Yesus Pencipta atau Ciptaan? Eksegese Kolose 1:15-18

Kol 1:15  Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, 

Kol 1:16  karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. 

Kol 1:17  Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. 

Kol 1:18  Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. 


 Pihak Unitarian memahami bahwa Yesus adalah ciptaan pertama kemudian melalui Yesus alam semesta diciptakan. Argumentasi pertama mereka mengacu pada tafsiran kata PROTOTOKOS (Sulung) yang diartikan "pertama" sebagaimana kata sulung yg digunakan untuk anak pertama. Argumentasi kedua yaitu akata DIA yang diartikan "Melalui" untuk menunjukan bahwa Yesus hanya perantara Allah dalam melakukan penciptaan.


Untuk memperkuat point mereka atas tafsiran kata PROTOTOKOS, mereka merujuk pada ayat 18 yang menyatakan bahwa Yesus yang pertama (PROTOTOKOS) bangkit dari antara orang mati berarti Yesus adalah bagian dari orang yang pernah mati. Sehingga dengan kata yang sama Yesus juga dianggap bagian dari ciptaan. Mereka kemudian menggunakan kajian gramatikal bahwa kata PROTOTOKOS yangg berkaitan dengan kasus genitif pada kata KTISEOS merupakan Partitive Genitif yang berarti kata Sulung (PROTOTOKOS) adalah "bagian dari" ciptaan (KTISEOS).


Terlihat argumentasi mereka cukup meyakinkan, namun jika kita menelitinya secara mendalam, justru kita mendapatkan kesimpulan yang sebaliknya. Pertama-tama tentang kata PROTOTOKOS, kata ini secara literal memang berarti anak yang pertama misalnya Ruben anak sulung Yakub (Kej 46:8), penyebutan tulah ke anak Sulung di Mesir dan lain-lain. Namun prototokos juga memiliki arti figuratif, misalnya Allah menyebut Efraim sebagai anak Sulung (Yer 31:9b) padahal sebenarnya Efraim adalah anak bungsu adik dari Manasye (Kej 48:14), juga Daud disebut sebagai anak Sulung (Maz 89:28) padahal ia adalah anak bungsu dari Isai. Makna protokos figuratif disini berarti KEUTAMAAN.


Sekarang kita perhatikan Kol 1:18, oleh LAI diterjemahkan secara dinamis menjadi "yang pertama bangkit dari antara orang mati",  dalam terjemahan KJV dituliskan "the firstborn from the dead". Namun apapun terjemahannya, apakah berkaitan dengan kematian atau kebangkitan yang jelas Yesus bukanlah yang pertama mati atau bangkit, karena sebelumnya sudah ada pernah bangkit seperti Lazarus. Ini berarti kata PROTOTOKOS dalam ayat ini tidak tepat diartikan secara literal sebagai yang "pertama" secara kronologis waktu. Demikian pula kata PROTOTOKOS dalam ayat 15 juga tidak tepat diartikan sebagai yang "pertama" dari ciptaan Allah. Jika Paulus memang bermaksud mengajarkan bahwa Yesus adalah ciptaan yang pertama, maka dia akan menggunakan kata PROTOKTISTOS. Dari data ini point awal mereka bahwa Yesus adalah ciptaan pertama jelas tidak kuat.


Namun mereka menyusun argumentasi berikut bahwa walaupun kata PROTOTOKOS tidak diartikan sebagai pertama, namun Yesus tetap bagian dari ciptaan. Sebagaimana kata itu yang mengaitkan Yesus dengan orang mati, bahwa Yesus juga adalah bagian dari orang mati walaupun tidak harus yang pertama mati atau bangkit. Untuk itu mari kita cermati makna kata PROTOTOKOS pada ayat 18 ini. Karena kata ini tidak diartikan secara literal makna kita harus mencari maknanya pada arti figuratif yaitu KEUTAMAAN maka makna yang tepat terkait kedaulatan Dia atas kematian.

1 Kor 15:55  Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" 

Yoh 2:19  Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali."

Hal ini sejalan dengan kalimat sebelumnya "Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat", Yesus bukanlah bagian dari jemaat atau orang-orang percaya tetapi dia disebutkan sebagai kepala atas jemaat yang menunjukan keutamaanNya atas orang-orang percaya. Kalimat berikutnya pada ayat 18 semakin memperjelas pengertian ini "Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu". Kata "segala sesuatu" (TA PANTA) ini sinonim dengan kata "ciptaan Allah" pada ayat 15, maka sudah tepat kata PROTOTOKOS pada ayat 15 diartikan "lebih utama dari segala sesuatu". So jelaslah pada ayat 18, walaupun Yesus memang secara manusia pernah mati, tetapi kata Prototokos di sini tidak sedang berbicara "bagian dari" orang mati. Tetapi pada makna figuratifnya yaitu KEUTAMAAN Yesus atas kematian dan pesan yang sama juga terdapat pada ayat 15 yaitu KEUTAMAAN Yesus atas segala ciptaan. Bandingkan dengan ayat berikut yang menyebutkan kata PROTOTOKOS kepada Yesus. Kata ini justru menunjukan superioritas Yesus bahkan dalam kitab Ibrani dikatakan semua malaikat harus menyembah Dia.

Ibr 1:6  Dan ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: "Semua malaikat Allah harus menyembah Dia." 

Point mereka berikutnya tentang Partitive Genitif bahwa kata PROTOTOKOS sebagai "bagian dari" ciptaan, namun ini bukanlah satu-satunya kemungkinan secara gramatikal, karena terdapat kemungkinan jenis genitif  lain yang dapat diterapkan di sini seperti genitive of subordination dan Genitive of Reference. Menurut Daniel Wallace dalam bukunya Greek Grammar Beyond the Basic, Zondervan, 1996. Kol 1:15 dapat diterapkan Genitive of Reference dan dua alternatif genitif lainnya "who is. . . the first-born with reference to all creation.. The other possibilities are partitive and subordination.. However, a gen. of subordination is, in all probability, the best option". Menurut Wallace kemungkinan terbaik adalah genitive of subordination. Ini sejalan dengan terjemahan NIV "firstborn over all creation".

".. Though some regard this genitive to be partitive (thus, firstborn who is a part of creation), both due to the lexical field of “firstborn” including “preeminent over” (and not just a literal chronological birth order) and the following causal clause (“for [o[ti] in him all things were created”)–which makes little sense if mere chronological order is in view, it is far more likely that this expresses subordination..".

Karena kata PROTOTOKOS yang digunakan di sini bukan dalam pengertian literal tetapi figuratif, maka kemungkinan Partitive Genitive adalah yang paling lemah. Untuk memastikannya, kita perlu melihat konteksnya.

Kol 1:15 ... yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, 

Kol 1:16  karena (hoti) di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan...


Perhatikan adanya kata sambung "karena" (hoti) yang menunjukan hubungan langsung dengan kalimat berikutnya. Pada ayat 16 sangat jelas disebutkan Dia telah menciptakan "segala sesuatu" (TA PANTA), maka pada ayat 15 tidaklah tepat dikatakan bahwa Yesus adalah bagian dari segala sesuatu. Bandingkan jika Yesus dianggap bagian dari ciptaan, kalimatnya bisa jadi seperti ini ... " Ia adalah ciptaan pertama karena dalam Dia telah diciptakan segala sesuatu.." yang berarti Yesus menciptakan diriNya sendiri, ini jelas absurd.


Pihak unitarian mencoba berkelit bahwa "segala sesuatu" tidak berarti Bapa adalah bagian dari segala sesuatu. Lalu mendefinisikan ulang kata "segala sesuatu" itu terkecuali Bapa berarti Yesus bagian dari segala sesuatu. Jelas tafsiran ini mengada-ada. Memang Bapa bukan bagian dari segala sesuatu karena yang dimaksudkan segala sesuatu adalah seluruh ciptaan. Namun sangat jelas Yesus DIBEDAKAN dengan kata "segala sesuatu" yang berarti Dia juga bukan bagian dari segala sesuatu sama seperti Bapa. Hal yang sama juga ditegaskan dalam Yoh 1:3  Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. 


Argumentasi terakhir Unitarian yaitu mengangkat kata DIA. Memang kata DIA bisa saja berarti "Melalui" tetapi dengan adanya kata AUTO yang menyusul jelas menunjukan Yesus "sendiri"lah yang menciptakan. Apalagi ditambah dengan adanya kata EIS "untuk" yang bermakna pada kepemilikan atas segala sesuatu semakin mempertegas Yesus adalah Pencipta. Bandingkan hal yang serupa juga ditujukan kepada Allah Bapa:

Rom 11:36 Sebab segala sesuatu adalah dari (ek) Dia, dan oleh (dia) Dia, dan kepada (eis) Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!


Maka dari eksegese ini kita bisa simpulkan bahwa Yesus bukan ciptaan tetapi Sang Pencipta. Pemahaman unitarian yang beranggapan bahwa Allah memerlukan bantuan dari ciptaan untuk menciptakan ciptaan lainnya jelas sebuah Eisegese. Malah dalam Perjanjian Lama ditegaskan hanya Allah sendiri yang menciptakan langit bumi dan segala isinya.

Yes 44:24  Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, yang membentuk engkau sejak dari kandungan; "Akulah TUHAN, yang menjadikan segala sesuatu, yang seorang diri membentangkan langit, yang menghamparkan bumi--siapakah yang mendampingi Aku?

Share:

Menjawab Problematika Kanonisasi Perjanjian Baru

Beberapa waktu yang lalu seorang polemikus muslim bernama Fach Rudin (FR) menulis kajian kritis atas kanonisasi PB dengan judul "Merekonstruksi Ulang Kanon PB". Dalam kajiannya dia membuat daftar nama-nama kitab yang diterima oleh bapa-bapa gereja. Adanya perbedaan daftar masing-masing bapa gereja menjadi point baginya untuk mempermasalahkan kanonisasi PB. Kita akan membahas point utama tentang perbedaan daftar kanon PB ini, adapun point-point lainnya seperti tuduhan FR bahwa kitab-kitab PB tidak diketahui penulisnya, masalah waktu penulisan dll akan dibahas tersendiri. Berikut ini kutipan dari tulisannya termasuk daftar kitab tersebut yang cukup bermanfaaat untuk diketahui.


TULISAN FR:
PB merupakan sekumpulan hasil karya yang anonim. Dengan tidak diketahui siapa penulisnya, kredibilitasnya, waktu dan tempat penulisannya, hal itu membuktikan bahwa PB adalah sebuah kumpulan berbagai kitab yang telah membangun iman Kristen, tanpa adanya dasar yang bisa dipertanggung jawabkan. Bagi kebanyakan Kristiani, bahwa pengkanonan PB sudah final, tanpa adanya yang bisa mengganggu gugat baik tentang proses pengkanonan maupun isi kitb yang dikanonkan. Dan menurut saya, hal itu justru akan membuka pintu lebar-lebar untuk masuknya dogma bagi Kristiani dewasa ini, atas permasalahan keotentikan PB.

Ternyata adanya silang pendapat dikalangan Kristen, bukan pada zaman ini saja. Tetapi pada zaman Bapak-bapak Gereja dizaman Kristen Purba pun, ternyata telah terjadi silang pendapat perihal tentang kitab apa saja yang menurut keyakinan mereka sendiri itu adalah kitab bisa diterima dan diyakini kebenarannya, semisal :
1. Ignatius dari Antiokhia, cuma menerima kitab : Injil Matius, Injil Lukas, Kisah Para Rasul, Roma, 1 Korintus, Efesus, Kolose, dan 1Tesalonika.
2. Polikarpus, uskup Yunani Smyrna (sekarang Izmir, Turki) yang lahir 70-155 Masehi, menerima : Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Kisah Para Rasul, Roma, 1Korintus, 2Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, 1Tesalonika, 2Tesalonika, 1Timotius, 2Timotius, Ibrani, 1Petrus, 1Yohanes dan 2Yohanes.
3. Marcion, anak dari uskup Sinope, menerima : Injil Lukas, Galatia, 1Korintus, 2Korintus, Roma, 1Tesalonika, 2Tesalonika, Efesus (Marcion menyebutnya dengan Laodikia), Kolose, Filemon, Filipi.
4. Valentinus, pendiri sekolah Romawi dan Gnostik Aleksandria, menerima : Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes, Roma, 1Korintus, 2Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1Petrus, 1Yohanes, Wahyu, Injil Kebenaran dan Khotbah Peter.
5. Justin Martyr, menerima : Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes, Wahyu.
6. Irenaeus dari Lyons, menerima : Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes, Kisah Para Rasul, Roma, 1Korintus, 2Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1Tesalonika, 2Tesalonika, 1Timotius, 2Timotius, Titus, 1 Petrus, 1Yohanes, 2Yohanes, Wahyu, 1Clement, Gembala Hermas.
7. Clement dari Alexandria (Titus Flavius Clemens), menerima : Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes, Kisah Para Rasul, Roma, 1Korintus, 2Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1Tesalonika, 2Tesalonika, 1Timotius, 2Timotius, Titus, Ibrani, 1Peter, 1Yohanes, Yudas, Wahyu, Injil Mesir, Injil Ibrani, Tradisi Mathias, Khotbah Petrus, 1Clement, Surat Barnabas, Didache, Gembala Hermas, Wahyu dari Petrus.
8. Tertullian dari Chartage, menerima : Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes, Kisah Para Rasul, Roma, 1Korintus, 2Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1Tesalonika, 2Tesalonika, 1Timotius, 2Timotius, Titus, Filemon, Ibrani, 1Peter, 1Yohanes, Yudas, Wahyu, Injil Mesir, Injil Ibrani, 1Petrus, 1Yohanes, Yudas, Wahyu.
9. Origen, menerima : Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes, Kisah Para Rasul, Roma, 1Korintus, 2Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1Tesalonika, 2Tesalonika, 1Timotius, 2Timotius, Titus, Filemon, Ibrani, 1Petrus, 1Yohanes, Yudas, Wahyu.
10. Eusibius, menerima : Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes, Kisah Para Rasul, Roma, 1Korintus, 2Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1Tesalonika, 2Tesalonika, 1Timotius, 2Timotius, Titus, Filemon, Ibrani, 1Petrus, 1Yohanes, Wahyu.
11. Anathasius dari Aleksandria, menerima : Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes, Kisah Para Rasul, Roma, 1Korintus, 2Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1Tesalonika, 2Tesalonika, 1Timotius, 2Timotius, Titus, Filemon, Ibrani, Yakobus, 1Petrus, 2Petrus, 1Yohanes, 2Yohanes, 3Yohanes, Yudas, Wahyu.
12. Didimus Blind, menerima : Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes, Kisah Para Rasul, Roma, 1Korintus, 2Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1Tesalonika, 2Tesalonika, 1Timotius, 2Timotius, Titus, Ibrani, Yakobus, 1Petrus, 2 Petrus, 1Yohanes, Injil Ibrani, 1Clement, Surat Barnabas, Didache, Gembala Hermas

Perbedaan untuk menerima dan meyakini kitab-kitab yang sah menurut mereka, ternyata antara satu bapak gereja dengan bapak gereja lainnya, saling berbeda antara satu sama lainnya. Dan daftar kitab yang sesuai dengan PB yang digunakan oleh Kristiani dewasa ini, hanya yang digunakan oleh Anathasius dari Aleksandria saja yang sesuai, selain itu mereka saling berbeda pendapat. Dari 12 orang daftar nama-nama bapak gereja, 1 diantaranya sesuai dengan PB saat ini. Padahal pandangan dari bapak-bapak gereja selain Anathasius, selalu dijadikan rujukan oleh Kristiani untuk memberikan bukti akan adanya keotentikan PB di zaman Kristen Purba. Perbedaan pandangan atas kitab yang diakui oleh masing-masing Bapak Gereja, membuktikan bahwa peran Roh Kudus tidak ada dalam memainkan perannya dalam memberikan inspirasi kepada mereka untuk menetapkan kitab mana yang di akui oleh Tuhan dan terilhami, tanpa harus melewati berbagai konsili yang berbau politik.

TANGGAPAN:
FR mengangkat masalah pengilhaman dengan mempertanyakan status pengilhaman bapa gereja berdasarkan data yang terlihat kontradiktif pada daftar kitab PB diantara bapa gereja. Namun konsep pengilhaman dalam konteks biblika adalah berkaitan dengan penulisan  kitab-kitab suci dimana para penulis diilhami Roh Kudus tanpa mengabaikan karakteristik dari penulis tersebut, sehingga memberi warna berbeda dalam model & gaya penulisan masing-masing penulis. Nah.. dalam konteks bapa gereja bukan dipahami dengan konsep pengilhaman seperti itu, namun sifatnya lebih umum berupa penyertaan Allah kepada gerejaNya dalam sebuah proses alami berupa pengajaran yang berkesinambungan (paradosis katakete) dari para rasul ke murid-murid para rasul dan terus berlanjut ke generasi berikutnya. So.. kita harus melihatnya secara komprehensif bahwa status kanonik kitab-kitab dlm PB telah dikenal sejak awalnya & secara umum diakui oleh bapa-bapa gereja (homologoumena). Perbedaan pendapat memang ada namun hanya pada kitab-kitab tertentu yang memang diperdebatkan (antilegomena).

Dalam Islam konsep pengilhaman kitab suci berbeda dengan kekristenan, karena konsep pengilhaman wahyu Allah dalam Islam sifatnya verbatim yang di-diktekan Jibril kepada Muhammad melalui pertemuan langsung (di gua Hira), mimpi, penglihatan (vision) dan lain=lainc. Sehingga dikatakan Quran diturunkan kepada Muhammad demikian pula nabi-nabi sebelumnya Taurat kepada Musa, Injil kepada Isa(Yesus). Yah ini konsep teologis Islam yang dalam fakta sejarahnya tidak ada bukti bahwa Yesus diberikan kitab Injil atau menuliskan/mengkompilasi isi Injil seperti proses pewahyuan Quran kepada Muhammad. Quran sendiri belum dibukukan saat Muhammad masih hidup yang ada masih berupa hafalan-hafalan dari para hafidz/quraa yang nanti dibukukan oleh Zaid bin Tsabit atas perintah Abu Bakar setelah berdiskusi dengan Umar. Selanjutnya pada masa khalifah Uthman dilakukan standarisasi Quran dan versi-versi yang berbeda dibakar.

FR mencoba menerapkan konsep pengilhaman seperti ini kepada bapa-bapa gereja berkaitan dengan kanonisasi PB, maka pertanyaan PERTAMA untuk FR, apakah Uthman memiliki otoritas ilahi atau diilhami Allah untuk menentukan mana bagian Quran yang benar dari berbagai versi yang ada? Bagaimana dengan versi yang berbeda dengan mushaf sahabat Muhammad lainnya seperti Ubay bin Kaab, Mashud, apakah mereka ini tidak diilhami?

Selain Quran dalam Islam juga dikenal Hadist yang berisikan catatan-catatan para perawi mengenai berbagai tindakan atau perkataan Muhammad yang diingat oleh sahabat Muhammad dan diteruskan ke beberapa orang secara sambung menyambung. Selanjutnya oleh imam Bukhari & beberapa perawi terakhir mengoleksinya dalam kumpulan hadist yang berisi matan hadist & jalur sanadnya. Maka pertanyaan KEDUA untuk FR, apakah Bukhari diilhamkan Allah? lalu bagaimana dengan bagian dari hadist Bukhari yang dianggap Daif oleh ulama lainnya.

Penulisan kitab-kitab PB terjadi masih di era para rasul, hampir semua bible scholars dr berbagai spektrum teologis menempatkannya pada abad ke-1. Karena penulisannya terpisah-pisah oleh penulis yang berbeda maka pada saat itu di setiap daerah termasuk Yerusalem belum memiliki salinan lengkap PB. Namun seiring waktu terjadilah pertukaran salinan sehingga tiap daerah bisa memiliki beberapa versi injil termasuk injil Yohanes pasca penulisannya di akhir abad ke-1. Hal ini bisa terlihat dari tulisan bapa-bapa gereja awal seperti Ignatius & Polycarpus yang telah mengutip bagian-bagian dari PB. Maka pada abad ke-2 inilah beberapa orang mulai menuliskan daftar koleksi kitab-kitab yang mereka telah ketahui masing-masing.

Pasca era rasuli, beberapa murid dari para rasul di akhir abad ke-1 sampai awal abad ke-2 telah menulis surat-surat yang sifatnya penggembalaan kepada jemaat Allah. Seperti surat yang dituliskan oleh Ignatius, Polycarpus, Clement termasuk kitab Didakhe tentang pola hidup berjemaat. Kemudian berlanjut dengan tulisan bapa gereja lainnya seperti Justin Martyr, Ireneus, Tertulian dsb. Namun muncul juga tulisan yang ditulis para bidat khususnya mulai abad ke-2 pasca meninggalnya para rasul & saksi2 mata lainnya. Tulisan ini umumnya mencoba mengisi informasi yang tidak ada dalam injil kanonik misalnya masa kanak-kanak Yesus, termasuk menambah kisah-kisah imajinatif seperti narasi kebangkitan Yesus dengan penuh kemuliaan menampakan ke banyak orang sebagaimana tertulis dalam injil Petrus. Secara teologis tulisan ini umumnya sinkretisme kekristenan dengan gnostisisme dan biasanya menggunakan nama para rasul untuk nama kitabnya yang dikenal para scholar dengan term pseudonimity.

FR telah menyusun berbagai versi daftar koleksi kitab-kitab PB dari beberapa bapa gereja yang diantaranya terdapat kitab-kitab yang tidak masuk dalam kanon PB. FR membuat daftar tersebut tanpa mendalami permasalahan dibalik daftar tersebut. Marcion & Valentinus telah dikenal oleh bapa-bapa gereja sebagai bidat. Marcion hanya memilih injil Lukas dan hanya pada bagian tertentu yang dianggap sesuai dgn konsep bidatnya. Valentinus menyertakan Gospel of Truth namun ditolak oleh bapa gereja seperti Ireneus dalam bukunya Adversus Haereses, karena jelas mengandung paham gnostik, namun Valentinus sendiri telah mengenal keempat injil kanonik.

Point penting dari daftar tersebut, jika dicermati seksama begitu jelas semuanya menyebut keempat injil Kanonik mulai dari Justin Martyr, Ireneus, Tertulian, Origenes, Eusebius & Didimus the Blind. Secara khusus untuk Ignatius & Polycarpus walaupun tidak menyebutkan daftar kitab namun bisa terlihat dari kutipannya ke kitab-kitab PB. Saya perlu tambahkan daftarnya, referensi awal yang menyebut keempat injil kanonik diantaranya Muratorian Canon, konsili Laodekia, konsili Hippo, konsili Chartage, codex Sinaiticus, Peshita & Latin Vulgata. Jika dianggap ada "injil Yesus" yang asli, referensi mana yang menyebutkan hal tersebut? :-)

Memang dalam proses kanonisasi PB terdapat beberapa kitab yang diperdebatkan. Beberapa kitab yg diperdebatkan pada akhirnya diterima masuk dalam kanon PB seperti 7 (tujuh) kitab dalam PB antara lain; Wahyu, Yakobus, Yudas, Ibrani, 2 Petrus, 2 dan 3 Yohanes. Namun ada juga yang tidak masuk dalam kanon PB seperti Sheperd of Hermas & 1 Clement yang disebutkan oleh Ireneus. Bruce Metzger seorang ahli Textual Criticism & pakar tentang Kanonisasi PB yang menulis buku teks: Metzger, Bruce M. The Canon of the New Testament: Its Origin, Development, and Significance. Clarendon Press. Oxford. 1987, saat diwawancari Lee Strobel menyatakan terlambatnya kitab-kitab itu masuk dalam kanon PB menunjukan betapa hati-hatinyanya gereja mula-mula, mereka tidak langsung begitu saja menerima kitab-kitab tersebut tetapi memastikannya dengan teliti. Berbeda dengan 20 kitab lainnya termasuk keempat injil kanonik yang tidak ada mempertanyakannya.

Kitab-kitab seperti Sheperd of Hermas, 1 Clement dan lain-lain hanyalah berupa surat-surat penggembalaan yang ditulis setelah era para rasul. Kemungkinan Ireneus terkesan dengan surat tersebut sehingga dia memasukannya dalam daftar kanon PB versinya karena isi surat dianggap bermanfaat. Surat-surat ini sejajar dengan surat-surat yang ditulis Ignatius & Polycarpus, namun surat semacam ini walaupun bermanfaat tetap tidak dimasukan dalam kanon PB karena tidak berasal dari era para rasul. Sangat berbeda dengan injil apokrif seperti injil Petrus, injil Maria, Gospel of Truth dan lain-lain yang memang tidak dipertimbangkan masuk dalam kanon PB, karena jelas-jelas produk bidat pada abad belakangan bukan dari era para rasul. Bahkan beberapa bapa gereja menentang keras seperti Ireneus yang mengkritik Valentinus dengan kitab Gospel of Truth.

KONKLUSI
Tidak adanya beberapa kitab PB dalam daftar kitab beberapa bapa gereja bukan berarti mereka tidak menerima kitab-kitab lainnya melainkan kemungkinan kitab-kitab itu salinannya belum dimiliki. Mengingat pada masa itu proses sirkulasi & pertukaran kitab antar daerah atau pemimpin jemaat masih berlangsung.

Berbeda dengan beberapa bidat seperti Marcion yang memang tidak menerima kitab lainnya, karena kitab yang dipilihnya (injil Lukas) sesuai dengan pengajarannya dan itupun sudah dimodifikasi. Hal serupa juga pada bidat Ebionites yg hanya menerima injil Matius. Sedangkan bidat lainnya seperti Valentinus memasukan injil lain (Gospel of Truth) itupun dikritik bapa gereja lainnya, namun tidak ada bapa gereja yg menerima injil apokrif lain seperti injil Petrus, injil Thomas etc. Beberapa surat yg dimasukan seperti Sheperd of Hermas oleh Ireneus karena surat penggembalaan itu bermanfaat, namun tidak masuk dlm kanon PB karena tdk berasal dari para rasul. Silahkan simak juga tulisan lainnya ttg kanonisasi PB Link.

Ok, sebagai feedback untuk FR sebagai muslim yang mencoba merekonstruksi ulang kanon PB sesuai dengan pemahamannya. Maka pertanyaaan KETIGA, silahkan buatkan daftar kitab PB yang sesuai dengan sistem teologi Islam? Pertanyaan ini penting utk eksistensi Quran di hadapan data sejarah.
Share:

Mujizat Yesus & KeilahianNya

Dalam Perjanjian Baru tercatat Yesus banyak melakukan mujizat seperti membangkitkan orang mati, menyembuhkan orang sakit, menghentikan badai, memberikan makan 5000 orang, berjalan di atas air dan lain-lain. Eksistensi mujizat yang dilakukan Yesus dikoroborasi dengan berbagai dokumen extrabiblikal seperti Talmud (Sanhedrin 32a & 107b), Sybline Oracle, Celsus dll. Namun pihak Judaism & penulis pagan memandangnya secara negatif sebagai perbuatan sihir. Berbeda dengan Quran yang masih memandang positif bahwa mujizat Yesus karena kuasa dan ijin Allah. Pihak liberal scholars beranggapan lain bahwa mujizat Yesus hanyalah mitos yang diciptakan oleh pengikut Yesus. Keberatan pihak liberal scholars bukanlah keberatan historis melainkan filosofis yang anti supranatural karena banyaknya data historis mementahkan pandangan tsb. Diskusi seputar historitas mujizat Yesus dapat disimak dalam tulisan ini: http://apologiakristen.blogspot.co.id/2011/12/debat-historitas-mujizat-yesus.html

Hasil gambar untuk Jesus Miracle Lazarus

Pilihan logis yang tersedia dalam menilai eksistensi mujizat Yesus, yaitu apakah mujizat itu perbuatan sihir sesuai anggapan pihak Judaism & penulis pagan atau perbuatan berkaitan dengan kedaulatan Allah sebagaimana diimani pihak kekristenan & Islam. Titik ini merupakan salah satu titik perbedaan signifikan antara Islam & Judaism dalam konteks secara umum bahwa Yesus dianggap sebagai nabi palsu oleh Judaism sebaliknya oleh Islam tetap dianggap sebagai salah satu nabi. Namun bagaimana kaitan mujizat Yesus dengan keilahianNya, apakah mujizat itu membuktikan keilahianNya? Lalu bagaimana dengan nabi-nabi lain sebagaimana tercatat dalam Tanakh/PL yang juga melakukan mujizat?

Untuk membahas hal ini, saya mengambil klasifikasi mengenai status pembuat mujizat (miracle worker) menurut pendapat salah satu scholar Werner Kahl. Dia menjelaskan klasifikasi tersebut ".. I will refrain from using the term ‘miracle worker’ in my analysis, and introduce instead the terms ‘bearer of numinous power’ (?BNP) for subjects who incorporate healing power in themselves, ‘petitioner of numinous power’ (?PNP) for those whose function is to activate their gods through prayer, and ‘mediator of numinous power’ (?MNP) for those subjects who mediate a ?BNP’s numinous power for the performance of a miracle..". Werner Kahl, New Testament Miracle Stories in Their Religious-Historical Setting, Vandenhoeck & Ruprecht, 1994, p. 76.

Menurut Kahl terdapat 3 (tiga) kategori tentang status pembuat mujizat, pertama Bearer of Numinous Power (BNP) atau bisa diartikan pemilik kuasa Ilahi, kedua Petitioner of Numinous Power (PNP) atau pemohon kuasa Ilahi dan ketiga Mediator of Numinous Power (MNP) atau perantara kuasa ilahi. Selanjutnya kita lihat pendapat Eric Eve yang menjabarkan klasifikasi versi Kahl ini dalam kajian detail tentang miracle worker dari berbagai jewish literatur "...throughout the Old Testament and much other Jewish literature, the BNP is always Yahweh. When the prayer of an Elijah or a ?oni causes drought or brings rain, the prophet or holy man acts as a PNP. When the Red Sea parts at the smiting of Moses’ rod, Moses acts as an MNP...". Eve, E. (2002). Vol. 231: The Jewish Context of Jesus' Miracles. Journal for the Study of the New Testament. (16). London;  New York: Sheffield Academic Press.

Gambar mungkin berisi: teks

Dari hasil survey berbagai jewish literature seperti tulisan Josephus, Philo, berbagai literatur apokaliptik (Wisdom of Solomon), sejumlah teks Qumran dll, Eve menegaskan bahwa orang Yahudi selalu memandang bahwa hanya YHWH sebagai satu-satu BNP. Sedangkan nabi atau tokoh pembuat mujizat lainnya hanya masuk dalam kategori Pemohon (PNP) atau Mediator (MNP), contohnya Musa masuk kategori MNP dan Elia kategori PNP.

Bagaimana dgn Yesus, apakah Dia sebagai BNP, PNP atau MNP? dari kajian Eve setelah membandingkan berbagai figur dalam berbagai literatur, Eve mengkategorikan Yesus sebagai BNP ".. More importantly, Jesus differs from all other prophetic figures known about in Judaism .. in performing his miracles as a BNP.. The first is the consistency in the portrayal of Jesus as BNP rather than MNP or PNP throughout the tradition, despite the rarity of such a portrayal of a human figure elsewhere in Judaism.." Eve, E. (2002). Vol. 231: The Jewish Context of Jesus' Miracles. Journal for the Study of the New Testament. (386). London;  New York: Sheffield Academic Press.

Jika kita meneliti secara seksama bagaimana Yesus melakukan mujizat, maka kita menemukan pola yang khas dibandingkan nabi-nabi lainnya yang melakukan mujizat yaitu Yesus tidak melakukan permohonan untuk bisa melakukan mujizat. Misalnya dalam menyembuhkan orang yang lumpuh tidak ada catatan Yesus melakukan permohonan sebelumnya kepada Allah. Yoh 5:8-9  Kata Yesus kepadanya: "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah." Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan.

Demikian pula dalam konteks Mediator, berbagai mujizat yang terjadi pada masa Musa memperlihatkan peran dan inisiatif Allah untuk menunjukan mujizat seperti kuasa atas alam dengan mujizat membelah laut. Kel 14:16 "Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering". Berbeda dengan kuasa Yesus atas alam dengan memerintahkan langsung angin untuk berhenti. Mrk 4:39  Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. 

Lalu bagaimana dengan doa Yesus sebelum melakukan beberapa mujizat? doa yang dilakukan Yesus ini bukanlah doa untuk bermohon agar diberi kuasa untuk melakukan mujizat, melainkan doa ucapan syukur atau berkat (Mat 14:19, Luk 9:16, Yoh 6:11).
Mat 14:19  Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak.

Demikian pula saat Yesus membangkitkan Lazarus, Yesus bukan bermohon agar Lazarus dibangkitkan melainkan menaikan ucapan syukur kepada Bapa.
Yoh 11:41 ..Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. 
Yoh 11:42  Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." 
Yoh 11:43  Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!

Beberapa pihak memahami ayat ini sebagai penolakan atas keilahian Yesus dengan berargumen jika Yesus adalah Allah mengapa dia berdoa kepada Allah? Keberatan ini sebuah strawman argument terhadap ajaran Trinity dengan memahaminya dalam pengertian Sabellian, padahal dalam Trinity dibedakan antara Yesus dan Allah Bapa sehingga doa Yesus itu ditujukan kepada Allah Bapa. Demikian pula argumentasi bahwa Yesus hanyalah utusan, harus dipahami dalam konteks misi penyelamatan Allah kepada manusia dengan mengutus Sang Anak untuk menjalankan misi tersebut. Saya kira pembahasan masalah ini, perlu dibahas dalam topik tersendiri. Namun pointnya berkaitan dengan topik mujizat Yesus, bahwa doa Yesus itu bukanlah sebuah permohonan kepada Allah Bapa agar diberi kuasa untuk membangkitkan Lazarus melainkan sebuah ucapan syukur dan peristiwa itu akan menjadi kesaksian tentang Yesus.

Sebagai data tambahan tentang kebangkitan Lazarus, kita bisa perhatikan dalam ayat-ayat sebelumnya. Setelah beberapa waktu sebelumnya Lazarus mengalami sakit, dia kemudian mati dan Yesus tidak berada di tempat Lazarus namun Dia tahu tentang kematian Lazarus tersebut dan menegaskan bahwa Dia akan membangkitkan Lazarus.
Yoh 11:11  Demikianlah perkataan-Nya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: "Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya". Marta kemudian menyampaikan informasi tentang kematian Lazarus kepada Yesus, padahal Yesus telah tahu sebelumnya. Yesus kembali menegaskan bahwa Lazarus akan bangkit. Yoh 11:23  Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit.". Berdasarkan data ini membuktikan bahwa Yesus memiliki otoritas mujizat untuk membangkit Lazarus sehingga doa Yesus kepada Allah bukanlah sebuah permohonan agar Dia bisa membangkitkan Lazarus, sehingga Yesus lebih tepat dikategorikan sebagai BNP (Bearer of Numinous Power) atau pemilik kuasa Ilahi.

Sekarang kita bandingkan dengan Elia yang melakukan permohonan agar anak yang mati itu dibangkitkan Allah. 1Rj 17:21-22  Lalu ia mengunjurkan badannya di atas anak itu tiga kali, dan berseru kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa anak ini ke dalam tubuhnya." TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali". Elia jelas disini dikategorikan sebagai PNP Petitioner of Numinous Power) atau pemohon kuasa Ilahi. Hal yang sama juga berlaku kepada Petrus sebagai PNP. Kis 9:40  Tetapi Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata: "Tabita, bangkitlah!" Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk". Demikian pula dengan Elisa saat orang yang mati hidup kembali setelah terkena tulang-tulang Elisa (2 Raj 13:21). Hal ini hanya menempatkan Elisa melalui tulang-tulangnya sebagai MNP (Mediator of Numinous Power) atau perantara kuasa ilahi.

Berikut ini bukti tambahan bahwa Yesus sebagai BNP atau pemilik kuasa ilahi.
Mrk 3:10  Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya hendak menjamah-Nya.
Luk 6:19  Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya. 
Demikian pula penyembuhan yang dilakukan dalam nama Yesus.
Kis 3:6  Tetapi Petrus berkata: "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!". Kis 9:33-34  Di situ didapatinya seorang bernama Eneas, yang telah delapan tahun terbaring di tempat tidur karena lumpuh. Kata Petrus kepadanya: "Eneas, Yesus Kristus menyembuhkan engkau; bangunlah dan bereskanlah tempat tidurmu!" Seketika itu juga bangunlah orang itu. 

Sebagaimana kajian komprehensif Eric Eve yang menegaskan bahwa dari berbagai jewish literature, hanya YHWH sajalah yang disebut sebagai BNP atau pemilik kuasa Ilahi. Dengan demikian Yesus sebagai BNP merupakan salah satu bukti keilahianNya.
Share:

Genealogy Discussion (Seri 5): Yoh 8:41 - Sindiran kepada Yesus sebagai anak Zinah?

Dalam serie 4 telah dibahas rujukan tentang Yesus dalam Talmud khususnya penyebutan Ben Stada & Ben Pandera. Menachem Ali menggunakan data Talmud ini untuk menjustifikasi tesisnya bahwa ibu Yesus (Maria) telah dituduh berzinah. Namun data Talmud itu tidak akurat karena Ben Stada lebih merujuk ke "orang Mesir" dibandingkan Yesus dan Ben Stada tidak berada di zaman Yesus. Jika kita bandingkan dengan data dari tulisan Origen & Justyn Martyr, maka tuduhan berzinah itu nanti muncul belakangan setelah beredarnya injil Kanonik yang memuat informasi the Virgin Birth.

Dalam tulisan ini, kita akan mengkaji masalah issue seputar perzinahan itu pada masa Yesus. Apakah memang telah ada tuduhan seperti itu dilontarkan ke Yesus? M Ali mencoba membuktikan bahwa tuduhan itu ada dengan menggunakan teks Yoh 8:41 sebagai prooftext. Dia menguraikan panjang lebar argumentasinya pada tulisan Part 6 dengan mengutip pendapat beberapa bible scholar yg sesuai dengan posisinya.

Gambar terkait

Berikut ini teks Yoh 8:41 yg akan kita kaji.
Greek: ὑμεῖς ποιεῖτε τὰ ἔργα τοῦ πατρὸς ὑμῶν. εἶπαν αὐτῷ Ἡμεῖς ἐκ πορνείας οὐκ ἐγεννήθημεν, ἕνα Πατέρα ἔχομεν τὸν Θεόν.
Translit: hymeis poieite ta erga tou patros hymon. eipan auto Hemeis ek porneias ouk egennethemen, hena Patera echomen ton Theon
NIV: You are doing the works of your own father." "We are not illegitimate children," they protested. "The only Father we have is God himself.
KJV: Ye do the deeds of your father. Then said they to him, We be not born of fornication; we have one Father, even God.

Kata kunci yang jadi inti pembahasan adalah πορνείας (porneias) yang sejajar dengan kata zenut (Aramaic) & zanah (Hebrew). Untuk makna kata porneias, M Ali merujuk ke Cleon L. Rogers JR & Cleon L. Rogers III dalam bukunya  The New Linguistic and Exegetical Key to the Greek New Testament, (Michigan: Zondervan Publishing House, 1998) dengan makna "fornication, unlawful sexual relation". Saya kira makna dasarnya memang seperti itu (fornication) sebagaimana diartikan oleh berbagai greek dictionary yang ada. Namun dalam penggunaannya kata ini juga digunakan secara metafor & figuratif, beberapa dictionary telah menambahkan makna figuratifnya seperti Thayer's Greek Lexicon ".. πορνείας is used metaphoricaly of the worship of the idols.." & Strong' Hebrew & Greek Dictionary "..πορνείας´ porneia por-ni'-ah From G4203; harlotry (including adultery and incest); figuratively idolatry: - fornication...". So.. makna seperti apa yg dimaksudkan dalam Yoh 8:41 kuncinya terletak pada konteks.

Dalam tulisannya tidak terlihat M Ali melakukan kajian atas konteks dari ayat tsb, melainkan langsung mencari rujukan ke bible scholars yang cocok dengan pendapatnya. Ada 4 (empat) bible scholars yg dikutipnya, sbb:
- Leon Morris, the Gospel According to John. Revised Edition. The New Inter ational Commentary on the New Testament (Cambridge, UK: William B. Eerdmans Publishing Company, 1995) "..They answer that they are not illegitimate children which is a very curious response. They may be reviling Jesus. While they would not have given countenance to the Christian doctrine of the Virgin Birth, the Jews may well have known that there was something unusual about the birth of Jesus and have chosen to allude to it in this way. There was of course a Jewish slander that Jesus was born out of wedlock (see the passage cited in R. Travers Herford, Christianity in Talmud and Midrash (London, 1903, p. 35ff)
- James D. Tabor, The Jesus Dynasty (New York: Simon & Schuster, 2006), "..many scholars have found in this crytic saying an echo of the ugly label that Jesus had faced throughout his life - namely that his mother Mary had become pregnant out of wedlock. The Gospel of Thomas has no birth stories or references to Joseph or to the virgin birth here in this text we appear to have some reflection of the illegitimacy story."
- Amy-Jill Levine & Marc Zvi Brettler, The Jewish Annotated New Testament (New York: Oxford University Press, 2011) "..We are not illegitimate, perhaps an implied contrast to Jesus' supposed illegitimacy (Origin, Cels 1.28)..".
- David H. Stern, Jewish New Testament Commentary: A Companion Volume to the Jewish New Testament, (Clarksville, USA: Jewish New Testament Publications, 1992), hal.183. "..We are not illegitimate children, like you (implied)! Apparently they knew something about unusual circumstance of Yeshua's birth...".

Saya telah men-survey berbagai buku/commentary (sekitar 60an buku) serta beberapa jurnal yg membhs Yoh 8:41 dan memang terdapat perbedaan pendapat memahami ayat tsb. Secara khususnya berkaitan dgn perkataan ahli Taurat, apakah bermaksud menyerang/menyinggung Yesus tentang latar belakang kelahiranNya atau tidak. Jika dicermati perbedaan pendapat ini terletak pada cara penafsirannya, mereka yang beranggapan adanya tuduhan the illegitimate birth terfokus pada teks dan mengaitkannya dgn pemahaman dlm Talmud & tulisan Celsus. Sedangkan yang lain lebih memperhatikan konteks dan dari konteksnya kata "porneias" diartikan secara figuratif/metafora.

Berikut ini kutipan dari beberapa scholars yang mengartikan teks itu berdasarkan konteks bahwa kata "porneias" diartikan secara figuratif/metafora berkaitan dgn penyembahan kepada Allah.
- Beasley-Murray, G. R. Vol. 36: Word Biblical Commentary, Dallas, 2002 "..Jesus has stated that the works of his Jewish opponents show that their father is not Abraham but another, as yet unnamed. To this they reply that they are not spiritual bastards but the children of God. Their language echoes that of Hosea, who had likened Israel’s idolatry to spiritual harlotry...."
- Carson, D. A, The Gospel according to John, Inter-Varsity Press-Eerdmans, 1991 "..It is not mere repetition of a biological fact. The Jews are advancing the argument by saying, in effect, that even in the moral and ethical realm, they measure up well enough to be considered the descendants of Abraham..."
- Adam Clarke, Commentary on the Whole Bible, 1832 "...  We are not a mixed, spurious breed - our tribes and families have been kept distinct - we are descended from Abraham by his legal wife Sarah; and we are no idolaters.."
- Jamieson etc, Commentary Critical and Explanatory on the Whole Bible, 1871 ".. we have one Father, God — meaning, as is generally allowed, that they were not an illegitimate race in point of religion, pretending only to be God’s people, but were descended from His own chosen Abraham.."

Jika kita bandingkan kedua pendapat ini, pendekatan tafsiran berdasarkan konteks jauh lebih kuat dibandingkan berdasarkan setting sejarah yg merujuk ke Talmud. Sebenarnya tafsiran dengan memperhatikan setting sejarah juga penting, namun kita harus cermat melihat setting sejarah itu, apakah telah ada pada masa itu atau nanti muncul belakangan. Don Carson telah menuliskan buku yang membahas berbagai kesalahan-kesalahan eksegetis dengan judul Exegetical Falacies, Baker Academic, 1996, telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh penerbit Momentum thn 2009. Carson menyatakan "..setiap kata memiliki rentang semantik tertentu yang terbatas, dan oleh karena itu konteks membatasi atau membentuk arti sebuah kata..  secara linguistik, arti bukanlah miliki intrinsik sebuah kata.." Carson kemudian mengutip Nida "..arti adalah sekumpulan relasi di mana sebuah simbol verbal merupakan suatu tanda.." (Eugene A. Nida, Exploring Semantic Structures, Munich: Finch, 1975). 

Talmud yang jadi rujukan nanti dikompilasi pada abad ke-4 dan terbukti detailnya tidak akurat, juga tulisan Celsus ditulis pada abad ke-2. Maka rujukan ini tidak bisa dijadikan setting sejarah dari peristiwa yang terjadi pada  abad ke-1. Carson menyebutkan kesalahan seperti ini sebagai Anakronisme semantik ".. kesalahan ini muncul ketika penggunaan yang lebih terkini dari sebuah kata dimasukan ke dalam literatur yang lebih tua..". Dengan demikian setting sejarah ini anakronistik sehingga menafsirkan teks Yoh 8:41 mengacu pada hal ini merupakan tafsiran yang eisegesis.

Mari kita simak konteks dari teks tsb, untukitu kita perlu membaca keseluruhan perikopnya khususnya mulai ayat 31 s/d 48. Dalam dialog Yesus dengan orang-orang Yahudi itu, Yesus mengajarkan bahwa jika seseorang menerima firmanNya maka dia akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekannya (Ay 31-32). Mereka kemudian menjawab bahwa mereka adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun (Ay 33). Mereka keliru memahami perkataan Yesus khususnya pada kata "memerdekan" yg mereka pahami bahwa Yesus menganggap mereka belum merdeka atau menjadi hamba secara literal. Padahal yg Yesus maksudkan secara rohani yaitu hamba dosa.

Yesus kemudian menegaskan bahwa mereka memang keturunan Abraham secara fisik (ay 37), namun Yesus menganggap mereka bukan keturunan Abraham secara rohani. Hal ini dikatakan Yesus karena mereka menolak Dia yang telah mengerjakan kehendak Allah sebagaimana juga dilakukan oleh Abraham (ay 40). Sehingga Yesus mempertanyakan apakah Allah adalah bapa mereka (ay 41a "..pekerjaan bapamu sendiri..") secara implisit mengarah ke "bapa" yang lain merujuk ke Iblis atau penyembahan berhala (idolatry berupa zinah secara rohani). Ahli-ahli Taurat menolak anggapan Yesus itu dengan menyatakan bahwa Iblis bukanlah bapa mereka atau mereka tidak melakukan zinah rohani (idolatry) dan menegaskan bahwa Allah adalah bapa mereka (ay 41b).

Pada ayat selanjutnya semakin memperjelas hal ini, pada ayat 44 "..Iblislah yang menjadi bapamu.." sesuai dengan ay 41a tsb. Demikian pula ay 48 "..Orang-orang Yahudi menjawab Yesus: "Bukankah benar kalau kami katakan bahwa Engkau orang Samaria dan kerasukan setan?", Yesus dianggap sebagai orang Samaria dalam pengertian orang yg tersesat seperti Samaria dan kerasukan setan. Hal ini mempertegaskan bahwa ayat 41 tidaklah berbicara tentang zinah secara literal melainkan secara rohani.

Paul Meier salah satu giant dalam studi historical Jesus menyatakan tafsiran the illegitimate birth dalam Yoh 8:41 sebagai "..highly imaginative..". Sebagaimana ditulisnya dalam buku Meier, J. P. (1991). A marginal Jew, rethinking the historical Jesus: Volume one, The Roots of the Problem and the Person (228). New Haven;  London: Yale University Press "... that Jesus is raising the question of their legitimate birth and that he is discussing their legitimacy in spiritual rather than physical terms (he admits that physically they are sons of Abraham), to see a hidden reference to Jesus’ physical illegitimacy in vv 39–41 is, in my opinion, highly imaginative..".

Dalam The IVP Bible background commentary, Craig S. Keener sebagai editornya juga menyatakan kritikannya "... Some scholars have also seen here an allusion to the later rabbinic charge against Jesus that his mother bore him to a Roman soldier rather than as a virgin, though this is not clear in this debate.) Keener, C. S., & InterVarsity Press. (1993). The IVP Bible background commentary : New Testament (Jn 8:41). Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press.

Sekarang kita coba analisis satu persatu dari referensi yang digunakan M. Ali.
Pertama Leon Morris, the Gospel According to John. Dalam tulisannya merujuk pada buku Travers Herford, Christianity in Talmud and Midrash. Tulisan Herford telah kita bahas sebelumnya dan Herford menegaskan rujukan mengenai Ben Stada itu tidak akurat karena pappus b. Judah sebagai suami Maria (Stada) hidup pada masa rabbi Akiba dan bukan pada masa Yesus.

Kedua James D. Tabor, The Jesus Dynasty. Tabor merujuk pada injil Thomas yang menurutnya tidak ada kisah tentang Yusuf atau the Virgin Birth. Namun rujukan ke injil Thomas tidak tepat karena dari analisis yang kritis oleh umumnya scholar, injil Thomas diberi tanggal pada kisaran abad ke-2, selain itu isi injil Thomas umumnya berupa kumpulan ucapan dan sangat sedikit narasi kisah yang melatarbelakangi ucapan2 tsb, mirip dengan Quran.

Ketiga, Amy-Jill Levine & Marc Zvi Brettler, The Jewish Annotated New Testament. Levine & Brettler menyebut rujukan ke tulisan Origen yang berisi kutipan perkataan Celsus. Rujukan ini juga tidak tepat karena tulisan Celsus nanti ditulis pada abad ke-2 mengacu pada tuduhan orang Yahudi diaspora tentang seorang prajurit Romawi bernama Panther yang dianggap menghamili Maria.

Keempat, David Stern, the Jewish New Testament. Stern memang scholar yang dikenal concern pada masalah latarbelakang Yahudi dari perjanjian baru, banyak manfaat yang bisa dipetik dari buku-bukunya tsb. Namun kita perlu cermat & kritis dalam membaca sebuah tulisan termasuk buku Stern. Mari kita lihat kutipan lengkapnya "...We’re not illegitimate children, like you (implied)! Apparently they knew something about the unusual circumstances of Yeshua’s birth. Compare 9:34; also Mattityahu 1–2, Luke 1–3 and notes there. Stern, D. H, Jewish New Testament Commentary  : A companion volume to the Jewish New Testament, Clarksville, 1996. Frase "like you" adalah tafsiran Stern berdasarkan dugaannya bahwa para ahli Taurat tahu tentang latarbelakang kelahiran Yesus (Yeshua) yang tidak biasanya. Tetapi Stern tidak memberi data penunjang atas tafsirannya tsb kecuali menyebut ayat pembanding Yoh 8:41 dan catatannya tentang Matius 1-2 & Lukas 1-3.

Sekarang kita cek ayat pembanding yang disebut Stern, Yoh 9:34  Jawab mereka: "Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?" Lalu mereka mengusir dia ke luar". Ayat ini memberi kesan sebagai bukti yang kuat mengenai tuduhan the illegitimate birth, namun jika kita lihat konteksnya, ayat itu tidak ditujukan kepada Yesus melainkan ke orang buta yang disembuhkan Yesus. Pada saat itu orang Yahudi beranggapan penyebab terjadinya kebutaan itu karena dosa.
Yoh 9:24-33  Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu dan berkata kepadanya: "Katakanlah kebenaran di hadapan Allah; kami tahu bahwa orang itu orang berdosa."... Jawab orang itu kepada mereka: "Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang... Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa."
Yoh 9:34  Jawab mereka: "Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?" Lalu mereka mengusir dia ke luar. 
Yoh 9:35  Yesus mendengar bahwa ia telah diusir ke luar oleh mereka. Kemudian Ia bertemu dengan dia dan berkata: "Percayakah engkau kepada Anak Manusia?" 

Berdasarkan tafsiran Stern, M Ali mewacanakan perkataan ahli Taurat itu "We are not illegitimate children" sebagai sebuah Satire. Namun sebuah Satire biasanya menggunakan gaya bahasa hyperbolic dengan sasaran yang jelas. Perhatikan salah satu contoh Satire yang digunakan Yesus. Mat 7:5  Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.". Godaan untuk menambahkan frase "like you" seperti dikatakan Stern memang cukup kuat, jika kita begitu "terindoktrinasi" dengan pemahaman adanya tuduhan the illegitimate birth seperti yang disebutkan dalam Talmud. Namun akal jernih mencegah kita melakukannya, karena dari konteksnya memang tidak ada petunjuk ke arah sana.

Dengan demikian kita bisa simpulkan bahwa penafsiran Yoh 8:41 mengenai tuduhan atau sindiran atas latarbelakang kelahiran Yesus yang tidak biasanya, tidaklah tepat. Maka pernyataan Quran mengenai adanya tuduhan orang-orang Yahudi kepada Maria tidaklah memiliki dasar sejarah yang valid. Hal ini menunjukan pernyataan dalam Quran itu mengadopsi pemahaman dalam Talmud yang nanti berkembang kemudian. Berdasarkan data sejarah, pada masa Muhammad ada banyak orang Yahudi di Arabia khususnya Madinah sehinggga informasi seperti itu bisa didapatkan dari mereka.

Lihat Seri Diskusi
Share:

Genealogy Discussion (Seri 4): Kredibilitas Talmud & Referensi tentang Yesus

Tulisan tentang Yesus (Yeshu) Ben Stada dalam serie ke-3 dari Genealogy Discussion Series telah ditanggapi Menachem Ali melalui tulisan Part 7 dari series "Sejarah yang Terlupakan". Namun tanggapan tersebut terkesan ditulis terburu-buru dan banyak mengandalkan retorika tanpa ditunjang data memadai. Bahkan menyajikan strawman arguments terhadap posisi saya.

Hasil gambar untuk Talmud
Pertama-tama mari kita lihat strawman arguments tersebut yang memposisikan bahwa saya menolak referensi tentang Yesus dalam Talmud. "..Jimmy Jeffrey sengaja menggiring opini kepada para pembacanya untuk berpandangan bahwa narasi Yeshu ha-Notzri yang disapa dng sebutan Yeshu Ben Stada atau Yeshu Ben Panthera sebagaimana yang termaktub dalam kitab Talmud merupakan narasi fakta historis yang merujuk pad Yesus yang lain (the other Jesus), dan bukan merujuk kepada Yeshu ha-Notzri.."

Padahal posisi saya jelas tidak menolak referensi tentang Yesus dalam Talmud, namun mengkritisi rujukan dalam Talmud khususnya tentang Ben Stada. Saya kutipkan lagi pernyataan saya "...Dalam Talmud tersebut Ben Stada disamakan dgn Ben Pandera yang memang dlm Talmud pada bagian yg lain Ben Pandera lebih merujuk pada Yesus seperti dlm Talmud Babilonia: Abodah Zarah 27b ddan Talmud Yerusalem: Shabbath 14d & Abodah Zarah 40d. Maka penyebutan Ben Stada jelas tdk akurat karena pihak Ammorium telah mencampurkan adukan Orang Mesir itu dgn Yesus. Hal ini membuktikan rujukan dlm Talmud berkaitan informasi sejarah bukan informasi yg bisa diandalkan..".

Gambar terkait

Dari Talmud Babilonia (Bavli), Shabbath 104b dituliskan "... But did not Ben Stada bring forth witchcraft from Egypt by means of scratches18 [in the form of charms] upon his flesh?.." tentang seseorang yang membawa sihir dari Mesir. Detail ini lebih cenderung merujuk kepada "orang Mesir" sebagaimana disebutkan dlm Kis 21:38 & Joshepus (Antiquities 20:8:6) dibanding Yesus dr Nazareth. Tidak ada data yang menunjukan Yesus ke Mesir dlm usia dewasa kecuali saat bayi bersama kedua orang tuanya.

Detail lain dari data Talmud itu tentang anakronisme, yang membantah rujukan Ben Stada ke Yesus yaitu penyebutan Pappos b. Judah  sebagai suami Maria yang hidup bukan pada masa Yesus melainkan pada abad berikutnya. Saya telah mengutip pernyataan seorang scholar Travers Herford dlm bukunya Christianity in Talmud & Midrash, William & Norgate, London, 1953 yang menyatakan "...He was contemporary with, and a friend of, R. Aqiba". Untuk lebih jelasnya, saya tampilkan data Talmud tentang hal ini. Talmud Bavli, Berachoth 61b ".. Pappus b. Judah came and found R. Akiba publicly bringing gatherings together and occupying himself with the Torah.. afterwards R. Akiba was arrested and thrown into prison, and Pappus b. Judah was also arrested and imprisoned next to him..".

Memang point anakronisme selain membantah pengasosian Ben Stada dgn Yesus juga sekaligus Ben Stada dgn "orang Mesir" yg hidup pd abad pertama. Sehingga memunculkan alternatif ketiga yaitu seseorang yg hidup pada abad kedua pd masa rabbi Akiba. Namun alternatif ini tetap membantah Ben Stada sebagai Yesus yg menjadi inti dari diskusi. Adapun detail yg jadi dasar anggapan Ben Stada itu Yesus adalah penyamaan Ben Stada dgn Ben Pandera, dimana pada bagian Talmud yg lain Ben Pandera lebih merujuk ke Yesus, seperti penyebutan Yesus digantung & mempunyai murid-murid (Talmud Bavli: Sanhedrin 43a) & penyembuhan dalam nama Yesus Ben Pandera (Talmud Bavli:Abodah Zarah 27b & Talmud Jerusalem: Shabbath 14d/Abodah Zarah 40d). Selain itu adanya kesamaan dgn nama ibu Yesus (Maria), namun nama "Maria" begitu umum di Palestina saat itu sebagaimana bisa kita lihat dlm Injil.

Asersi M Ali tentang tuduhan zinah mengacu pada kata Stada "...sang tokoh Miryam yang disapa dng gelar Stada; akronim dari Satit da mi ba'alah (sang perempuan yang tidak setia kepada suaminya)..". Namun dari kajian atas teks dlm Talmud itu, menunjukan penyebutan Ben Stada itu tidaklah akurat. Apalagi dikatakan sebagai ingatan kolektif dari orang Yahudi yg diwariskan ke generasi berikutnya, karena bukti dari detail tentang "orang Mesir" dan "anakronisme" membantah klaim M Ali.

Dalam tulisan saya sebelumnya, telah dipaparkan data extrabiblikal tentang tuduhan mengenai "the illegitimate birth" dr Yesus oleh Celsus seorang penulis pagan dlm bukunya the True Discourse (Alethes Logos) thn 178M. Tulisan itu telah hilang, namun msh tercatat kutipannya dlm tulisan Origen berjudul the Contra Celsum (Against Celsus) thn 248M. Celsus mendengar info itu dr orang Yahudi diaspora dan menyebutkan ttg Panthera seorang prajurit Romawi yg menghamili Maria. Keterangan ini kontradiktif dgn detail dlm Talmud, karena dlm Talmud tidak ada petunjuk adanya "perkosaan" atau "perselingkuhan" karena adanya penyebutan suami Maria. Selain itu dlm Talmud suami Maria atau katakanlah "orang" yg menghamilinya lebih merujuk pd orang Yahudi dan bukan gentile. Kemungkinan besar seseorang yg bernama Pandera/Phantera yg disebutkan oleh Celsus & Talmud hanya nama fiktif dan hanya permainan kata dari kata Yunani "parthenos" (perawan) sebagaimana dikatakan beberapa scholar seperti Joseph Klausner dlm bukunya Jesus of Nazareth, New York: Menorah Publishing Co, 1925.

Hal yg menarik Justin Martyr yg hidup pada awal abad ke-2 dlm bukunya Dialogue with Trypho menuliskan pembelaannya terhadap kekristenan dr seorang Yahudi, namun tdk ada tuduhan dr orang Yahudi dlm dialog tsb ttg the illegitimate birth dr Yesus.  Dari perbandingan tulisan Origen & Justyn Martyr ini, terlihat bhw  issue masalah Yesus sebagai anak hasil perzinahan lebih dulu berkembang di kalangan Yahudi diaspora dibanding Yahudi di Palestina. Pointnya cukup jelas issue masalah "the illegitimate birth" nanti berkembang pd abad berikutnya sesudah masa Yesus.

Dari kajian ini, tesis yang disampaikan Paul Meier semakin diperkuat, bahwa tuduhan masalah the illegitimate birth itu nanti berkembang setelah injil Kanonik khusus Matius telah tersebar, sehingga informasi ttg the virgin birth telah diketahui banyak orang. Bagi mereka yg tidak menerima konsep the virgin birth akan beranggapan bhw Maria telah berzinah atau diperkosa sehingga melahirkan Yesus. Saya kutipkan kembali tesis Paul Meier yg dituliskan dlm salah satu bukunya ".. That Matthew’s version should be the major target of the parody is hardly surprising. Matthew—the supposedly “Jewish Gospel”—is much clearer in its affirmation of the virginal conception than is Luke, and by the middle of the 2d century Matthew was fast becoming the most popular Gospel in mainstream Christianity... All that the story in Celsus really tells us, therefore, is that by the middle of the 2d century a.d. some Diaspora Jews had become aware of the claims Matthew made in 1:18–25 and had tried to refute them by parody". Meier, J. P. (1991). A marginal Jew, rethinking the historical Jesus: Volume one, The Roots of the Problem and the Person (224). New Haven;  London: Yale University Press. page 223.

M Ali terkesan mencoba membela kredibilitas Talmud dengan menolak hasil analisis saya tentang Ben Stada padahal saya telah menyajikan data yg signifikan. M Ali menolak pendapat R.T. France dengan manyatakan "...Kitab Talmud dalam pandangan Judaism bukan sekedar kumpulan midrash Halacha yang menyangkut persoalan hukum, tetapi juga merupakan kumpulan midrash Aggada yang penyangkut persoalan teologi dan sejarah..". Namun pendapat M Ali justru bertentangan dgn pendapat banyak ahli termasuk seorang Jewish Scholar disegani Jacob Neusner, dalam bukunya Rabbinic Narrative: A Documentary Perspective Volume One, Brill, London-Boston, 2003, Neusner menyatakan "... The entire corpus of narratives in the Halakhic foundation-documents, the Mishnah and the Tosefta, in volume does not add up to as much as an entire tractate of the Halakhah....Historical events play no important role in suggesting themes for narration, let alone happenings worthy of particular interest (page 300) .. Finally, the new consensus of learning outside of the State of Israel, that stories in the Rabbinic literature cannot be read as factual, historical accounts of things really said and done, finds confirmation in her discussion (page 310)"

Jika M Ali mau konsisten dengan sikapnya untuk membela kredibilitas Talmud maka detail informasi sejarah lainnya dalam Talmud dan berbagai literatur rabbinik seharusnya diterimanya, jika tidak akan terjadi standard ganda di sini. Lalu bagaimana dengan keterangan dlm Talmud yg jelas menyebutkan Ishak yg dikorbankan bukan Ishmael (Talmud-Sanhedrin 89b)? Informasi tentang Ishak sebagai anak yg akan dikorbankan juga terdapat dlm Targum Pseudo Jonathan, Midrash & Dead Sea Scrolls.

M Ali kemudian membuat pernyataan yg menurut saya cukup "berani" dengan mengatakan "..Teks Quran terkait konsep the virgin birth tidak memiliki daya otoritas atas peristiwa yang terjadi menyangkut Yeshu ha-Notzi, karena Quran bukanlah teks yang berperan sebagai saksi fakta, tetapi Quran hanya bisa diajukan sebagai teks yang berperan sebagai saksi ahli. Itu pun tidak penting, karena kesaksian Quran sebagai teks saksi ahli hanya bersifat sekunder, tetapi tidak dijadikan sebagai alat bukti. Bukankah Quran baru terbit 600-an tahun kemudian pasca peristiwa itu terjadi? Jadi tidak penting menjadikan Quran sebagai alat bukti..".

Apakah memang benar narasi sejarah dlm Quran tidak memiliki daya otoritas? Lalu bagaimana dengan detail sejarah dlm Quran yang jelas-jelas bertentangan dgn Tanakh/PL dan PB misalnya tentang anak yg akan dikorbankan (Ishak atau Ishmael)? Berdasarkan pendapat M Ali bahwa Quran bukanlah saksi fakta hanya sebagai saksi ahli, maka pernyataan Quran yg berbeda itu bisa dikatakan "lemah" atau tidak "berotoritas" dibandingkan saksi fakta untuk Tanakh/PL atau PB. Saya kira umumnya muslim akan bersandar pada pemahaman wahyu dari Allah yang berdasarkan iman diklaim berotoritas. So... ini sebuah terobosan "berani"  dari M Ali yang juga diamini oleh beberapa rekannya dalam diskusi di FB.

Sebelum menutup tulisan ini, saya perlu menjelaskan masalah seputar pengeditan Talmud oleh pihak Yahudi karena terus di-blow up oleh M Ali. "...Perubahan dan pengeditan redaksional teks dalam Talmud, bahkan pembakaran besar-besaran terhadap kitab Talmud terkait pencitraan negatif ketokohan Yesus versi PB ternyata tidak dibaca secara kritis oleh Jimmy Jeffrey, sehingga dia menyimpulkan bahwa nama-nama seperti Yeshu Ben Stada & Yeshu Ben Panthera dalam kitab Talmud yang ada saat ini tidak dianggap merujuk pada Yesus dari Nazareth, Yeshu ha-Notzri sebagaimana yang termaktub dalam PB.."

Saya telah jelaskan sebelumnya bahwa M Ali membuat strawman arguments disini, karena posisi saya jelas bahwa dlm Talmud terdapat informasi tentang Yesus dr Nazareth tetapi dengan detail yg tidak akurat. Saya kira umumnya bible scholars masa kini termasuk pihak kekristenan pada abad pertengahan mengetahui informasi ttg hal ini. Jika kemudian ada pihak tertentu dr kekristenan tidak suka dengan image negatif tentang Yesus, itu persoalan lain. Sikap mereka keras dgn Yahudi tidak bisa dijadikan dalil sama seperti tindakan inkuisisi gereja tdk bisa dijustifikasi sebagai ajaran Kristen. Point yg diangkat M Ali ini berangkat dr asumsi bahwa saya menolak referensi Yesus dlm Talmud kemudian dia konfrontir dgn sikap pihak otoritas tertentu dlm kekristenan yg menganggap Yesus ada dalam Talmud tetapi tidak menyukai image negatifnya. Karena saya memiliki posisi yg sama dgn pihak tertentu dr kekristenan yg dimaksud M Ali bahwa referensi Yesus memang ada dalam Talmud, maka point M Ali menjadi tidak relevan.

Sebagai tambahan informasi, tindakan pengeditan Talmud memang salah satunya karena faktor tekanan dr kekristenan, salah satu rujukannya dr tulisan jewish historian Israel Shahak dalam bukunya Jewish History, Jewish Religion: The Weigh of Three Thousand Years, Pluto Press, 1994 ".. From the 16th century, all the talmudic literature, including the Talmud itself, was subjected to Christian censorship in various countries..". Namun pihak Yahudi sendiri ikut melakukan sensor terhadap Talmud tentu dgn maksud menghilangkan nilai historis kesejarahan Yesus. Moris Goldstein dalam bukunya Jesus in the Jewish Tradition, New York: Macmillan Publishing Co, 1950 menuliskan tentang perintah dr sinode Yahudi di Polandia tahun 1631 dengan ancaman kutuk, agar tidak menerbitkan edisi Mishnah atau Gemara yg mengacu Yesus dr Nazareth.

Walaupun adanya sensorship dari pihak kekristenan & Yahudi terhadap Talmud, tetapi bagian2 dr hasil sensorship tidaklah hilang. ".. Beginning with the Basle edition of the Talmud (1578–80), those passages in which Jesus was mentioned, as well as other statements alluding to Christianity, were deleted from most editions of the Babylonian Talmud by the Christian censors or even by internal Jewish censorship. These deletions were later collected in special compilations and in manuscripts (cf. R.N.N. Rabbinowicz, Ma’amar al Hadpasat ha-Talmud (1952), 28n.26)..". page 249, Fred Skolnik, Ed, Encyclopaedia Judaica, Second Edition Volume 11, Keter Publishing House, 2007. Dalam ulasan saya terhadap terhadap Talmud Bavli Shabbath 104b, saya juga telah serta bagian yang telah disensor tsb.

Dalam tulisan yg lain, M Ali mencoba membuktikan berdasarkan injil, bahwa pada masa Yesus telah ada tuduhan the illegitimate birth terhadap Yesus dgn mengelaborasi Yoh 8:41 & penggunaan term anak Maria. Memang ada perbedaan pendapat diantara bible scholars mengenai tafsiran Yoh 8:41 dan M Ali hanya mengutip scholar yg sesuai dgn pendapatnya. Namun dr kajian konteks, justru tidak ada petunjuk adanya tuduhan the illegitimate birth tsb. Pembahasan lebih detail akan diuraikan di tulisan-tulisan berikutnya. Hasil dari kajian ini akan berdampak pada otentitas pernyatan Quran mengenai adanya tuduhan pezinah kepada Maria (QS Maryam 20) yang mengarah ke anakronisme.

Lihat Seri Diskusi
Share: