Debat seputar kata Echad dalam Shema menghadapi pihak The Yeshiva Institute (disingkat TYI) telah memasuki Ronde ke-3. Bagi para pembaca yang baru mengikuti debat ini, sangat disarankan untuk membaca uraian debat sebelumnya agar bisa memahami perdebatan ini secara komprehensif.
Debat ronde ke-1 http://apologiakristen.blogspot.co.id/2016/11/debat-kata-echad-dalam-shema-ul-64_73.html
Debat ronde ke-2 http://apologiakristen.blogspot.co.id/2016/11/debat-kata-echad-dalam-shema-ul-64_17.html
Tanggapan pihak TYI di ronde ini ditulis oleh Eric Kisam yang pada ronde sebelumnya bersama Ismaun Ghofur. Sama seperti tanggapan-tanggapan sebelumnya, tanggapan pihak TYI masih diwarnai
nuansa Ad Hominem Argumentum dan pada beberapa bagian bersifat pengulangan
point yang telah kami tanggapi sebelumnya. Untuk bagian yang sifatnya
pengulangan tidak akan kami tanggapi lagi, sedangkan untuk Ad Hominem
Argumentum kami tanggapi dengan menyajikan data faktual yang relevan.
TYI
TYI
//JJ: Belum
apa-apa TYI telah memberi pernyataan bernuansa Ad Hominem Attack dengan
menyebut Michael Brown sebagai "misionaris kristen berbaju yahudi".
Padahal Michael Brown sendiri adalah seorang Yahudi (Jewish) yang memiliki
posisi teologis yg berbeda dengan umumnya jewish lainnya, dikenal sebagai
Messianic Jewish yang berbeda dengan Judaism Jewish. So.. Michael Brown bukan
"berbaju" Yahudi karena memang dia native jewish, berbeda dengan
pihak TYI yang non jewish namun keyahudi-yahudian :-)//
Keyahudian Brown sebagai etnis
berbeda dengan keyahudian sebagai agama, walaupun terlahir yahudi tapi dengan
percaya dengan trinitas Brown tidak bisa dibilang sebagai pemeluk agama Yahudi.
Lagi pula kalau ditelusuri masa lalu Brown bukanlah dari kalangan pemeluk
yahudi yang taat dan asli, dia belum pernah belajar di Yeshiva (semcam
pesantren untuk umat yahudi) dan dia tidak pernah mengecap pendidikan di
yeshiva2 elit yang terkemuka dikalangan rabbi-rabbi Mirrer Yeshiva, Ponovizh
Yeshiva dll , masa lalu nya adalah sekular dan menempuh pendidikan sekuler pula
(bahasa) bukan theologi.
Tanggapan
JJ
Term Yahudi memang bisa merujuk ke
agama (Judaism) atau etnis (Jewish/Jews). Brown memang bukan penganut agama
Yahudi (Judaism) tetapi Messianic Jews yang percaya Yeshua sebagai Mesias. Dari
pernyataan anda yang bernuansa Ad Hominem itu, apakah maksud kata “berbaju yahudi”
di sini merujuk pada aspek agamanya (Judaism) atau etnisnya (Jewish)?
Saya menduga karena posisi teologis
Brown banyak merujuk pada sumber-sumber Yahudi sendiri seperti Tanakh, Talmud,
Targum dll yang umumnya menggunakan Hebrew di samping Aramaic. Maka kemungkinan
inilah motif pernyataan “berbaju Yahudi” tersebut. Brown sebagai native Jewish tentu wajar banyak menggunakan sumber-sumber Yahudi dalam
Hebrew/Aramaic, baik dalam pandangan teologinya maupun ritual ibadahnya.
“We often use Hebrew songs anda prayers in
our servics because many of the songs are taken directly from the Hebrew Bible
and many of the prayers date from the days of Jesus and earlier (e.g., the
Shema). These elements are not merely borrowed from later Rabbinic tradition.
They serve to remind worshipers that our faith is indeed the continuation of
the faith of our fathers-Abraham, Moses David, and the Messiah”. Brown, Michael, Answering Jewish Objections to Jesus: General and
Historical Objections: Volume 1, Page 12.
Point minor anda yang bernuansa Ad
Hominem ini justru menyerang balik pada institusi TYI yang bernuansa Jewish
melalui penggunaan terms Hebrew dan rujukan pada Rabbi yang menguatkan posisi TYI
pada point-point tertentu seperti Abrahamson, Saadia Gaon, Rashi dll.
Masalahnya apakah orang-orang di TYI adalah native Jewish? Jika tidak lalu
mengapa style-nya keyahudi-yahudian seperti menggunakan term Yeshiva Institute?
Selain itu pihak TYI juga bukan penganut Judaism seperti Brown, lalu mengapa
menuduh Brown “berbaju Yahudi” atau justru pihak TYI yang sebenarnya “berbaju Yahudi”?
Pihak TYI kembali menggaungkan
pernyataan bernuansa Ad Hominem Argumentum dengan mempersoalkan latarbelakang
masa lalu Brown. Hal ini cukup mengherankan pihak TYI memainkan point-point seperti ini. Brown
percaya kepada Yeshua pada usia 16 tahun dan sebelumnya sebagai conservative
jews kemungkinan dia telah mengenyam pendidikan di Yeshiva setidak-tidak pada level
junior Yeshiva (Yeshiva Ketana). Namun setelah percaya dia justru memperdalam
Hebrew Language dan meraih Bachelor, justru ini lebih tepat dibanding langsung mengikut pendidikan teologi Kristen di seminari Kristen. Pendidikan
lanjutan di bidang Near
Eastern Languages and Literatures
sudah tentu memberi banyak ruang & kesempatan mengkaji berbagi literatur rabbinik. Credential akademiknya diakui para scholar
termasuk jewish scholar, sehingga rabbi-rabbi Yahudi terkemuka seperti Shmuley
Boteach, Moshe Otero, J.
Immanuel Schochet and David Blumofe melayani debat dengan Michael L. Brown.
So.. mari kita fokus ke hal yang
substansial dan tidak memainkan point-point logical fallacy seperti Ad Hominem
Argmentum dan argument
from authority
(argumentum ad verecundiam).
--------------------------------------------------------------------
TYI
//JJ: Pihak
TYI telah keliru memahami pendapat Michael Brown dengan mengatakan bahwa
Michael Brown seolah-olah berpendapat asal kata Echad adalah compound unity.
Padahal sangat jelas Michael Brown dalam bukunya tersebut (Answering Jewish
Objection to Jesus, Vol 2) hanya menyatakan ".. Actually, ’echad simply
means “one,” exactly like our English word “one"..." dan kata ini
bisa merujuk pada composite/compound unity atau absolute unity…//
Jadi di sini pihak kristen sepakat
dengan tidak ada-nya atau absurd-nya konsep “composite unity” yang sering
diajukan untuk menjelaskan “kebenaran” trinitas dalam TaNaKH. Seperti dalam
Shema yang seolah-olah menyiratkan adanya trinitas dalam kata Ibrani Echad,
karena makna asal echad adalah "satu" dan didalam Tanakh kontext
"satu" pada ketuhanan selalu Tuhan yang SATU tidak pernah ada
embel-embel majemuk.
Tanggapan
JJ
Pihak TYI keliru merumuskan posisi
kami bahwa konsep composite unity tidak
ada dalam Tanakh. Padahal maksud kami di sini kata Echad dalam Shema yang
diartikan sebagai “Satu” tidaklah
berbicara His Essential Nature dari YHWH, sehingga kata Echad ini bisa berarti
Satu dalam Satu atau Tiga dalam Satu.
Dalam Tanakh, kata Echad bisa
merujuk pada composite unity maupun absolute unity. Tidak tepat langsung diklaim
kata Echad jika berbicara dalam konteks ketuhanan harus diartikan “absolute
unity”. Dasarnya apa? bukankah kata Echad dalam Shema hanya diartikan
“Satu” saja tanpa penjelasan apa-apa. Ini jelas sebuah eisegese bahkan salah
satu logical fallacy: circular reasoning yaitu memasukan doktrin ke dalam Text
kemudian merujuk pada Text itu untuk membuktikan doktrin tersebut.
Ada berapa contoh dalam Tanakh kata Echad
dalam pengertian composite unity seperti frase “goy echad” atau “satu bangsa”
dalam 2 Sam 7:23. Bangsa Israel yang dimaksud memang hanya satu bangsa, namun
bukankah dalam satu bangsa itu terdiri atas pribadi-pribadi orang Israel. Pengertian
composite unity bisa saja diambil untuk pengertian Echad dalam Shema, namun
kami tidak melakukan ini, karena point kami jelas bahwa Echad dalam Shema bukan
berbicara Nature dari YHWH. Dari konteksnya kata Echad ini mengajarkankan
tentang YHWH sebagai satu-satuNya Tuhan diantara banyak tuhan seperti Baal dll yang
dipercayai suku bangsa di sekitar bangsa Israel.
TYI
Rabbi Benyamin Abrahamson seorang
rabbi orthodox di Yerusalem yang juga mendapatkan pengakuan dari para rabbi
orthodox terkemuka di dunia. ketika di tanya mengatakan : Does the word echad
mean"composite unity" as many Christians say.
Rabbi Ben Abrahamson replied: No not really. Like arabic,
when used with a noun, it can mean a grouping together of things under one
name. Like "sefer echad" means "one book", even though it
has a cover, table of contents, chapters, etc. However, when used without a
qualifier, as it is in Deut 6:4, it means "the source of all things".
The One. The Creator all of creation. There are many other Torah verses that
teach that God is also indivisible (Yachid).
Rabbi Ben Abrahamson also adds:
"united oneness" is a strange term. Everything in
this world, "one book", "one cup", "one house",
"one tree" is one thing that is made up of parts. But this never
applies to its essence. And when used as "One" without a noun, it
means the Creator of everthing.
Tanggapan
JJ
Pihak TYI hanya mengulangi pernyataan Abrahamson yang telah kami tanggapi sebelumnya. Namun perlu
kami tegaskan kembali, pendapat Abrahamson ini tidak bisa menjadi dasar bahwa
kata Echad tanpa qualifier itu berarti absolute unity.
Sh'ma Yisra'eil Adonai Eloheinu Adonai echad.
Hear, Israel, the Lord is our God, the Lord is One.
Justru karena hanya ada kata Echad tanpa qualifier maka maknanya harus dilihat dari konteksnya bukan berspekulasi mengartikan kata itu sendiri dengan pemahaman sendiri. Silahkan lihat kembali penjelasan dari The JPS Torah Commentary yang telah kami sajikan sebelumnya.
Abrahamson menyatakan “There are
many other Torah verses that teach that God is also indivisible (Yachid)”.
Namun setelah dilacak dalam Tanakh terdapat 8 ayat yang terdapat kata Yachid
dalam pengertian “satu-satunya, tunggal” dan tidak ada satupun ditujukan kepada Allah. Lalu ayat yang
mana yang dimaksud Abrahamson?
Kej 22:2 And He said: 'Take now thy son, thine only
son [yachid], whom thou lovest, even Isaac..
Kej 22:12 … thou
hast not withheld thy son, thine only son [yachid], from Me.'
Kej 22:16 .... , and hast not withheld thy son, thine
only son [yachid],
Hak 11:34 … and she was his only child [yachid]; beside her he had neither son nor daughter.
Ams 4:3 For I was a son unto my father, tender and an
only one [yachid] in the sight of my mother
Yer 6:26 ..
make thee mourning, as for an only son [yachid]…
Amo 8:10 … and I will
make it as the mourning for an only son [yachid]..
Zak 12:… and they shall mourn for him, as one mourneth for
his only son [yachid],
Karena hanya kata Yachid yang memang selalu bermakna “absolute unity”, maka Rambam
lebih memilih menggunakan kata ini dibanding kata Echad dalam rumusan keesaan Allah. Jika
memang Allah bermaksud mengajarkan tentang keesaanNya yang “absolute unity”
maka seharusnya kata Yachid yang digunakan dalam Shema.
---------------------------------------------------------------------------------
TYI
//JJ: Jika
Michael Brown terkesan diberi stigma negatif "berbaju Yahudi" oleh
pihak TYI, maka Rabbi Ben Abrahamson justru diapresiasi begitu tinggi oleh
pihak TYI dengan menyatakan sebagai seorang rabbi yang mendapatkan
"pengakuan" dari para rabbi orthodox terkemuka di dunia. Namun
rabbi-rabbi orthodox terkemuka yang mana saja yang dimaksud pihak TYI ini?. Justru Ben Abrahamson dipertanyakan status
ke-rabbi-annya dalam forum Judaism berikut ini: http://messiahtruth.yuku.com/topic/.... Salah
satu member (Prof. Mordochai ben-Tziyyon) menduga Ben Abrahamson memiliki
kaitan dgn heretic Judaism yang kemudian dijawab oleh Ben Abrahamson.
Menariknya dari jawaban Abrahamson dia menyatakan "..I am a historian, not
a pulpit Rabbi". Namun oleh pihak TYI posisi Ben Abrahamson dibesar-besarkan
dengan menyebut sebagai rabbi orthodox yang diakui oleh rabbi-rabbi orthodox
terkemuka. Bahkan pihak Islam sendiri ada yang kritis terhadapnya dan justru
beranggapan ajaran Ben Abrahamson berbahaya terhadap Islam karena mengusung
konsep pluralisme agama. https://jalanibrahim.wordpress.com/...///
Saya pribadi mengenal Mordechai
selama 2 tahun sebelum Ia dinyatakan meninggal oleh sesorang yang bernama
Binyamin Ben-Tzion yang mengaku putra nya , saya belajar Torah Ibrani dengan
yang bersangkutan seperti juga dia belajar Bahasa Arab Al Qur’an ke saya, saya
tahu pasti pernyataan Mordechai tersebut didasari dari ketidak-tahuannya, namun
dari penjelasan Abrahamson jelaslah bahwa dia seorang rabbi yang yang bekerja
dibawah pengawasan dewan rabbi -rabbi terkemuka di Yerusalem, istilah pulpit
disini ialah yang mengabdi ke sinagoga tertentu karena Abrahamson seorang rabbi
yang bekerja di pengadilan lintas rabbi-rabbi yang terkemuka di Yerusalem http://www.jewishpress.com/author/b... ,tidak lah mungkin seseorang yang bukan rabbi orthodox
dan menjalankan halakha bisa menempati posisi yang sedemikian penting dan
dikenal mendapatkan pengakuan dari rabbi-rabbi senior di Yerusalem dan dunia.
Tanggapan
JJ
Mari kita lihat biography singkat
Ben Abrahamson dari link tersebut.
Author Biography Ben Abrahamson
is an orthodox Chassidic Jew from Israel who works as historian and consultant
to an important Rabbinical Court in Jerusalem. He enjoys talking about the
Haddith; histories of Tabari, Ibn Hisham & Waqidi; the kings of Himyar, as
well as the Midrash Rabbah, the Midrashei Geulah, Rambam, Tosefos &
Shulchan Aruch. http://www.jewishpress.com/author/ben-abrahamson/
Ben Abrahamson adalah consultant
dalam Rabbinical Court di Jerusalem tentang hal-hal yang berkaitan dengan Islam
karena pemahamannya yang luas terhadap sumber-sumber Islami seperti Hadith,
Tafsir Islam, Sirah dll. Pada link yang lain disebutkan dia bertindak sebagai
Advocate untuk Islam dan Muslim.
For
ten years he functioned as an advocate for Islam and Muslims, to be recognized
and achieve their proper, respected place in Jewish law… Ben has a Bachelors of
Science degree in Computer Science and Cognitive Psychology. https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=926398684098221&id=926396000765156
Namun dari informasi ini background
Ben Abrahamson yang dianggap berotoritas dalam membahas masalah Echad dalam
Shema ini jelaslah tidak begitu relevan. Karena memang spesialisasinya pada
masalah-masalah Islam. Bahkan point Ad Hominem Argumentum pihak TYI yang
cenderung meremehkan credential academic Michael Brown pada bidang bahasa bukan
teologi, justru menyerang balik figur idolanya. Gelar Bachelor dari Abrahamson
di bidang Computer Science & Cognitive Psychology yang tidak ada kaitan
dalam pengkajian Echad dalam Shema ini. Bandingkan dengan Brown yang
bachelornya Hebrew Language dan post graduatenya pada studi berbagai literatur kuno yang
sudah tentu ikut mempelajari berbagai tulisan rabinik. Lalu point pihak TYI
yang memainkan argument
from authority lebih tepat ke siapa? Brown atau Abrahamson?
Ben Abrahamson memang salah satu penulis favorit pihak TYI
disamping Saadia Gaon, tetapi masalahnya apakah Abraham telah menerima Islam
dan syariahnya. Lalu mana tanggapan pihak TYI atas kekhawatiran salah satu
penulis Islam tentang ajaran Ben Abrahamson yang mengusung konsep pluralisme
agama yang mirip dengan JIL? https://jalanibrahim.wordpress.com/...
---------------------------------------------------------------------------------
TYI
Sekali lagi karena hampir semua kata
echad yang dipakai dalam Tanakh bermakna tunggal absolut hanya sebagian kecil
situasi dengan konteks jamak kesatuan, tidaklah mungkin Hashem sengaja tidak
memberitahukan informasi yang penting ini bahwa dalam Shema bahwa “echad”
disini bernakna jamak dimana Tuhan itu 3 pribadi , bagaimana mungkin Hashem
membiarkan kan umat Yahudi tersesat dalam memahami hakekat Hashem dengan tidak
pernah memberitahukan hal ini kepada mereka seperti apa hakekat Hashem yang
sesungguhnya.
Tanggapan
JJ
Justru sebaliknya jika Tuhan memang
ingin memberitahukan His Nature sebagai Absolute Unity maka yang akan digunakan
adalah Yachid sebagaimana digunakan dalam ayat-ayat lain dalam Tanakh yang
SELALU berarti “satu-satunya, tunggal” atau “absolute unity”. Karena terbukti
kata Echad juga digunakan dalam beberapa ayat dalam pengertian
Composite/Compound Unity seperti goy echad, am echad dll.
Demikian pula dari konteks Ul 6:4
kita mendapat pengertian yang jelas bahwa ayat itu sedang berbicara tentang
YHWH yang satu-satunya dibanding tuhan yang lain. Senada dengan kitab Yesaya
yang menjelaskan bahwa hanya YHWH satu-satunya Allah, satu-satunya Pencipta dan satu-satunya Awal
& Akhir,
Yes 45:5 I am the
LORD, and there is none else, beside Me there is no God;
Yes 45:18 For thus saith the LORD that created the
heavens, He is God; that formed the earth and made it, He established it, He
created it not a waste, He formed it to be inhabited: I am the LORD, and there
is none else.
Yes 44:6 Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus
Israel, TUHAN semesta alam: "Akulah yang terdahulu dan Akulah yang
terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku.
Kekristenan meneguhkan ayat-ayat
dalam Yesaya ini sebagaimana Shema dalam Ul 6:4. Dalam Perjanjian Baru
dinyatakan bahwa Yesus juga adalah pencipta, yang Awal & Akhir dsb yang
merupakan otoritas eksklusif milik Allah. Sehingga keesaan Allah (Shema) yang diajarkan
dalam Tanakh include di dalamnya Yesus yang adalah Firman Allah dan include Roh
Kudus. Saya kira masalah Trinity ini perlu pembahasan tersendiri di luar topik
ini. Sudah tentu kita tidak boleh mendekati persoalan ini secara matematis.
Tetapi mengikuti dengan setia apa yang disampaikan oleh Alkitab melalui
eksegese yang cermat.
Bersambung...
Bersambung...