Historitas Percakapan Yesus dan Nikodemus

Pengantar: Bart Ehrman penulis best seller Misquoting Jesus meragukan keotentikan Injil dengan mengajukan salah satu alasan tentang kisah Nikodemus yang menurutnya tidak mungkin terjadi. Pembahasan ini akan menguji secara detail argumentasi tersebut.

ARGUMENTASI LIBERALISME
Beberapa kisah dalam Injil bukanlah kejadian sejarah sesungguhnya tetapi hanya imajinasi penulis demi sebuah pengajaran teologis yang sedang dikembangkannya. Salah satunya percakapan Yesus dan Nikodemus (Yoh 3).

Dalam kisah tersebut diceritakan bahwa Nikodemus salah mengerti tentang perkataan Yesus ketika Yesus mengatakan "engkau harus lahir kembali". Kata yang digunakan dalam bahasa Yunani adalah “anothen” yang memiliki dua makna yaitu “dari atas” dan “kembali”. Dari percakapan tersebut Nikodemus mengerti kata ‘anothen” dengan arti “lahir kembali” sedangkan Yesus memaksudkan pengertian kata itu yaitu “lahir dari atas”. Permasalahannya adalah tidak ada kata “anothen” yang memiliki dua arti dalam bahasa Aramik. Sedangkan Yesus berkomunikasi pada masa itu menggunakan bahasa Aramik. Sehingga secara logis kisah percakapan Yesus dengan Nikodemus yang tercatat dalam Injil Yohanes tidak pernah ada atau hanya imajinasi penulis untuk mendukung pandangan teologisnya.
JAWABAN
Jika kita memperhatikan tulisan dalam Injil sangatlah jelas berisi catatan sejarah disamping pengajaran teologis. Banyak bukti yang mendukung historitas dari Injil seperti yang telah dibahas dalam artikel lainnya. Saat ini kita akan membahas secara khusus tentang sebuah kisah yang dianggap bukan sejarah yaitu percakapan Yesus dan Nikodemus.

Masalah ini masuk dalam kategori persoalan berat & serius karena berkaitan dengan historitas Injil Yohanes. Bahkan isu ini dipakai Bart Ehrman dalam studi kritisnya terhadap integritas perjanjian baru. Literatur yang membahas masalah “born again” (lahir kembali) cukup banyak namun yang khusus membahas masalah semantik born again vs from above sangat sedikit & kurang lengkap. Sehingga saya perlu melakukan riset khusus untuk topik ini dengan eksegese yang teliti dan studi literatur.

Dari hasil analisis, masalah ini bisa dipecahkan dan kunci jawabannya terletak pada penggunaan double meaning (makna ganda) dari kata “anothen”. Namun yang perlu diketahui dulu, double meaning ini memiliki dua jenis pengertian yang berbeda yaitu:
- Double meaning dari arti kata secara literal (harafiah) yang bervariasi
- Double meaning dalam pengertian antara arti kata literal atau arti kata alegoris.
Sekarang kita akan menyelidiki kata “anothen” dalam Yoh 10 ini memiliki pengertian double meaning yang mana? Untuk itu kita perlu membandingkannya ddengan percakapan Yesus lainnya yang menggunakan double meaning.

Pertama-tama kita melihat salah satu percakapan Yesus dengan para ahli Taurat yang membicarakan nubuatan Yesus tentang kematian & kebangkitanNya. Perikop yang membahas hal ini terletak tepat sebelum percakapan dengan Nikodemus.
Yoh 2:19 ”…Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali”.
Kata bait Allah dalam bahasa Yunani ναός (naos) yang berarti a fane, shrine, temple (tempat keramat, candi atau Bait Allah). Di sini para ahli Taurat memahami kata ”naos” (Bait Allah) secara literal yaitu mengacu pada bangunan fisik dari Bait Allah.
Yoh 2:20 Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?".
Padahal yang dimaksud Yesus kata “naos” (Bait Allah) bukan dalam arti literal (harafiah) tetapi dalam pengertian alegoris yaitu diriNya sendiri.
Yoh 2:21 “Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri”.
Ayat tadi bisa diartikan dengan kalimat: kalian bisa membunuh (menyalibkan) Aku tetapi pada hari ketiga Aku akan bangkit kembali.

Contoh kedua penggunaan double meaning yaitu percakapan Yesus dengan perempuan Samaria. Letak perikop ini sesudah percakapan dengan Nikodemus. Dalam kisah itu Yesus berkata kepada perempuan Samaria tentang arti air dalam pengertian rohani (alegoris).
Yoh 4:10 Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup."

Tetapi dimengerti oleh perempuan Samaria dalam pengertian literal yaitu air minum secara fisik. Kata minum bahasa Yunaninya pee'-no, pee'-o, po'-o yang berarti imbibe, drink (meminum, minum, minuman).
Yoh 4:11 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?

Dari kedua contoh ini Yesus menggunakan double meaning dalam pengertian literal (harafiah) vs alegoris. Penggunaan gaya bahasa alegoris ini banyak dijumpai pada perkataan-perkataan Yesus lainnya. Seperti kata ”roti hidup” dan ”daging-Ku”.
Yoh 6:51 Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."

Nah.. sampai disini kita bisa menduga secara kuat bahwa penggunaan kata ”anothen” dalam percakapan Yesus & Nikodemus berada dalam pengertian double meaning literal vs alegoris bukan variasi arti literal dari kata ”anothen”. Dari dasar pemikiran ini kita akan mengujinya lebih lanjut penggunaan katanya dalam konteks perikop.

Kata aslinya ανωθεν ditransliterasikan menjadi an'-o-then (anothen). Kata ini memiliki beberapa arti literal (harafiah) yaitu: from above (dari atas), from the first (dari pertama), again (kembali), from the beginning (dari permulaan). Strong’s Hebrew and Greek Dictionary.
Dari seluruh arti literal yang ada hanya dua arti literal yang digunakan oleh banyak terjemahan Alkitab yaitu “born again” dan “from above”.

LAI, NIV, KJV & Revised Standard: “born again”
ISV & NRSV: “born from above”
Fokus pembahasan ini tidak akan menentukan mana terjemahan yang tepat. Tetapi melihat kemungkinan kecocokan kedua kata ini dalam konteks perikopnya. Mari kita melihat satu persatu.

1. Born again
Arti kata ini sudah sejak lama digunakan sejak King James diterbitkan. Dalam Alkitab bahasa Aramik (Peshita) kata yang digunakan yaitu Yiled men d’resh (transliterasi), kata d’resh mempunyai arti “the first beginning”, “away from the head atau start a process”.
Yoh 3:3 Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan “kembali” (born again), ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah
Ayat ini memiliki makna paralel dengan ayat berikut:
Mar 10:15 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." (Mat 18:3 dan Luk 18:7).

Yesus jelas menggunakan kata “dilahirkan kembali” (born again) dalam pengertian lahir kembali secara rohani (alegoris) bukan lahir kembali secara fisik. Namun kata yang sama ini ”dilahirkan kembali” (born again) disalah mengerti oleh Nikodemus dengan pengertian lahir kembali secara fisik (harafiah).
Yoh 3:4 Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?"
Yoh 3:4 Nicodemus saith unto him, How can a man be born (gennaō) when he is old? can he enter the second time (deuteros) into his mother's womb, and be born?.
Pengertian Nikodemus ini berdasarkan pengggunaan kata gennaō (be born) dan deuteros (second time, again).

Karena Nikodemus salah mengerti maka Yesus mengoreksinya bahwa yang Ia maksud adalah lahir kembali secara rohani bukan secara fisik.
Joh 3:5-6 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.

Mari kita lihat perbandingan dari kata ”born again”:
- Lahir kembali secara spiritual disebut lahir dari Roh
- Lahir kembali secara fisik disebut lahir dari daging.
Intinya pengertian dari Nikodemus maupun Yesus berdasarkan pada kata yang sama ”anothen” atau dalam bahasa Aramik ” Yiled men d’resh” namun perbedaannya pengertian yang diambil oleh Nikodemus tetap pada arti literal yaitu lahir kembali secara fisik sedangkan Yesus memahaminya secara alegoris yaitu lahir secara rohani.

2. from above
Sekarang kita melihat penggunaan arti kedua dari “anothen” yaitu “dari atas” (from above). Apakah pengertian ini masih cocok dengan konteks perikopnya? Mari kita memeriksanya dengan sedikit memodifikasi terjemahan dari LAI.
Yoh 3:3 Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak ”dilahirkan dari atas” (born from above again), ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.

Kesalahpahaman Nikodemus masih bisa terjadi mengacu pada kata kunci “lahir”. Nikodemus tetap bingung dengan kalimat ”seseorang tidak dilahirkan dari atas”. Karena Nikodemus tidak bisa memahami makna rohaninya maka secara sederhana dia akan mengaitkannya dengan keadaannya yang sudah lama dilahirkan. Dari pemahaman ini dia bisa mengeluarkan pernyataan dengan kalimat "apakah dia harus dilahirkan kembali?” (Ayat 4).

Selanjutnya Yesus menanggapinya dengan mengatakan:
Joh 3:5-7 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus ”dilahirkan dari atas” ( born from above).

Mari kita lihat perbandingan dari kata ”born from above”:
- Lahir dari atas yang sesungguhnya (lahir dari Roh)
- Lahir dari atas yang salah dimengerti sebagai lahir secara fisik (lahir dari daging)
Dari perbandingan ini sangatlah jelas bahwa kata ”lahir dari atas” (born from above) yang dimaksudkan Yesus lahir dari atas secara rohani tetapi oleh Nikodemus disalahartikan sebagai lahir secara fisik.

Berdasarkan analisis ini kita bisa ringkaskan dua point penting:
Yesus banyak mengajar melalui perumpamaan dan menggunakan double meaning dalam pengertian alegoris seperti percakapan dengan ahli Taurat dan perempuan Samaria. Percakapannya dengan Nikodemus harus dimengerti dalam pengertian double meaning arti literal vs alegoris bukan permainan kata dari variasi arti literal sebuah kata. Apalagi permainan kata seperti itu ccenderung mengarah tebak-tebakan dan Yesus tentu tidak akan melakukannya.
Kata ”anothen” memiliki dua arti literal yang dipilih dalam terjemahan Alkitab yaitu ”born again” dan ”from above”. Kedua-duanya jika digunakan masing-masing tetaplah cocok dengan konteks perikop. Salah satu dari arti literal ini pasti digunakan oleh Yesus dalam percakapannya dengan Nikodemus dalam bahasa Aramik. Namun untuk menentukan arti literal mana yang paling tepat perlu pembahasan lebih lanjut.
Kesimpulan yang bisa ditarik yaitu dugaan bahwa kisah percakapan Yesus & Nikodemus tidak pernah terjadi tidaklah memiliki dasar yang kuat dan kisah ini bukanlah hasil imajinasi penulis Injil tetapi merupakan sebuah catatan sejarah.

Jaringan Apologia Kristen
Jimmy Jeffry
Share:

Aku dan Bapa adalah Satu

Pengantar: Kesatuan Bapa & Yesus dalam esensi keallahan merupakan salah satu bukti kuat keilahian Yesus. Namun pihak Islam, Saksi Yehovah & Kristen Tauhid mengatakan bahwa kesatuan tersebut hanya dalam arti satu tujuan bukan satu esensi.

PERTANYAAN
Orang Kristen selalu menggunakan Yoh 10:30 “Aku dan Bapa adalah satu” sebagai bukti keilahian Yesus. Tetapi masalahnya kalau Yesus dan Bapa adalah satu pribadi, lalu Yesus berdoa kepada siapa? Memahami kata “satu” ini tidak lepas dari konteks.

Yoh 10:25 “Yesus menjawab mereka: "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku”. Pengertian ayat ini yaitu Yesus melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sama dengan Bapa. Jadi kata “satu” ini memiliki arti satu perbuatan atau satu tujuan bukan satu hakekat.


JAWABAN
Pertama-tama kita perlu memahami dulu arti literal dari kata “satu” dalam bahasa Yunani.
Yoh 10:30 ”Aku dan Bapa adalah satu
KJV: “I and my Father are one
Transliterasi: εγω και ο πατηρ εν εσμεν
Interlinear: egô {Aku} ka i{dan} ho patêr {Bapa itu} hen {satu} esmen {kami adalah}

Kata “satu” dalam bahasa Yunani terdiri atas beberapa kata yaitu: HEIS (maskulin), MIA (feminin) dan HEN (Netral) serta kata satu yang berarti “tunggal” yaitu MONOS. Kata HEIS biasanya berkaitan dengan urutan seperti kesatu (HEIS), kedua (DUO), ketiga (TREIS) dan seterusnya. Sedangkan MIA biasanya digunakan untuk menerangkan kuantitas dari sebuah objek. Baik HEIS maupun MIA bisa dilakukan operasi matematika seperti penjumlahan. Sedangkan kata HEN bersifat netral atau dalam pengertian suatu kesatuan misalnya satu hakekat, satu tindakan, satu perbuatan dan satu esensi. Kata HEN tidak pernah dipakai untuk satu objek atau satu pribadi. Yoh 10:30 menggunakan kata HEN yang berarti ayat tersebut bukan menunjukan Yesus dan Bapa satu pribadi. Ayat ini jelas menolak pemahaman Modalisme yang menganggap Bapa & Yesus adalah satu pribadi bersama dengan Roh Kudus atau satu Allah menggunakan tiga topeng.

Sekarang kita akan menyelidiki arti kata HEN (Satu) dalam ayat ini, apakah satu hakekat atau hanya satu perbuatan/tujuan atau satu hakekat sekaligus satu perbuatan/tujuan. Untuk mendapatkan makna yang tepat kita perlu melakukan eksegese secara teliti konteksnya serta keterkaitannya dengan ayat lain.

Konteks ayat ini dimulai dari pertanyaan yang diajukan orang Yahudi kepada Yesus yaitu apakah Dia Mesias atau bukan. Pertanyaan ini dijawab Yesus bahwa Ia telah mengatakanNya lewat pengajaranNya & tindakanNya, namun mereka tetap tidak percaya. Kemudian Yesus mengucapkan beberapa perkataan dan puncaknya pernyataan bahwa Ia dan Bapa adalah satu. Poin-poin dari perkataanNya ini kita bahas secara kronologis.

1. Yesus adalah Gembala, Allah adalah Gembala
Yesus mengatakan mereka tidak percaya karena mereka tidak termasuk domba-dombaNya sedangkan domba-dombaNya pasti mengenal siapa gembalanya. Yoh 10:27 “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku”.
Perkataan ini mirip dengan perkataan Allah sendiri dalam PL. Yeh 34:11 ”Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH: Dengan sesungguhnya Aku sendiri akan memperhatikan domba-domba-Ku dan akan mencarinya”.

Orang Yahudi yang mendengarnya akan teringat pengajaran Yesus pada perikop sebelumnya tentang Gembala yang baik (Yoh 10:1-21). Dalam perikop ini Yesus mengatakan bahwa Ia adalah Gembala Yoh 10:14 “Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku”. Padahal dalam PL TUHAN juga disebut gembala Maz 23:1 "Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku".

Yesus juga mengatakan bahwa Ia mengasihi domba-dombaNya sampai rela memberikan nyawaNya (Yoh 10:15) dan kematianNya atas kerelaan & kehendakNya sendiri serta Ia berkuasa atasnya. Yoh 10:18 ”... Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali...”. Mendengar semuanya itu orang Yahudi bereaksi dengan mengatakan bahwa Ia kerasukan Setan & Gila.

Dari ayat-ayat ini sangat jelas Yesus menyatakan bahwa Ia adalah Gembala padahal di dalam Perjanjian Lama TUHAN (Yahweh) juga disebut Gembala. Hal ini berarti Yesus sendiri adalah Allah dan Ia memiliki otoritas yang sama dengan Allah dalam hal kematian & kehidupan.

2. Yesus & Bapa adalah Sumber Hidup Kekal
Pada ayat selanjutnya Yesus mengatakan Yoh 10:28 “dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku”. Yesus memberi hidup kekal padahal hanya Allah yang memiliki otoritas memberi hidup kekal. Tit 1:2 ”dan berdasarkan pengharapan akan hidup yang kekal yang sebelum permulaan zaman sudah dijanjikan oleh Allah yang tidak berdusta”.

Dalam 1 Yoh 5:20 dengan tegas dinyatakan bahwa Yesus adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal. 1 Yoh 5:20 “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.

3. Aku & Bapa adalah Satu
Puncak pernyataan Yesus saat menyatakan bahwa Ia dan Bapa adalah satu (Yoh 10:30). Dari ayat sebelumnya sangat jelas bahwa Yesus adalah Allah. Berarti kata “satu” menunjukan bahwa Yesus dan Bapa adalah satu hakekat sebagai Allah. Karena Yesus dan Bapa satu hakekat berarti dengan sendirinya Mereka juga memiliki satu tujuan dan satu perbuatan. Sehingga kata “satu” bukanlah dalam pengertian Yesus dan Bapa hanya satu perbuatan/tujuan tetapi yang tepat bahwa Mereka memiliki satu hakekat dan sekaligus satu perbuatan/tujuan.

4. Orang Yahudi Mengetahui sebuah Penghujatan
Bukti kuat mendukung pengertian ini yaitu respon orang Yahudi yang sangat keras terhadap Yesus. Yoh 10:33 ”Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.". Orang Yahudi pasti mengenal & memahami perkataan Yesus itu adalah sebuah pernyataan keilahian, tetapi mereka tidak mau menerimanya.

Peristiwa serupa terjadi sebelumnya saat Yesus berbicara tentang Abraham.
Yoh 8:58 ”Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada”. Yoh 8:59 ”Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah”.

Kata ”Aku telah ada” bahasa Inggrisnya ”I am” dan bahasa Yunaninya ”Ego Eimi”. Kata ini juga dipakai untuk Allah dalam PL (Septuaginta).
Kel 3:14 ”Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU (Ego Eimi)”.
Yes 43:10 "… supaya kamu tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia (Ego Eimi). Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi”. Setelah mendengarnya pernyataan Yesus ini orang Yahudi mengenalinya sebagai sebuah penghujatan sehingga mereka melempar Dia.

Mengapa orang Yahudi bereaksi keras terhadap pernyataan keilahian Yesus itu?
Karena mereka memiliki pemahaman monoteisme yang kuat seperti yang diajarkan kepada mereka turun temurun. Ul 6:4 ”Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”. Ul 6:7 ”haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu ...”.
Bahkan kematian Yesuspun disebabkan karena Ia dianggap menghujat Allah
Mar 14:64 ”Kamu sudah mendengar hujat-Nya terhadap Allah. Bagaimana pendapat kamu?" Lalu dengan suara bulat mereka memutuskan, bahwa Dia harus dihukum mati.

Menariknya kata “satu” yang digunakan dalam Ul 6:4 (ECHAD) memiliki pengertian yang sama dengan kata “satu” dalam Yoh 10:30 (HEN). Dalam Perjanjian Baru Yahudi (The Orthodox Jewish Brit Chadasha) Yoh 10:30 diterjemahkan menjadi ”I and HaAv are ECHAD”. Sedangkan kata satu dalam pengertian ”tunggal” dalam PL menggunakan kata YACHID dan dalam PB menggunakan kata MONOS.

Dari analisis ini kita bisa simpulkan bahwa Yoh 10:30 adalah pernyataan keilahian Yesus bahwa Ia dan Bapa sehakekat sebagai Allah. Jadi jelaslah Yoh 10:30 merupakan salah satu bukti yang kuat bahwa Yesus adalah Allah.
Share:

Babi: Halal atau Haram?

Pengantar: Permasalahan makanan haram & halal sering diajukan oleh mereka yang ingin kembali ke semangat Yudaisme. Argumentasi yang diajukan selalu mengacu pada pengajaran Perjanjian Lama tanpa memperhatikan prinsip Anugerah dalam Perjanjian Baru.Untuk itu kita perlu mengujinya dalam terang pengajaran Yesus dan para Rasul.

ARGUMENTASI YUDAISME
Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Babi itu haram untuk dimakan.
Im 11:7Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu
Yes 66:17... yang memakan daging babi dan binatang-binatang jijik serta tikus, mereka semuanya akan lenyap sekaligus, demikianlah firman TUHAN.
Tetapi saat ini banyak orang Kristen yang tidak memperdulikan ayat ini dengan tetap memakan Babi. Apalagi Babi itu diketahui sebagai binatang jorok dan tidak baik untuk kesehatan jika dikonsumsi.

JAWABAN
Sebenarnya masalah Taurat termasuk di dalamnya makanan haram-halal seperti Babi, sudah menjadi pergumulan gereja mula-mula. Ini terjadi sejak Injil mulai tersebar ke kalangan non Yahudi yang menimbulkan pertanyaan apakah orang non Yahudi (gentiles) harus mengikuti hukum Taurat atau tidak (proselitisme) ? Masalah ini kemudian diselesaikan dalam sidang para Rasul di Yerusalem. Tetapi herannya isu ini merebak kembali beberapa ratus kemudian melalui ajaran yang mengajak kembali ke Yudaisme namun tetap beriman pada Yesus.

Untuk itu saya mencoba menganalisis permasalahan ini dengan pendekatan kronologis perkembangan jemaat mula-mula dengan inti pembahasan pada sidang Yerusalem & crosslink dengan pengajaran Paulus.
Ok ..let’s explorer it

Semula pelayanan Yesus terbatas pada orang Yahudi namun sejak kenaikanNya ke sorga & datangnya Roh Kudus misi pekabaran Injil menjadi universal (Kis 1:8). Pada hari ketuangan Roh Kudus perkataan para Rasul dimengerti oleh berbagai suku bangsa. Ini mengindikasikan Injil juga harus disampaikan ke bangsa-bangsa lain. Sejak itulah Injil mulai tersebar ke wilayah Samaria yang dianggap bukan orang Yahudi murni karena telah bercampur dengan orang Kafir. Puncaknya pada pertobatan Kornelius yang full non Yahudi melalui pelayanan Petrus.
Sebelum peristiwa pertobatan Kornelius di Kaisarea, Petrus mengalami penampakan mengenai binatang yang turun dari langit. Di dalamnya terdapat berbagai jenis binatang (termasuk haram) dan Tuhan memerintahkan agar Petrus menyembelih & memakannya. Tetapi Petrus berkata Kis 10:14... Tidak, Tuhan, tidak, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan yang tidak tahir." Tetapi Tuhan menjawabnya Kis 10:15"Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.". Maksud semula penampakan ini bagi Petrus berkaitan dengan pertobatan Kornelius.

Setelah Petrus kembali ke Yerusalem, dia berselisih pendapat dengan orang-orang dari golongan bersunat terutama orang Farisi kemungkinan kelompok imam-imam yang bertobat. Kis 6:7... juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya”. Ternyata tuduhan mereka bukan karena pertobatan Kornelius tetapi karena Petrus makan bersama-sama dengan orang non Yahudi. Kis 11:3 Kata mereka: "Engkau telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka." Kemungkinan makanan yang tersedia termasuk makanan haram misalnya Babi sebagai salah satu makanan yang umum di kalangan non Yahudi. Tidak ada indikasi bahwa Petrus melarang mereka untuk menyediakan makanan yang tidak halal.

Nah .. yang menarik tuduhan ini dijawab Petrus dengan menceritakan kembali kisah penampakan itu & kisah pertobatan Kornelius. Padahal yang dipersoalkan mereka masalah Petrus makan dengan orang non Yahudi bukan masalah pertobatan Kornelius. Tentu alasan Petrus mengatakan kisah itu karena dia telah memahami kisah tersebut bukan saja dalam pengertian penerimaan Allah terhadap orang non Yahudi tetapi juga menyangkut makna aturan Taurat. Tentu tidak mungkin Allah memakai kisah penampakan makanan haram yang tegas dilarang dalam Taurat yang kemudian dihalalkanNya & ternyata itu masih berlaku! Kalau memang masih berlaku, Allah pasti menggunakan deskripsi lain untuk kisah penampakan tersebut.

Saat di Kaisarea, Petrus tidak saja berinteraksi dengan keluarga Kornelius tetapi banyak orang lainnya. Kis 10:24… Dan pada hari berikutnya sampailah mereka di Kaisarea. Kornelius sedang menantikan mereka dan ia telah memanggil sanak saudaranya dan sahabat-sahabatnya berkumpul”. Interaksi dilakukan selama beberapa hari Kis 10:48 … Kemudian mereka meminta Petrus, supaya ia tinggal beberapa hari lagi bersama-sama dengan mereka.”. Sehingga Petrus memiliki waktu yang cukup memberi pengajaran kepada mereka yang diisinya dengan pengajaran ttg tentang Yesus (Kis 10:34-43). Tetapi … Petrus tidak pernah mengajarkan ttg aturan hukum Taurat !!.
Hal serupa juga dilakukan oleh Paulus & Barnabas yang tidak mengajarkan aturan Taurat untuk orang non Yahudi. Ini menimbulkan perselisihan dengan orang Yahudi yang percaya. Puncaknya saat beberapa orang dari Yudea datang ke Antikhioa dan berdebat dengan Paulus dan Barnabas. Karena tidak terjadi titik temu mereka akhirnya menetapkan untuk membawa persoalan ini ke Yerusalem agar dibahas dengan para Rasul (Kis 15:1-2).

Persidangan diawali dengan tuduhan dari orang golongan Farisi yang percaya.
Kis 15:5Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan berkata: "Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa." Tuduhan mereka cukup masuk akal karena mereka memang kelompok yang ketat menerapkan hukum Taurat. Bahkan Yesus sendiri dianggap mereka tidak sepenuhnya menjalankan hukum Taurat. Tuduhan orang Farisi ini bukan hanya ”masalah sunat” tetapi seluruh hukum Musa termasuk masalah makanan haram.

Menurut tradisi rabinik aturan Taurat berjumlah 613 ketetapan yang disebut Mizvot. Berisi berbagai aturan seperti sunat, upacara & makanan dan lain-lain. Bahkan sampai hal-hal yang kelihatan aneh untuk orang Modern misalnya cara berpakaian. Im 22:11Janganlah engkau memakai pakaian yang dua jenis bahannya, yakni bulu domba dan lenan bersama-sama.”. Artinya jika menjalankan hukum Taurat tidak boleh setengah-tengah. Seperti kata Paulus dalam Gal 5:3... Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat.” Sehingga cukup mengherankan jika ada ajaran yang melarang makan Babi tetapi tidak melakukan hal lainnya seperti disunat & persembahan korban dan lain-lain.

Setelah tuduhan tersebut, para Rasul bersidang & bertukar pikiran & Petrus kemudian berkata: Kis 15:7-11... "Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. ... Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga."

Perkataan Petrus ini sejalan dengan pengajaran Paulus:
1. Berita Injil sifatnya universal baik orang Yahudi maupun non Yahudi
Kol 3:11dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, .... tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu
2. Orang non Yahudi tidak harus memikul kuk atau menjalankan aturan Taurat.
Gal 5:1Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.
3. Keselamatan diperoleh oleh kasih karunia Yesus Kristus bukan melalui hukum Taurat.
Gal 5:4Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia.
Pemahaman Petrus ini tentu berkaitan dengan peristiwa penampakan yang dialaminya (binatang yang turun dari langit). Ini sekali lagi membuktikan bahwa Petrus memahami penampakan itu bukan saja dalam pengertian diterimanya orang non Yahudi tetapi juga menyangkut arti dari Hukum Taurat. Keselamatan bukanlah pada Taurat tetapi pada Yesus & orang non Yahudi tidak harus menjalankan aturan Taurat.

Yakobus menyatakan hal yang senada dengan Petrus yaitu bangsa lain tidak harus dibebankan menjalankan hukum Taurat.
Kis 15:19Sebab itu aku berpendapat, bahwa kita (orang Yahudi percaya) tidak boleh menimbulkan “kesulitan” (menjalankan Taurat) bagi mereka dari bangsa-bangsa lain (non Yahudi) yang berbalik kepada Allah
Yakobus selanjutnya memberi aturan kepada orang non Yahudi.
Kis 15:20 tetapi kita harus menulis surat kepada mereka, supaya mereka menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah”.Sebab sejak zaman dahulu hukum Musa diberitakan di tiap-tiap kota, dan sampai sekarang hukum itu dibacakan tiap-tiap hari Sabat di rumah-rumah ibadat."

Ada beberapa hal yang kita bahas dari perkatan Yakobus:
(1) menjauh diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala.
Kita bandingkan dengan pengajaran Paulus:
1 Kor 10:28-29Tetapi kalau seorang berkata kepadamu: "Itu persembahan berhala!" janganlah engkau memakannya, oleh karena dia yang mengatakan hal itu kepadamu dan karena keberatan-keberatan hati nurani...
Paulus memperjelas maksud dari perkataan Yakobus yaitu tidak memakan makan persembahan berhala agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain karena keberatan hati nurani. Namun pada prinsipnya makanan itu sendiri menurut Paulus sifatnya netral (halal), seperti yang pada ayat sebelumnya
1 Kor10:25-26Kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani. Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani.”

Ada yang beranggapan bahwa definisi makanan adalah semua yang halal & Babi tidak termasuk makanan. Mungkin jika konteks ayat ini hanya ditujukan pada orang Yahudi yang ada di Yerusalem sepertinya cukup masuk akal tetapi konteks ayat ini ditujukan kepada jemaat di Korintus. Jemaat Korintus tidak hanya orang Yahudi yang percaya tetapi juga orang non Yahudi seperti Yunani (Kis 18:4). Perhatikan kata ”...kalau kamu diundang oleh seorang yang tidak percaya..” jelas ini menunjuk pada orang kafir. Kata berikutnya ” ...makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu...”. Jelas kata ”apa saja” menunjuk pada berbagai makanan termasuk makanan haram seperti Babi. Ini cocok dengan kata ”segala sesuatu” pada kalimat ”...kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging..”.

(2) dari percabulan
Secara khusus ini berkaitan dengan makanan persembahan berhala karena biasanya penyembahan berhala pd masa itu berisi praktek pelacuran di kuil-kuil. Secara prinsip percabulan itu sendiri ditentang keras oleh Paulus. 1 Tes 4:3Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan,…

(3) makanan dari daging binatang tercekik dan dari darah
Biasanya makanan dari darah berkaitan dengan daging binatang tercekik yang tidak banyak mengeluarkan darah. Sepertinya Yakobus mengacu pada aturan untuk orang asing dalam Taurat. Im 17:12 ...Demikian juga orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu tidak boleh makan darah”.
Tetapi yang perlu kita perhatikan bahwa perkataan Yakobus ttg makan darah dan lainnya ini bukan syarat untuk mendapat keselamatan namun dalam konteks perbuatan baik. Kis 15:29... Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik"

Kalau begitu apakah orang Kristen diperkenankan makan darah? Terus terang saya masih sulit menjawabnya secara pasti. Ada pendapat yang mengatakan bahwa masalah ”makan darah” sifatnya sementara untuk konteks saat itu yaitu agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang Yahudi Kristen. Ada juga pendapat yang mengatakan makan darah diperkenankan karena darah Yesus telah tercurah dengan menggenapi makna dari sakralitas darah dalam masa PL. Tetapi pada intinya seandainya memang “makan darah” itu tidak diperkenankan maka konsekuensinya mereka yang memakannya dianggap tidak melakukan hal yang “baik” tetapi tetap tidak akan menggugurkan keselamatannya.

(4) Bagaimana dengan kalimat ...Sebab sejak zaman dahulu hukum Musa diberitakan di tiap-tiap kota, dan sampai sekarang hukum itu dibacakan tiap-tiap hari Sabat di rumah-rumah ibadat." (Kis 15:21).
Ada yang beranggapan bahwa Yakobus sedang meneguhkan hukum Musa. Tetapi anggapan ini bertentangan dengan konteks keseluruhan. Sangat jelas bahwa Yakobus sependapat dengan Petrus bahwa Taurat tidak menyelamatkan tetapi karena kasih karunia & orang non Yahudi tidak harus dibebankan Taurat. Jadi Ayat Kis 15:21 bukanlah sebuah perintah atau pengajaran untuk menjalankan Taurat tetapi hanya deskripsi keadaan saat itu. Ayat ini berkaitan erat dengan ayat sebelumnya yang mengatur masalah makanan persembahan berhala dan lain-lain. Maksud Yakobus adalah orang-orang dari bangsa lain yang telah percaya Yesus sesungguhnya sudah tahu bahwa praktek kafir seperti penyembahan berhala dan percabulan (pelacuran di kuil berhala) itu salah & tercela. Hukum Musa biasanya dibacakan di rumah ibadah lokal & dari interaksi mereka dengan orang Yahudi mereka telah mendengar beberapa prinsip dasar dari hukum Taurat sehingga aturan untuk menjauhkan diri dari praktek semacam itu seharusnya tidaklah mengejutkan.

Sidang Yerusalem ini memutuskan bahwa agar orang non Yahudi tidak dibebankan untuk menjalankan Taurat. Sidang memberi aturan mengenai makanan yaitu melarang memakan makanan dari darah, binatang tercekik, percabulan dan persembahan berhala. Tetapi sama sekali tidak disinggung untuk tetapi melarang memakan makanan haram seperti Babi dan lain-lain. Otoritas keputusan sidang ini sangat kuat karena juga dinyatakan sebagai keputusan Roh Kudus. Kis 15:28 "Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini "

Kesimpulan yang bisa ditarik dari analisis ini:
Masalah Taurat untuk orang non Yahudi yang menimbulkan konflik ini di jemaat mula-mula telah dituntaskan dalam Sidang ini. Maka terlihat aneh kalau masih ini ada yang mempersoalkan kembali hal ini. Jadi jelaslah bahwa orang non Yahudi termasuk orang Indonesia yang telah percaya Kristus tidak dibebankan untuk menjalankan Taurat termasuk masalah makanan haram (Babi dan lain-lain). Untuk orang Yahudi, Taurat hanya sebagai tradisi & identitas bangsa tetapi bukan jalan keselamatan lagi.
Pembahasan khusus tentang Sidang Yerusalem dibahas di sini: http://apologiakristen.blogspot.com/2011/09/hukum-taurat-orang-yahudi-sidang.html

Lalu bagaimana dengan ayat-ayat yang melarang makan Babi?
Sekarang saya coba mengkonfrontir kesimpulan tadi dengan beberapa ayat yang dianggap melarang makan Babi dan mendaftarkan beberapa kemungkinan implikasinya.
Im 11:7Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu
Yes 66:17... yang memakan daging babi dan binatang-binatang jijik serta tikus, mereka semuanya akan lenyap sekaligus, demikianlah firman TUHAN.
Mat 5:17 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya."

Kemungkinan 1:

Jika ayat-ayat PL ini dalam konteks PB tetap dianggap masih berlaku dan Yesus dianggap meneguhkannya maka konsekuensinya terjadi kontradiksi dengan keputusan Sidang Yerusalem. Padahal keputusan itu diambil oleh para Rasul yang memiliki otoritas rasuli sebagai murid-murid Yesus dan keputusan tersebut dinyatakan juga sebagai keputusan Roh Kudus. Apakah mungkin Allah mengajarkan sesuatu yang bertentangan?

Kemungkinan 2:
Jika ayat-ayat PL ini dalam konteks PB tetap dianggap masih berlaku akan cocok jika keputusan Sidang Yerusalem ternyata tetap melarang memakan Babi. Tetapi ... untuk mendukung kemungkinan ini berarti harus ada Analisis Pembanding yang coba membuktikan bahwa Sidang itu mengindikasikan tetap memutuskan melarang memakan Babi.

Kemungkinan 3:
Ayat-ayat PL tersebut harus dimengerti dari perpektif Kristus (PB). Berikut pembahasannya secara sangat ringkas:
1. Aturan Taurat bersifat sementara sebelum datangnya Kristus.
- Luk 16:16Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes...
- Ibr 8:13Oleh karena Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya
2. Aturan Taurat dimengerti sebagai bayangan dari yang akan datang (Kristus-PB)
- Ibr 10:1Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri
- Kol 2:16-17Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru atau pun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus
3. Aturan Taurat telah dibatalkan oleh kematian Kristus
- Ef 2:15 sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya
- Kol 2:14dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib
4. Aturan, simbol & peristiwa dlm PL merupakan bersifat tipologi (Type) dan Yesus adalah penggenapnya (Anti-Type) maka dalam Mat 5:17-18 kata ”meniadakan” dimengerti bahwa Yesus tidak meniadakan hal-hal tadi (Type) tetapi justru untuk menggenapinya. (Ayat ini perlu pembahasan tersendiri secara mendalam)
5. Kata selama-lamanya dalam Taurat menunjuk pada makna rohani dalam Kristus yang akan tetap berlaku selama-lamanya.
Nah... pengertian-pengertian ini cocok dengan kesimpulan dengan keputusan Sidang Yerusalem.

Kalau Taurat sudah tidak berlaku berarti kita hidup tanpa hukum?
Kita saat ini hidup dalam kasih karunia Kristus yang berarti kita melakukan perbuatan baik sebagai wujud ungkapan syukur kita atas keselamatan yang telah kita terima.
Ef 2:10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”.
Gal 5:22-23Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
Ini adalah prinsip & hakekat hukum itu sendiri, tidak ada aturan hukum yang menentang hal ini.

Bukankah Babi binatang yang jorok & tidak baik bagi kesehatan?
Memang benar dalam tubuh Babi biasanya terdapat kista cacing Trycina, bisa menyebabkan kolesterol & hipertensi termasuk masalah Flu Babi apalagi jika dagingnya tidak dimasak dengan matang. Tetapi bukan hanya Babi, binatang lainnya pun seperti Sapi & Kambing yang dalam Imamat dikategorikan halal juga memiliki potensi penyebab hipertensi, asam urat dan penyakit lainnya. Artinya secara kesehatan memakan daging-daging ini harus dibatasi jangan berlebihan & sebaiknya diimbangi dengan olahraga untuk membakar kolesterol. Tetapi jangan jadikan masalah kesehatan ini sebagai doktrin! seakan-akan orang yang memakannya berdosa & melanggar perintah Tuhan.

Secara pribadi saya telah lama menggumuli masalah ini. Sejak kecil sampai SMA saya tidak memakan Babi namun setelah saya pelajari & mengerti, saya kemudian memutuskan untuk makan Babi. Namun karena pertimbangan kesehatan saya sangat membatasi memakannya.
Nasihat rasul Paulus dalam Rom 14 cocok untuk kita dalam menyikapi hal ini. Walaupun konteksnya antara vegetarian & non vegetarian, namun secara prinsip tetap relevan dengan masalah yang kita bahas. Rom 14:3 Siapa yang makan, janganlah menghina orang yang tidak makan, dan siapa yang tidak makan, janganlah menghakimi orang yang makan, sebab Allah telah menerima orang itu

Jaringan Apologia Kristen
Jimmy Jeffry
Share: