanonkan. Dan menurut saya, hal itu justru akan membuka pintu lebar-lebar untuk masuknya dogma bagi Kristiani dewasa ini, atas permasalahan keotentikan PB.

Ternyata adanya silang pendapat dikalangan Kristen, bukan pada zaman ini saja. Tetapi pada zaman Bapak-bapak Gereja dizaman Kristen Purba pun, ternyata telah terjadi silang pendapat perihal tentang kitab apa saja yang menurut keyakinan mereka sendiri itu adalah kitab bisa diterima dan diyakini kebenarannya, semisal :
1. Ignatius dari Antiokhia, cuma menerima kitab : Injil Matius, Injil Lukas, Kisah Para Rasul, Roma, 1 Korintus, Efesus, Kolose, dan 1Tesalonika.
2. Polikarpus, uskup Yunani Smyrna (sekarang Izmir, Turki) yang lahir 70-155 Masehi, menerima : Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Kisah Para Rasul, Roma, 1Korintus, 2Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, 1Tesalonika, 2Tesalonika, 1Timotius, 2Timotius, Ibrani, 1Petrus, 1Yohanes dan 2Yohanes.
3. Marcion, anak dari uskup Sinope, menerima : Injil Lukas, Galatia, 1Korintus, 2Korintus, Roma, 1Tesalonika, 2Tesalonika, Efesus (Marcion menyebutnya dengan Laodikia), Kolose, Filemon, Filipi.
4. Valentinus, pendiri sekolah Romawi dan Gnostik Aleksandria, menerima : Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes, Roma, 1Korintus, 2Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1Petrus, 1Yohanes, Wahyu, Injil Kebenaran dan Khotbah Peter.
5. Justin Martyr, menerima : Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes, Wahyu.
6. Irenaeus dari Lyons, menerima : Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes, Kisah Para Rasul, Roma, 1Korintus, 2Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1Tesalonika, 2Tesalonika, 1Timotius, 2Timotius, Titus, 1 Petrus, 1Yohanes, 2Yohanes, Wahyu, 1Clement, Gembala Hermas.
7. Clement dari Alexandria (Titus Flavius Clemens), menerima : Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes, Kisah Para Rasul, Roma, 1Korintus, 2Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1Tesalonika, 2Tesalonika, 1Timotius, 2Timotius, Titus, Ibrani, 1Peter, 1Yohanes, Yudas, Wahyu, Injil Mesir, Injil Ibrani, Tradisi Mathias, Khotbah Petrus, 1Clement, Surat Barnabas, Didache, Gembala Hermas, Wahyu dari Petrus.
8. Tertullian dari Chartage, menerima : Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes, Kisah Para Rasul, Roma, 1Korintus, 2Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1Tesalonika, 2Tesalonika, 1Timotius, 2Timotius, Titus, Filemon, Ibrani, 1Peter, 1Yohanes, Yudas, Wahyu, Injil Mesir, Injil Ibrani, 1Petrus, 1Yohanes, Yudas, Wahyu.
9. Origen, menerima : Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes, Kisah Para Rasul, Roma, 1Korintus, 2Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1Tesalonika, 2Tesalonika, 1Timotius, 2Timotius, Titus, Filemon, Ibrani, 1Petrus, 1Yohanes, Yudas, Wahyu.
10. Eusibius, menerima : Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes, Kisah Para Rasul, Roma, 1Korintus, 2Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1Tesalonika, 2Tesalonika, 1Timotius, 2Timotius, Titus, Filemon, Ibrani, 1Petrus, 1Yohanes, Wahyu.
11. Anathasius dari Aleksandria, menerima : Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes, Kisah Para Rasul, Roma, 1Korintus, 2Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1Tesalonika, 2Tesalonika, 1Timotius, 2Timotius, Titus, Filemon, Ibrani, Yakobus, 1Petrus, 2Petrus, 1Yohanes, 2Yohanes, 3Yohanes, Yudas, Wahyu.
12. Didimus Blind, menerima : Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes, Kisah Para Rasul, Roma, 1Korintus, 2Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1Tesalonika, 2Tesalonika, 1Timotius, 2Timotius, Titus, Ibrani, Yakobus, 1Petrus, 2 Petrus, 1Yohanes, Injil Ibrani, 1Clement, Surat Barnabas, Didache, Gembala Hermas

Perbedaan untuk menerima dan meyakini kitab-kitab yang sah menurut mereka, ternyata antara satu bapak gereja dengan bapak gereja lainnya, saling berbeda antara satu sama lainnya. Dan daftar kitab yang sesuai dengan PB yang digunakan oleh Kristiani dewasa ini, hanya yang digunakan oleh Anathasius dari Aleksandria saja yang sesuai, selain itu mereka saling berbeda pendapat. Dari 12 orang daftar nama-nama bapak gereja, 1 diantaranya sesuai dengan PB saat ini. Padahal pandangan dari bapak-bapak gereja selain Anathasius, selalu dijadikan rujukan oleh Kristiani untuk memberikan bukti akan adanya keotentikan PB di zaman Kristen Purba. Perbedaan pandangan atas kitab yang diakui oleh masing-masing Bapak Gereja, membuktikan bahwa peran Roh Kudus tidak ada dalam memainkan perannya dalam memberikan inspirasi kepada mereka untuk menetapkan kitab mana yang di akui oleh Tuhan dan terilhami, tanpa harus melewati berbagai konsili yang berbau politik.

TANGGAPAN:
FR mengangkat masalah pengilhaman dengan mempertanyakan status pengilhaman bapa gereja berdasarkan data yang terlihat kontradiktif pada daftar kitab PB diantara bapa gereja. Namun konsep pengilhaman dalam konteks biblika adalah berkaitan dengan penulisan  kitab-kitab suci dimana para penulis diilhami Roh Kudus tanpa mengabaikan karakteristik dari penulis tersebut, sehingga memberi warna berbeda dalam model & gaya penulisan masing-masing penulis. Nah.. dalam konteks bapa gereja bukan dipahami dengan konsep pengilhaman seperti itu, namun sifatnya lebih umum berupa penyertaan Allah kepada gerejaNya dalam sebuah proses alami berupa pengajaran yang berkesinambungan (paradosis katakete) dari para rasul ke murid-murid para rasul dan terus berlanjut ke generasi berikutnya. So.. kita harus melihatnya secara komprehensif bahwa status kanonik kitab-kitab dlm PB telah dikenal sejak awalnya & secara umum diakui oleh bapa-bapa gereja (homologoumena). Perbedaan pendapat memang ada namun hanya pada kitab-kitab tertentu yang memang diperdebatkan (antilegomena).

Dalam Islam konsep pengilhaman kitab suci berbeda dengan kekristenan, karena konsep pengilhaman wahyu Allah dalam Islam sifatnya verbatim yang di-diktekan Jibril kepada Muhammad melalui pertemuan langsung (di gua Hira), mimpi, penglihatan (vision) dan lain=lainc. Sehingga dikatakan Quran diturunkan kepada Muhammad demikian pula nabi-nabi sebelumnya Taurat kepada Musa, Injil kepada Isa(Yesus). Yah ini konsep teologis Islam yang dalam fakta sejarahnya tidak ada bukti bahwa Yesus diberikan kitab Injil atau menuliskan/mengkompilasi isi Injil seperti proses pewahyuan Quran kepada Muhammad. Quran sendiri belum dibukukan saat Muhammad masih hidup yang ada masih berupa hafalan-hafalan dari para hafidz/quraa yang nanti dibukukan oleh Zaid bin Tsabit atas perintah Abu Bakar setelah berdiskusi dengan Umar. Selanjutnya pada masa khalifah Uthman dilakukan standarisasi Quran dan versi-versi yang berbeda dibakar.

FR mencoba menerapkan konsep pengilhaman seperti ini kepada bapa-bapa gereja berkaitan dengan kanonisasi PB, maka pertanyaan PERTAMA untuk FR, apakah Uthman memiliki otoritas ilahi atau diilhami Allah untuk menentukan mana bagian Quran yang benar dari berbagai versi yang ada? Bagaimana dengan versi yang berbeda dengan mushaf sahabat Muhammad lainnya seperti Ubay bin Kaab, Mashud, apakah mereka ini tidak diilhami?

Selain Quran dalam Islam juga dikenal Hadist yang berisikan catatan-catatan para perawi mengenai berbagai tindakan atau perkataan Muhammad yang diingat oleh sahabat Muhammad dan diteruskan ke beberapa orang secara sambung menyambung. Selanjutnya oleh imam Bukhari & beberapa perawi terakhir mengoleksinya dalam kumpulan hadist yang berisi matan hadist & jalur sanadnya. Maka pertanyaan KEDUA untuk FR, apakah Bukhari diilhamkan Allah? lalu bagaimana dengan bagian dari hadist Bukhari yang dianggap Daif oleh ulama lainnya.

Penulisan kitab-kitab PB terjadi masih di era para rasul, hampir semua bible scholars dr berbagai spektrum teologis menempatkannya pada abad ke-1. Karena penulisannya terpisah-pisah oleh penulis yang berbeda maka pada saat itu di setiap daerah termasuk Yerusalem belum memiliki salinan lengkap PB. Namun seiring waktu terjadilah pertukaran salinan sehingga tiap daerah bisa memiliki beberapa versi injil termasuk injil Yohanes pasca penulisannya di akhir abad ke-1. Hal ini bisa terlihat dari tulisan bapa-bapa gereja awal seperti Ignatius & Polycarpus yang telah mengutip bagian-bagian dari PB. Maka pada abad ke-2 inilah beberapa orang mulai menuliskan daftar koleksi kitab-kitab yang mereka telah ketahui masing-masing.

Pasca era rasuli, beberapa murid dari para rasul di akhir abad ke-1 sampai awal abad ke-2 telah menulis surat-surat yang sifatnya penggembalaan kepada jemaat Allah. Seperti surat yang dituliskan oleh Ignatius, Polycarpus, Clement termasuk kitab Didakhe tentang pola hidup berjemaat. Kemudian berlanjut dengan tulisan bapa gereja lainnya seperti Justin Martyr, Ireneus, Tertulian dsb. Namun muncul juga tulisan yang ditulis para bidat khususnya mulai abad ke-2 pasca meninggalnya para rasul & saksi2 mata lainnya. Tulisan ini umumnya mencoba mengisi informasi yang tidak ada dalam injil kanonik misalnya masa kanak-kanak Yesus, termasuk menambah kisah-kisah imajinatif seperti narasi kebangkitan Yesus dengan penuh kemuliaan menampakan ke banyak orang sebagaimana tertulis dalam injil Petrus. Secara teologis tulisan ini umumnya sinkretisme kekristenan dengan gnostisisme dan biasanya menggunakan nama para rasul untuk nama kitabnya yang dikenal para scholar dengan term pseudonimity.

FR telah menyusun berbagai versi daftar koleksi kitab-kitab PB dari beberapa bapa gereja yang diantaranya terdapat kitab-kitab yang tidak masuk dalam kanon PB. FR membuat daftar tersebut tanpa mendalami permasalahan dibalik daftar tersebut. Marcion & Valentinus telah dikenal oleh bapa-bapa gereja sebagai bidat. Marcion hanya memilih injil Lukas dan hanya pada bagian tertentu yang dianggap sesuai dgn konsep bidatnya. Valentinus menyertakan Gospel of Truth namun ditolak oleh bapa gereja seperti Ireneus dalam bukunya Adversus Haereses, karena jelas mengandung paham gnostik, namun Valentinus sendiri telah mengenal keempat injil kanonik.

Point penting dari daftar tersebut, jika dicermati seksama begitu jelas semuanya menyebut keempat injil Kanonik mulai dari Justin Martyr, Ireneus, Tertulian, Origenes, Eusebius & Didimus the Blind. Secara khusus untuk Ignatius & Polycarpus walaupun tidak menyebutkan daftar kitab namun bisa terlihat dari kutipannya ke kitab-kitab PB. Saya perlu tambahkan daftarnya, referensi awal yang menyebut keempat injil kanonik diantaranya Muratorian Canon, konsili Laodekia, konsili Hippo, konsili Chartage, codex Sinaiticus, Peshita & Latin Vulgata. Jika dianggap ada "injil Yesus" yang asli, referensi mana yang menyebutkan hal tersebut? :-)

Memang dalam proses kanonisasi PB terdapat beberapa kitab yang diperdebatkan. Beberapa kitab yg diperdebatkan pada akhirnya diterima masuk dalam kanon PB seperti 7 (tujuh) kitab dalam PB antara lain; Wahyu, Yakobus, Yudas, Ibrani, 2 Petrus, 2 dan 3 Yohanes. Namun ada juga yang tidak masuk dalam kanon PB seperti Sheperd of Hermas & 1 Clement yang disebutkan oleh Ireneus. Bruce Metzger seorang ahli Textual Criticism & pakar tentang Kanonisasi PB yang menulis buku teks: Metzger, Bruce M. The Canon of the New Testament: Its Origin, Development, and Significance. Clarendon Press. Oxford. 1987, saat diwawancari Lee Strobel menyatakan terlambatnya kitab-kitab itu masuk dalam kanon PB menunjukan betapa hati-hatinyanya gereja mula-mula, mereka tidak langsung begitu saja menerima kitab-kitab tersebut tetapi memastikannya dengan teliti. Berbeda dengan 20 kitab lainnya termasuk keempat injil kanonik yang tidak ada mempertanyakannya.

Kitab-kitab seperti Sheperd of Hermas, 1 Clement dan lain-lain hanyalah berupa surat-surat penggembalaan yang ditulis setelah era para rasul. Kemungkinan Ireneus terkesan dengan surat tersebut sehingga dia memasukannya dalam daftar kanon PB versinya karena isi surat dianggap bermanfaat. Surat-surat ini sejajar dengan surat-surat yang ditulis Ignatius & Polycarpus, namun surat semacam ini walaupun bermanfaat tetap tidak dimasukan dalam kanon PB karena tidak berasal dari era para rasul. Sangat berbeda dengan injil apokrif seperti injil Petrus, injil Maria, Gospel of Truth dan lain-lain yang memang tidak dipertimbangkan masuk dalam kanon PB, karena jelas-jelas produk bidat pada abad belakangan bukan dari era para rasul. Bahkan beberapa bapa gereja menentang keras seperti Ireneus yang mengkritik Valentinus dengan kitab Gospel of Truth.

KONKLUSI
Tidak adanya beberapa kitab PB dalam daftar kitab beberapa bapa gereja bukan berarti mereka tidak menerima kitab-kitab lainnya melainkan kemungkinan kitab-kitab itu salinannya belum dimiliki. Mengingat pada masa itu proses sirkulasi & pertukaran kitab antar daerah atau pemimpin jemaat masih berlangsung.

Berbeda dengan beberapa bidat seperti Marcion yang memang tidak menerima kitab lainnya, karena kitab yang dipilihnya (injil Lukas) sesuai dengan pengajarannya dan itupun sudah dimodifikasi. Hal serupa juga pada bidat Ebionites yg hanya menerima injil Matius. Sedangkan bidat lainnya seperti Valentinus memasukan injil lain (Gospel of Truth) itupun dikritik bapa gereja lainnya, namun tidak ada bapa gereja yg menerima injil apokrif lain seperti injil Petrus, injil Thomas etc. Beberapa surat yg dimasukan seperti Sheperd of Hermas oleh Ireneus karena surat penggembalaan itu bermanfaat, namun tidak masuk dlm kanon PB karena tdk berasal dari para rasul. Silahkan simak juga tulisan lainnya ttg kanonisasi PB Link.

Ok, sebagai feedback untuk FR sebagai muslim yang mencoba merekonstruksi ulang kanon PB sesuai dengan pemahamannya. Maka pertanyaaan KETIGA, silahkan buatkan daftar kitab PB yang sesuai dengan sistem teologi Islam? Pertanyaan ini penting utk eksistensi Quran di hadapan data sejarah.
Share:

Mujizat Yesus & KeilahianNya

Dalam Perjanjian Baru tercatat Yesus banyak melakukan mujizat seperti membangkitkan orang mati, menyembuhkan orang sakit, menghentikan badai, memberikan makan 5000 orang, berjalan di atas air dan lain-lain. Eksistensi mujizat yang dilakukan Yesus dikoroborasi dengan berbagai dokumen extrabiblikal seperti Talmud (Sanhedrin 32a & 107b), Sybline Oracle, Celsus dll. Namun pihak Judaism & penulis pagan memandangnya secara negatif sebagai perbuatan sihir. Berbeda dengan Quran yang masih memandang positif bahwa mujizat Yesus karena kuasa dan ijin Allah. Pihak liberal scholars beranggapan lain bahwa mujizat Yesus hanyalah mitos yang diciptakan oleh pengikut Yesus. Keberatan pihak liberal scholars bukanlah keberatan historis melainkan filosofis yang anti supranatural karena banyaknya data historis mementahkan pandangan tsb. Diskusi seputar historitas mujizat Yesus dapat disimak dalam tulisan ini: http://apologiakristen.blogspot.co.id/2011/12/debat-historitas-mujizat-yesus.html

Hasil gambar untuk Jesus Miracle Lazarus

Pilihan logis yang tersedia dalam menilai eksistensi mujizat Yesus, yaitu apakah mujizat itu perbuatan sihir sesuai anggapan pihak Judaism & penulis pagan atau perbuatan berkaitan dengan kedaulatan Allah sebagaimana diimani pihak kekristenan & Islam. Titik ini merupakan salah satu titik perbedaan signifikan antara Islam & Judaism dalam konteks secara umum bahwa Yesus dianggap sebagai nabi palsu oleh Judaism sebaliknya oleh Islam tetap dianggap sebagai salah satu nabi. Namun bagaimana kaitan mujizat Yesus dengan keilahianNya, apakah mujizat itu membuktikan keilahianNya? Lalu bagaimana dengan nabi-nabi lain sebagaimana tercatat dalam Tanakh/PL yang juga melakukan mujizat?

Untuk membahas hal ini, saya mengambil klasifikasi mengenai status pembuat mujizat (miracle worker) menurut pendapat salah satu scholar Werner Kahl. Dia menjelaskan klasifikasi tersebut ".. I will refrain from using the term ‘miracle worker’ in my analysis, and introduce instead the terms ‘bearer of numinous power’ (?BNP) for subjects who incorporate healing power in themselves, ‘petitioner of numinous power’ (?PNP) for those whose function is to activate their gods through prayer, and ‘mediator of numinous power’ (?MNP) for those subjects who mediate a ?BNP’s numinous power for the performance of a miracle..". Werner Kahl, New Testament Miracle Stories in Their Religious-Historical Setting, Vandenhoeck & Ruprecht, 1994, p. 76.

Menurut Kahl terdapat 3 (tiga) kategori tentang status pembuat mujizat, pertama Bearer of Numinous Power (BNP) atau bisa diartikan pemilik kuasa Ilahi, kedua Petitioner of Numinous Power (PNP) atau pemohon kuasa Ilahi dan ketiga Mediator of Numinous Power (MNP) atau perantara kuasa ilahi. Selanjutnya kita lihat pendapat Eric Eve yang menjabarkan klasifikasi versi Kahl ini dalam kajian detail tentang miracle worker dari berbagai jewish literatur "...throughout the Old Testament and much other Jewish literature, the BNP is always Yahweh. When the prayer of an Elijah or a ?oni causes drought or brings rain, the prophet or holy man acts as a PNP. When the Red Sea parts at the smiting of Moses’ rod, Moses acts as an MNP...". Eve, E. (2002). Vol. 231: The Jewish Context of Jesus' Miracles. Journal for the Study of the New Testament. (16). London;  New York: Sheffield Academic Press.

Gambar mungkin berisi: teks

Dari hasil survey berbagai jewish literature seperti tulisan Josephus, Philo, berbagai literatur apokaliptik (Wisdom of Solomon), sejumlah teks Qumran dll, Eve menegaskan bahwa orang Yahudi selalu memandang bahwa hanya YHWH sebagai satu-satu BNP. Sedangkan nabi atau tokoh pembuat mujizat lainnya hanya masuk dalam kategori Pemohon (PNP) atau Mediator (MNP), contohnya Musa masuk kategori MNP dan Elia kategori PNP.

Bagaimana dgn Yesus, apakah Dia sebagai BNP, PNP atau MNP? dari kajian Eve setelah membandingkan berbagai figur dalam berbagai literatur, Eve mengkategorikan Yesus sebagai BNP ".. More importantly, Jesus differs from all other prophetic figures known about in Judaism .. in performing his miracles as a BNP.. The first is the consistency in the portrayal of Jesus as BNP rather than MNP or PNP throughout the tradition, despite the rarity of such a portrayal of a human figure elsewhere in Judaism.." Eve, E. (2002). Vol. 231: The Jewish Context of Jesus' Miracles. Journal for the Study of the New Testament. (386). London;  New York: Sheffield Academic Press.

Jika kita meneliti secara seksama bagaimana Yesus melakukan mujizat, maka kita menemukan pola yang khas dibandingkan nabi-nabi lainnya yang melakukan mujizat yaitu Yesus tidak melakukan permohonan untuk bisa melakukan mujizat. Misalnya dalam menyembuhkan orang yang lumpuh tidak ada catatan Yesus melakukan permohonan sebelumnya kepada Allah. Yoh 5:8-9  Kata Yesus kepadanya: "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah." Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan.

Demikian pula dalam konteks Mediator, berbagai mujizat yang terjadi pada masa Musa memperlihatkan peran dan inisiatif Allah untuk menunjukan mujizat seperti kuasa atas alam dengan mujizat membelah laut. Kel 14:16 "Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering". Berbeda dengan kuasa Yesus atas alam dengan memerintahkan langsung angin untuk berhenti. Mrk 4:39  Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. 

Lalu bagaimana dengan doa Yesus sebelum melakukan beberapa mujizat? doa yang dilakukan Yesus ini bukanlah doa untuk bermohon agar diberi kuasa untuk melakukan mujizat, melainkan doa ucapan syukur atau berkat (Mat 14:19, Luk 9:16, Yoh 6:11).
Mat 14:19  Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak.

Demikian pula saat Yesus membangkitkan Lazarus, Yesus bukan bermohon agar Lazarus dibangkitkan melainkan menaikan ucapan syukur kepada Bapa.
Yoh 11:41 ..Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. 
Yoh 11:42  Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." 
Yoh 11:43  Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!

Beberapa pihak memahami ayat ini sebagai penolakan atas keilahian Yesus dengan berargumen jika Yesus adalah Allah mengapa dia berdoa kepada Allah? Keberatan ini sebuah strawman argument terhadap ajaran Trinity dengan memahaminya dalam pengertian Sabellian, padahal dalam Trinity dibedakan antara Yesus dan Allah Bapa sehingga doa Yesus itu ditujukan kepada Allah Bapa. Demikian pula argumentasi bahwa Yesus hanyalah utusan, harus dipahami dalam konteks misi penyelamatan Allah kepada manusia dengan mengutus Sang Anak untuk menjalankan misi tersebut. Saya kira pembahasan masalah ini, perlu dibahas dalam topik tersendiri. Namun pointnya berkaitan dengan topik mujizat Yesus, bahwa doa Yesus itu bukanlah sebuah permohonan kepada Allah Bapa agar diberi kuasa untuk membangkitkan Lazarus melainkan sebuah ucapan syukur dan peristiwa itu akan menjadi kesaksian tentang Yesus.

Sebagai data tambahan tentang kebangkitan Lazarus, kita bisa perhatikan dalam ayat-ayat sebelumnya. Setelah beberapa waktu sebelumnya Lazarus mengalami sakit, dia kemudian mati dan Yesus tidak berada di tempat Lazarus namun Dia tahu tentang kematian Lazarus tersebut dan menegaskan bahwa Dia akan membangkitkan Lazarus.
Yoh 11:11  Demikianlah perkataan-Nya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: "Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya". Marta kemudian menyampaikan informasi tentang kematian Lazarus kepada Yesus, padahal Yesus telah tahu sebelumnya. Yesus kembali menegaskan bahwa Lazarus akan bangkit. Yoh 11:23  Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit.". Berdasarkan data ini membuktikan bahwa Yesus memiliki otoritas mujizat untuk membangkit Lazarus sehingga doa Yesus kepada Allah bukanlah sebuah permohonan agar Dia bisa membangkitkan Lazarus, sehingga Yesus lebih tepat dikategorikan sebagai BNP (Bearer of Numinous Power) atau pemilik kuasa Ilahi.

Sekarang kita bandingkan dengan Elia yang melakukan permohonan agar anak yang mati itu dibangkitkan Allah. 1Rj 17:21-22  Lalu ia mengunjurkan badannya di atas anak itu tiga kali, dan berseru kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa anak ini ke dalam tubuhnya." TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali". Elia jelas disini dikategorikan sebagai PNP Petitioner of Numinous Power) atau pemohon kuasa Ilahi. Hal yang sama juga berlaku kepada Petrus sebagai PNP. Kis 9:40  Tetapi Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata: "Tabita, bangkitlah!" Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk". Demikian pula dengan Elisa saat orang yang mati hidup kembali setelah terkena tulang-tulang Elisa (2 Raj 13:21). Hal ini hanya menempatkan Elisa melalui tulang-tulangnya sebagai MNP (Mediator of Numinous Power) atau perantara kuasa ilahi.

Berikut ini bukti tambahan bahwa Yesus sebagai BNP atau pemilik kuasa ilahi.
Mrk 3:10  Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya hendak menjamah-Nya.
Luk 6:19  Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya. 
Demikian pula penyembuhan yang dilakukan dalam nama Yesus.
Kis 3:6  Tetapi Petrus berkata: "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!". Kis 9:33-34  Di situ didapatinya seorang bernama Eneas, yang telah delapan tahun terbaring di tempat tidur karena lumpuh. Kata Petrus kepadanya: "Eneas, Yesus Kristus menyembuhkan engkau; bangunlah dan bereskanlah tempat tidurmu!" Seketika itu juga bangunlah orang itu. 

Sebagaimana kajian komprehensif Eric Eve yang menegaskan bahwa dari berbagai jewish literature, hanya YHWH sajalah yang disebut sebagai BNP atau pemilik kuasa Ilahi. Dengan demikian Yesus sebagai BNP merupakan salah satu bukti keilahianNya.
Share: