Babi: Halal atau Haram?

Pengantar: Permasalahan makanan haram & halal sering diajukan oleh mereka yang ingin kembali ke semangat Yudaisme. Argumentasi yang diajukan selalu mengacu pada pengajaran Perjanjian Lama tanpa memperhatikan prinsip Anugerah dalam Perjanjian Baru.Untuk itu kita perlu mengujinya dalam terang pengajaran Yesus dan para Rasul.

ARGUMENTASI YUDAISME
Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Babi itu haram untuk dimakan.
Im 11:7Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu
Yes 66:17... yang memakan daging babi dan binatang-binatang jijik serta tikus, mereka semuanya akan lenyap sekaligus, demikianlah firman TUHAN.
Tetapi saat ini banyak orang Kristen yang tidak memperdulikan ayat ini dengan tetap memakan Babi. Apalagi Babi itu diketahui sebagai binatang jorok dan tidak baik untuk kesehatan jika dikonsumsi.

JAWABAN
Sebenarnya masalah Taurat termasuk di dalamnya makanan haram-halal seperti Babi, sudah menjadi pergumulan gereja mula-mula. Ini terjadi sejak Injil mulai tersebar ke kalangan non Yahudi yang menimbulkan pertanyaan apakah orang non Yahudi (gentiles) harus mengikuti hukum Taurat atau tidak (proselitisme) ? Masalah ini kemudian diselesaikan dalam sidang para Rasul di Yerusalem. Tetapi herannya isu ini merebak kembali beberapa ratus kemudian melalui ajaran yang mengajak kembali ke Yudaisme namun tetap beriman pada Yesus.

Untuk itu saya mencoba menganalisis permasalahan ini dengan pendekatan kronologis perkembangan jemaat mula-mula dengan inti pembahasan pada sidang Yerusalem & crosslink dengan pengajaran Paulus.
Ok ..let’s explorer it

Semula pelayanan Yesus terbatas pada orang Yahudi namun sejak kenaikanNya ke sorga & datangnya Roh Kudus misi pekabaran Injil menjadi universal (Kis 1:8). Pada hari ketuangan Roh Kudus perkataan para Rasul dimengerti oleh berbagai suku bangsa. Ini mengindikasikan Injil juga harus disampaikan ke bangsa-bangsa lain. Sejak itulah Injil mulai tersebar ke wilayah Samaria yang dianggap bukan orang Yahudi murni karena telah bercampur dengan orang Kafir. Puncaknya pada pertobatan Kornelius yang full non Yahudi melalui pelayanan Petrus.
Sebelum peristiwa pertobatan Kornelius di Kaisarea, Petrus mengalami penampakan mengenai binatang yang turun dari langit. Di dalamnya terdapat berbagai jenis binatang (termasuk haram) dan Tuhan memerintahkan agar Petrus menyembelih & memakannya. Tetapi Petrus berkata Kis 10:14... Tidak, Tuhan, tidak, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan yang tidak tahir." Tetapi Tuhan menjawabnya Kis 10:15"Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.". Maksud semula penampakan ini bagi Petrus berkaitan dengan pertobatan Kornelius.

Setelah Petrus kembali ke Yerusalem, dia berselisih pendapat dengan orang-orang dari golongan bersunat terutama orang Farisi kemungkinan kelompok imam-imam yang bertobat. Kis 6:7... juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya”. Ternyata tuduhan mereka bukan karena pertobatan Kornelius tetapi karena Petrus makan bersama-sama dengan orang non Yahudi. Kis 11:3 Kata mereka: "Engkau telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka." Kemungkinan makanan yang tersedia termasuk makanan haram misalnya Babi sebagai salah satu makanan yang umum di kalangan non Yahudi. Tidak ada indikasi bahwa Petrus melarang mereka untuk menyediakan makanan yang tidak halal.

Nah .. yang menarik tuduhan ini dijawab Petrus dengan menceritakan kembali kisah penampakan itu & kisah pertobatan Kornelius. Padahal yang dipersoalkan mereka masalah Petrus makan dengan orang non Yahudi bukan masalah pertobatan Kornelius. Tentu alasan Petrus mengatakan kisah itu karena dia telah memahami kisah tersebut bukan saja dalam pengertian penerimaan Allah terhadap orang non Yahudi tetapi juga menyangkut makna aturan Taurat. Tentu tidak mungkin Allah memakai kisah penampakan makanan haram yang tegas dilarang dalam Taurat yang kemudian dihalalkanNya & ternyata itu masih berlaku! Kalau memang masih berlaku, Allah pasti menggunakan deskripsi lain untuk kisah penampakan tersebut.

Saat di Kaisarea, Petrus tidak saja berinteraksi dengan keluarga Kornelius tetapi banyak orang lainnya. Kis 10:24… Dan pada hari berikutnya sampailah mereka di Kaisarea. Kornelius sedang menantikan mereka dan ia telah memanggil sanak saudaranya dan sahabat-sahabatnya berkumpul”. Interaksi dilakukan selama beberapa hari Kis 10:48 … Kemudian mereka meminta Petrus, supaya ia tinggal beberapa hari lagi bersama-sama dengan mereka.”. Sehingga Petrus memiliki waktu yang cukup memberi pengajaran kepada mereka yang diisinya dengan pengajaran ttg tentang Yesus (Kis 10:34-43). Tetapi … Petrus tidak pernah mengajarkan ttg aturan hukum Taurat !!.
Hal serupa juga dilakukan oleh Paulus & Barnabas yang tidak mengajarkan aturan Taurat untuk orang non Yahudi. Ini menimbulkan perselisihan dengan orang Yahudi yang percaya. Puncaknya saat beberapa orang dari Yudea datang ke Antikhioa dan berdebat dengan Paulus dan Barnabas. Karena tidak terjadi titik temu mereka akhirnya menetapkan untuk membawa persoalan ini ke Yerusalem agar dibahas dengan para Rasul (Kis 15:1-2).

Persidangan diawali dengan tuduhan dari orang golongan Farisi yang percaya.
Kis 15:5Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan berkata: "Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa." Tuduhan mereka cukup masuk akal karena mereka memang kelompok yang ketat menerapkan hukum Taurat. Bahkan Yesus sendiri dianggap mereka tidak sepenuhnya menjalankan hukum Taurat. Tuduhan orang Farisi ini bukan hanya ”masalah sunat” tetapi seluruh hukum Musa termasuk masalah makanan haram.

Menurut tradisi rabinik aturan Taurat berjumlah 613 ketetapan yang disebut Mizvot. Berisi berbagai aturan seperti sunat, upacara & makanan dan lain-lain. Bahkan sampai hal-hal yang kelihatan aneh untuk orang Modern misalnya cara berpakaian. Im 22:11Janganlah engkau memakai pakaian yang dua jenis bahannya, yakni bulu domba dan lenan bersama-sama.”. Artinya jika menjalankan hukum Taurat tidak boleh setengah-tengah. Seperti kata Paulus dalam Gal 5:3... Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat.” Sehingga cukup mengherankan jika ada ajaran yang melarang makan Babi tetapi tidak melakukan hal lainnya seperti disunat & persembahan korban dan lain-lain.

Setelah tuduhan tersebut, para Rasul bersidang & bertukar pikiran & Petrus kemudian berkata: Kis 15:7-11... "Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. ... Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga."

Perkataan Petrus ini sejalan dengan pengajaran Paulus:
1. Berita Injil sifatnya universal baik orang Yahudi maupun non Yahudi
Kol 3:11dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, .... tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu
2. Orang non Yahudi tidak harus memikul kuk atau menjalankan aturan Taurat.
Gal 5:1Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.
3. Keselamatan diperoleh oleh kasih karunia Yesus Kristus bukan melalui hukum Taurat.
Gal 5:4Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia.
Pemahaman Petrus ini tentu berkaitan dengan peristiwa penampakan yang dialaminya (binatang yang turun dari langit). Ini sekali lagi membuktikan bahwa Petrus memahami penampakan itu bukan saja dalam pengertian diterimanya orang non Yahudi tetapi juga menyangkut arti dari Hukum Taurat. Keselamatan bukanlah pada Taurat tetapi pada Yesus & orang non Yahudi tidak harus menjalankan aturan Taurat.

Yakobus menyatakan hal yang senada dengan Petrus yaitu bangsa lain tidak harus dibebankan menjalankan hukum Taurat.
Kis 15:19Sebab itu aku berpendapat, bahwa kita (orang Yahudi percaya) tidak boleh menimbulkan “kesulitan” (menjalankan Taurat) bagi mereka dari bangsa-bangsa lain (non Yahudi) yang berbalik kepada Allah
Yakobus selanjutnya memberi aturan kepada orang non Yahudi.
Kis 15:20 tetapi kita harus menulis surat kepada mereka, supaya mereka menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah”.Sebab sejak zaman dahulu hukum Musa diberitakan di tiap-tiap kota, dan sampai sekarang hukum itu dibacakan tiap-tiap hari Sabat di rumah-rumah ibadat."

Ada beberapa hal yang kita bahas dari perkatan Yakobus:
(1) menjauh diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala.
Kita bandingkan dengan pengajaran Paulus:
1 Kor 10:28-29Tetapi kalau seorang berkata kepadamu: "Itu persembahan berhala!" janganlah engkau memakannya, oleh karena dia yang mengatakan hal itu kepadamu dan karena keberatan-keberatan hati nurani...
Paulus memperjelas maksud dari perkataan Yakobus yaitu tidak memakan makan persembahan berhala agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain karena keberatan hati nurani. Namun pada prinsipnya makanan itu sendiri menurut Paulus sifatnya netral (halal), seperti yang pada ayat sebelumnya
1 Kor10:25-26Kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani. Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani.”

Ada yang beranggapan bahwa definisi makanan adalah semua yang halal & Babi tidak termasuk makanan. Mungkin jika konteks ayat ini hanya ditujukan pada orang Yahudi yang ada di Yerusalem sepertinya cukup masuk akal tetapi konteks ayat ini ditujukan kepada jemaat di Korintus. Jemaat Korintus tidak hanya orang Yahudi yang percaya tetapi juga orang non Yahudi seperti Yunani (Kis 18:4). Perhatikan kata ”...kalau kamu diundang oleh seorang yang tidak percaya..” jelas ini menunjuk pada orang kafir. Kata berikutnya ” ...makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu...”. Jelas kata ”apa saja” menunjuk pada berbagai makanan termasuk makanan haram seperti Babi. Ini cocok dengan kata ”segala sesuatu” pada kalimat ”...kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging..”.

(2) dari percabulan
Secara khusus ini berkaitan dengan makanan persembahan berhala karena biasanya penyembahan berhala pd masa itu berisi praktek pelacuran di kuil-kuil. Secara prinsip percabulan itu sendiri ditentang keras oleh Paulus. 1 Tes 4:3Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan,…

(3) makanan dari daging binatang tercekik dan dari darah
Biasanya makanan dari darah berkaitan dengan daging binatang tercekik yang tidak banyak mengeluarkan darah. Sepertinya Yakobus mengacu pada aturan untuk orang asing dalam Taurat. Im 17:12 ...Demikian juga orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu tidak boleh makan darah”.
Tetapi yang perlu kita perhatikan bahwa perkataan Yakobus ttg makan darah dan lainnya ini bukan syarat untuk mendapat keselamatan namun dalam konteks perbuatan baik. Kis 15:29... Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik"

Kalau begitu apakah orang Kristen diperkenankan makan darah? Terus terang saya masih sulit menjawabnya secara pasti. Ada pendapat yang mengatakan bahwa masalah ”makan darah” sifatnya sementara untuk konteks saat itu yaitu agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang Yahudi Kristen. Ada juga pendapat yang mengatakan makan darah diperkenankan karena darah Yesus telah tercurah dengan menggenapi makna dari sakralitas darah dalam masa PL. Tetapi pada intinya seandainya memang “makan darah” itu tidak diperkenankan maka konsekuensinya mereka yang memakannya dianggap tidak melakukan hal yang “baik” tetapi tetap tidak akan menggugurkan keselamatannya.

(4) Bagaimana dengan kalimat ...Sebab sejak zaman dahulu hukum Musa diberitakan di tiap-tiap kota, dan sampai sekarang hukum itu dibacakan tiap-tiap hari Sabat di rumah-rumah ibadat." (Kis 15:21).
Ada yang beranggapan bahwa Yakobus sedang meneguhkan hukum Musa. Tetapi anggapan ini bertentangan dengan konteks keseluruhan. Sangat jelas bahwa Yakobus sependapat dengan Petrus bahwa Taurat tidak menyelamatkan tetapi karena kasih karunia & orang non Yahudi tidak harus dibebankan Taurat. Jadi Ayat Kis 15:21 bukanlah sebuah perintah atau pengajaran untuk menjalankan Taurat tetapi hanya deskripsi keadaan saat itu. Ayat ini berkaitan erat dengan ayat sebelumnya yang mengatur masalah makanan persembahan berhala dan lain-lain. Maksud Yakobus adalah orang-orang dari bangsa lain yang telah percaya Yesus sesungguhnya sudah tahu bahwa praktek kafir seperti penyembahan berhala dan percabulan (pelacuran di kuil berhala) itu salah & tercela. Hukum Musa biasanya dibacakan di rumah ibadah lokal & dari interaksi mereka dengan orang Yahudi mereka telah mendengar beberapa prinsip dasar dari hukum Taurat sehingga aturan untuk menjauhkan diri dari praktek semacam itu seharusnya tidaklah mengejutkan.

Sidang Yerusalem ini memutuskan bahwa agar orang non Yahudi tidak dibebankan untuk menjalankan Taurat. Sidang memberi aturan mengenai makanan yaitu melarang memakan makanan dari darah, binatang tercekik, percabulan dan persembahan berhala. Tetapi sama sekali tidak disinggung untuk tetapi melarang memakan makanan haram seperti Babi dan lain-lain. Otoritas keputusan sidang ini sangat kuat karena juga dinyatakan sebagai keputusan Roh Kudus. Kis 15:28 "Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini "

Kesimpulan yang bisa ditarik dari analisis ini:
Masalah Taurat untuk orang non Yahudi yang menimbulkan konflik ini di jemaat mula-mula telah dituntaskan dalam Sidang ini. Maka terlihat aneh kalau masih ini ada yang mempersoalkan kembali hal ini. Jadi jelaslah bahwa orang non Yahudi termasuk orang Indonesia yang telah percaya Kristus tidak dibebankan untuk menjalankan Taurat termasuk masalah makanan haram (Babi dan lain-lain). Untuk orang Yahudi, Taurat hanya sebagai tradisi & identitas bangsa tetapi bukan jalan keselamatan lagi.
Pembahasan khusus tentang Sidang Yerusalem dibahas di sini: http://apologiakristen.blogspot.com/2011/09/hukum-taurat-orang-yahudi-sidang.html

Lalu bagaimana dengan ayat-ayat yang melarang makan Babi?
Sekarang saya coba mengkonfrontir kesimpulan tadi dengan beberapa ayat yang dianggap melarang makan Babi dan mendaftarkan beberapa kemungkinan implikasinya.
Im 11:7Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu
Yes 66:17... yang memakan daging babi dan binatang-binatang jijik serta tikus, mereka semuanya akan lenyap sekaligus, demikianlah firman TUHAN.
Mat 5:17 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya."

Kemungkinan 1:

Jika ayat-ayat PL ini dalam konteks PB tetap dianggap masih berlaku dan Yesus dianggap meneguhkannya maka konsekuensinya terjadi kontradiksi dengan keputusan Sidang Yerusalem. Padahal keputusan itu diambil oleh para Rasul yang memiliki otoritas rasuli sebagai murid-murid Yesus dan keputusan tersebut dinyatakan juga sebagai keputusan Roh Kudus. Apakah mungkin Allah mengajarkan sesuatu yang bertentangan?

Kemungkinan 2:
Jika ayat-ayat PL ini dalam konteks PB tetap dianggap masih berlaku akan cocok jika keputusan Sidang Yerusalem ternyata tetap melarang memakan Babi. Tetapi ... untuk mendukung kemungkinan ini berarti harus ada Analisis Pembanding yang coba membuktikan bahwa Sidang itu mengindikasikan tetap memutuskan melarang memakan Babi.

Kemungkinan 3:
Ayat-ayat PL tersebut harus dimengerti dari perpektif Kristus (PB). Berikut pembahasannya secara sangat ringkas:
1. Aturan Taurat bersifat sementara sebelum datangnya Kristus.
- Luk 16:16Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes...
- Ibr 8:13Oleh karena Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya
2. Aturan Taurat dimengerti sebagai bayangan dari yang akan datang (Kristus-PB)
- Ibr 10:1Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri
- Kol 2:16-17Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru atau pun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus
3. Aturan Taurat telah dibatalkan oleh kematian Kristus
- Ef 2:15 sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya
- Kol 2:14dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib
4. Aturan, simbol & peristiwa dlm PL merupakan bersifat tipologi (Type) dan Yesus adalah penggenapnya (Anti-Type) maka dalam Mat 5:17-18 kata ”meniadakan” dimengerti bahwa Yesus tidak meniadakan hal-hal tadi (Type) tetapi justru untuk menggenapinya. (Ayat ini perlu pembahasan tersendiri secara mendalam)
5. Kata selama-lamanya dalam Taurat menunjuk pada makna rohani dalam Kristus yang akan tetap berlaku selama-lamanya.
Nah... pengertian-pengertian ini cocok dengan kesimpulan dengan keputusan Sidang Yerusalem.

Kalau Taurat sudah tidak berlaku berarti kita hidup tanpa hukum?
Kita saat ini hidup dalam kasih karunia Kristus yang berarti kita melakukan perbuatan baik sebagai wujud ungkapan syukur kita atas keselamatan yang telah kita terima.
Ef 2:10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”.
Gal 5:22-23Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
Ini adalah prinsip & hakekat hukum itu sendiri, tidak ada aturan hukum yang menentang hal ini.

Bukankah Babi binatang yang jorok & tidak baik bagi kesehatan?
Memang benar dalam tubuh Babi biasanya terdapat kista cacing Trycina, bisa menyebabkan kolesterol & hipertensi termasuk masalah Flu Babi apalagi jika dagingnya tidak dimasak dengan matang. Tetapi bukan hanya Babi, binatang lainnya pun seperti Sapi & Kambing yang dalam Imamat dikategorikan halal juga memiliki potensi penyebab hipertensi, asam urat dan penyakit lainnya. Artinya secara kesehatan memakan daging-daging ini harus dibatasi jangan berlebihan & sebaiknya diimbangi dengan olahraga untuk membakar kolesterol. Tetapi jangan jadikan masalah kesehatan ini sebagai doktrin! seakan-akan orang yang memakannya berdosa & melanggar perintah Tuhan.

Secara pribadi saya telah lama menggumuli masalah ini. Sejak kecil sampai SMA saya tidak memakan Babi namun setelah saya pelajari & mengerti, saya kemudian memutuskan untuk makan Babi. Namun karena pertimbangan kesehatan saya sangat membatasi memakannya.
Nasihat rasul Paulus dalam Rom 14 cocok untuk kita dalam menyikapi hal ini. Walaupun konteksnya antara vegetarian & non vegetarian, namun secara prinsip tetap relevan dengan masalah yang kita bahas. Rom 14:3 Siapa yang makan, janganlah menghina orang yang tidak makan, dan siapa yang tidak makan, janganlah menghakimi orang yang makan, sebab Allah telah menerima orang itu

Jaringan Apologia Kristen
Jimmy Jeffry
Share:

Apakah Mungkin para Murid yang Hanya Nelayan Menulis Injil?

ARGUMENTASI LIBERALISME
Bahasa Yunani Koine yang digunakan dalam bahasa penulisan 4 Injil merupakan bahasa yang hanya diketahui oleh masyarakat kelas atas. Para penulisnya tentu orang yang berpendidikan dan bukan berasal dari masyarakat kelas bawah. Sedangkan murid-murid Yesus hanya rata-rata nelayan yang dikategorikan masyarakat kelas bawah dan mereka hanya mengenal bahasa Aramik. Berarti murid-murid Yesus bukanlah penulis Injil.

JAWABAN
Kita perlu menguji pendapat ini menggunakan data & referensi yang tersedia. Apakah benar bahwa para murid-murid tidak menguasai bahasa Yunani? ok let's examine it..

Dalam kehidupan sehari-hari para murid memakai bahasa Aramik sebagai bahasa pergaulan dan dalam aktivitas perdagangan & hubungan dengan orang lain mereka menggunakan bahasa Yunani Koine sebagai bahasa internasional pada saat itu. Sehingga kemungkinan besar mereka menguasai dua bahasa (billingual).
Merril C. Tenney (SPB): “Bahasa Yunani menjadi bahasa resmi di pengadilan dan bahasa pergaulan sehari-hari, seperti yang terlihat dalam tulisan-tulisan di atas papirus, surat-surat cinta, tagihan, resep, mantera, esai, puisi, biografi, dan surat-surat dagang, semuanya tertulis dalam bahasa Yunani, bahkan tetap demikian hingga masa pendudukan Romawi.
Bruce Metzger (LN-TIB): “Bahasa Yunani, secara meluas dimengerti di Palestina, terutama di ‘Galilea wilayah bangsa-bangsa lain’ seperti yang disebut dalam Mat.4:15.

Penggunan bahasa Yunani tidak hanya kalangan atas tetapi juga menyentuh sampai lapisan masyarakat kelas bawah.
Sean Freyne, (GAGH): "There is general agreement that Greek was widely spoken in Palestine, even in Jerusalem and among nationalistic circle in New Testament times, a conclusion based on epigraphic, archaeological and literary evidence...these were not confined to the cities but were distributed throughout the villages and estate in charge of the affairs of the government. The frequent journey of the officials, some of higher, others of lesser rank, ensured a network of communication that tied village life to various cities and thouched everybody from the poorest peasant to the various village officials..."
"Ada semacam konsensus umum bahwa bahasa Yunani digunakan secara luas di Palestina termasuk di Yerusalem dan diantara lingkaran gerakan nasionalis pada masa Perjanjian Baru, kesimpulan ini didasarkan pada bukti epigrafi, arkeologi dan literal ... hal ini tidak terbatas pada kota-kota saja tetapi penggunaannya juga tersebar sampai ke kantor-kantor pemerintah di desa-desa. Kunjugan rutin dilakukan pejabat-pejabat tinggi atau pejabat yang lebih rendah yang memastikan terbentuknya jaringan komunikasi antara desa-desa dan kota dan menyentuh semua lapisan masyarakat mulai dari penduduk miskin sampai pejabat pemerintahan desa"

Dari data ini menunjukan bahasa Yunani sudah sangat umum di Palestina, bukan saja dikalangan atas tetapi juga di kalangan bawah. Sehingga cukup logis mengapa Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani. Selain itu tempat tinggal para murid di Galilea merupakan salah satu pusat perdagangan & aktivitas ekspor impor pada masa itu. Sedangkan Kapernaum merupakan desa nelayan dan perikanan merupakan salah pilar utama perekonomian di wilayah tersebut. Mereka tentu sering melakukan transaksi dagang yang kemungkinan besar menggunakan bahasa Yunani.

Siapa sebenarnya penulis Injil?
Dari keempat penulis Injil yang dikategorikan sebagai murid Yesus adalah Matius sang pemungut cukai dan Yohanes murid terkasih. Sedangkan Markus & Lukas kemungkinan masuk dalam kelompok 70 murid. Markus mencatat Injil Markus berdasarkan kesaksian dari Petrus sedangkan Lukas mencatatnya berdasarkan hasil penyelidikan dengan sumber Paulus & para rasul.

Pekerjaan Matius sebagai pemungut cukai (tax collector) di kota Kapernaum merupakan pekerjaan yang memiliki status yang lebih tinggi dari nelayan atau masyarakat umum lainnya. Mereka cukup kaya dan memiliki pergaulan yang cukup luas baik sesama pemungut cukai maupun “orang berdosa” lainnya kemungkinan orang non Yahudi (gentiles). Mat 9:10 "Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya". Dalam pekerjaan tentu dia harus tahu membuat laporan cukai/pajak untuk dilaporkan ke atasannya apalagi ini berkaitan dengan uang. Sehingga cukup masuk akal mengatakan bahwa Matius adalah penulis Injil Matius karena dia mampu untuk menulis. Eusebius menyatakan bahwa: “Matius disebutkan oleh Papias bahwa ia memiliki koleksi catatan berbagai perkataan (Yesus)

Petrus telah dikenal oleh jemaat mula-mula sebagai orang yang sering menggunakan penerjemah. Penerjemah juga sering merangkap sebagai penulis atau sekretaris. Seorang sekretaris bisa melakukan perubahan minor dalam redaksi kata, mirip seperti dilakukan seorang editor di masa kini. Petrus mendiktekan kesaksiannya kepada sekretaris ini menggunakan bahasa Aramik & kemungkinan juga menggunakan Yunani.
Eusebius mencatat hal ini :” This also the presbyter said: Mark having become the interpreter of Peter, wrote down accuratelym, though not in order, whatsover he remembered of things said or done by Christ...
"Seperti dikatakan presbiter: Markus menjadi penerjemah untuk Petrus, menuliskan secara akurat sesuai perintah apapun yang diingat dari hal-hal yang dikatakan & dilakukan oleh Kristus"

Lukas menuliskan Injil Lukas sebagai hasil laporan investigasi yang dilakukan. Sumber informasinya berasal dari para rasul sendiri yang pada masa itu berada di Yerusalem memimpin gerakan gereja mula-mula. Lukas adalah rekan Paulus juga menuliskan kitab Kisah Para Rasul. Kredibilitas Lukas sebagai seorang sejarawan tidak dapat dipungkiri. Unger mengatakan bahwa arkeologi telah membuktikan keotentikan kisah Injil, terutama Injil Lukas. Sir William Ramsay seorang arkeolog besar mengakui ketelitian Lukas terhadap topografi Asia Kecil. Tentu jika Lukas sudah begitu teliti terhadap data detail seperti itu apalagi dengan penulisan pengajaran Yesus yang jauh lebih penting.

Injil Yohanes ditulis oleh rasul Yohanes di Efesus. Ireneus (180 AD) menuliskannya dengan mengutip Polikarpus murid dari rasul Yohanes sendiri: "John, the disciple of the Lord, who leaned back on his breast, published the Gospel while he was resident at Ephesus in Asia..."
"Yohanes, murid Tuhan, yang bersandar dibahuNya, menuliskan Injil Yohanes saat dia tinggal di Efesus di Asia..."

Dari seluruh data ini menjadi jelas bahwa penulis Injil adalah para murid Yesus yaitu Matius & Yohanes serta Markus berdasarkan Petrus dan Lukas berdasarkan keterangan para rasul.

Jaringan ApologiaKristen
Jimmy Jeffry

Reference:
- Merril C. Tenney, Survey Perjanjian Baru
- Bruce Metzger, The Language of the New Testament, dalam The Interpreter’s Bible
- Sean Freyne, Galilee from Alexander the Great to Hadrian 323 BCE to 135 CE: A Study of Second Tempel Judaism
Share:

Apakah para Murid bisa Membaca & Menulis ?

ARGUMENTASI LIBERALISME
Memang benar bahasa Yunani Koine adalah bahasa yang umum di wilayah palestina pada masa itu. Para murid bisa mengerti bahasa Yunani tetapi apakah ada bukti bahwa mereka memiliki kemampuan membaca dan menulis? Wiliam Harris dalam bukunya Ancient Literacy mengatakan: “How many could read? Illiteracy was widespread throughout the Roman Empire. At the best of times maybe 10 percent of the population was roughly literate. And that 10 percent would be the leisured classes—upper-class people who had the time and money to get an education..."

"Berapa banyak yang bisa membaca? orang yang buta huruf banyak tersebar di wilayah kerajaan Romawi. Paling banyak hanya sekitar 10 persen dari jumlah populasi yang melek huruf. Dan yang 10 persen itu berasal dari lapisan masyarakat kelas atas yang memiliki waktu dan uang untuk mendapatkan pendidikan..."

JAWABAN
Untuk menanggapi argumentasi ini, saya membaginya menjadi dua bagian yaitu mengenai tingkat melek huruf di Palestina & Yesus sebagai seorang Rabi. ok let's explore it

1. Tingkat melek huruf di Palestina
Kita harus membedakan tingkat literasi di wilayah kerajaan Romawi secara umum dan Palestina (Israel) secara khusus. Sebab orang Israel memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan bangsa-bangsa lain. Craig Evans (FJ) membandingkan pendapat Willim Haris dengan Millard: “William Haris, (Ancient Literacy, 1989) menyimpulkan angka melek huruf sangat rendah dan Alan R. Millard (Reading and Writing in the Time of Jesus, New York University Press, 2000) menyimpulkan bahwa angka melek huruf lebih tinggi, terutama di antara orang Yahudi

Menurut pendapat Millard ada perbedaan antara wilayah Romawi secara keseluruhan dengan wilayah Palestina tempat orang-orang Yahudi. Pendapat Millard didukung oleh berbagai penemuan arkeologi seperti yg ditulis oleh Kugel and Greer (EBI):
Excavations within the territory of biblical Israel have turned up a number of practice alphabet texts, as well as isolated letters, or letters apparently grouped by similarity of shape, and other materials indicative of elementary instruction. These finds, unearthed at Lachish, Arad, Kuntillat-Ajrud, and other sites, suggest the existence of some form of literacy training in these locations by the eighth century B.C.E. hth century
"Penggalian-penggalian yang dilakukan dalam wilayah teritori Israel mendapatkan sejumlah penggunaan teks alfabet dalam surat-surat yang terpisah atau surat-surat yang dikelompokkan berdasarkan kemiripan bentuk dan beberapa material lainnya berupa perintah-perintah dasar. Penemuan-penemuan ini ditemukan di Lachish, Arad, Kuntillat-Ajrud dan lokasi lainnya, memberikan petunjuk eksistensi adanya beberapa bentuk dari latihan membaca menulis pada lokasi-lokasi tersebut di sekitar abad 8 SM"

Bahkan E.P. Sanders (JPB) salah seorang sarjana terkemuka dalam studi Yesus Sejarah (Historical Jesus) menyatakan hal yang senada:
…There was an abundance of people with scribal skills in 1st century Palestine, many of whom would have heard Jesus speak and some/many of whom became followers of His after such encounters. It is not improbable that these skilled people 'took notes', some of which were probably included in Luke's comment that "many had undertaken to put together an account of Jesus life (Lk 1)..”.
"..Ada begitu banyak orang yang memiliki kemampuan menulis pada abad pertama di Palestina, banyak diantara mereka yang mendengar perkataan Yesus dan beberapa diantaranya menjadi pengikut Yesus setelah mereka berjumpa denganNya. Bukan hal tak mungkin mereka ini memiliki catatan-catatan (perkataan Yesus), kemungkinan inilah yang dimaksud oleh Lukas yang mengatakan bahwa banyak yang mencatat tentang kehidupan Yesus(Luk 1)"

Berdasarkan data ini menunjukkan bahwa tingkat literasi di kalangan komunitas Yahudi di Palestina jauh lebih maju dibanding daerah lain di wilayah kerajaan Romawi. Secara logis ini berkaitan dengan sistem keagamaan mereka yang sangat menjunjung tinggi Taurat dengan tradisi pengajaran secara turun temurun.
Ul 6:7haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu …”. Ul 6:9…dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu”.
Konteks ayat ini secara khusus berkaitan dengan ajaran tentang keesaan Tuhan (Shema)dan secara umum tentang aturan-aturan Taurat. Menurut tradisi rabinik jumlah aturan dalam Taurat mencapai 613 aturan yang dikenal dengan nama Mizvot.

Dari catatan sejarah non biblikal kita menemukan tradisi pengajaran ini seperti yang ditulis oleh Flavius Yoshepus sejarawan Yahudi abad 1 dalam Against Apion (1:60):
Di atas semuanya kami membanggakan diri kami sendiri dalam bidang pendidikan kepada anak-anak kami dan memandang pengamalan hukum Taurat dan praktek kesalehan yg dibangun darinya, yang kami warisi, sebagai tugas penting dalam kehidupan”. Against Apion 2:204).. (Hukum Taurat) memerintahkan agar (anak-anak) diajar membaca supaya dapat belajar hukum Taurat maupun perbuatan nenek moyang mereka”.

Memang tidak otomatis semua orang tua di Palestina pada masa itu mengajarkan membaca & menulis pada anak-anaknya. Tetapi dari data yang ada menunjuk probabilitas yang tinggi bahwa banyak orang Yahudi pada masa itu sudah melek huruf termasuk murid-murid Yesus. Bahkan kemungkinan diantara mereka yang mendengarkan pengajaran Yesus ikut mencatatnya. Apalagi dengan para murid yang hidup bersama-sama dengan Yesus selama kurang lebih 3,5 tahun.

2. Yesus seorang Rabi
Hampir semua sarjana bereputasi menerima konsep bahwa Yesus itu melek huruf. Data dalam Injil tentang hal ini sangat berlimpah. Dalam Luk 4:16-30 dituliskan bahwa Yesus membaca dari gulungan kitab Yesaya dan kemudian menyampaikan khotbah. Yoh 8:6 mengatakan Yesus membungkuk dan menulis di tanah dengan jariNya. Yesus sering mengutip ayat-ayat dalam kitab Perjanjian Lama, mengajarkannya bahkan berdebat dengan para ahli Taurat. Dalam dialog dengan ahli Taurat Yesus beberapa kali berkata ”belum pernahkah kamu membaca?” ini jelas menunjukkan bahwa Yesus sendiri pasti tahu membaca.

Bahkan lebih dari itu Yesus juga disebut sebagai Guru yang dalam bahasa Ibrani disebut Rabi dan dalam bahasa Aram disebut Rabuni. Yesus sendiri dan orang-orang lain memanggil pengikutnya ”murid”. Murid dalam bahasa Yunani "mathētēs" yang berarti a learner,pupil atau disciple (murid/pelajar).

Seperti yang dicatat dalam Injil bahwa para murid meninggalkan pekerjaannya dan mengikuti Yesus, hidup bersama denganNya. Pengalaman hidup dengan seorang guru ini membuat mereka mengetahui banyak hal termasuk kemampuan membaca & menulis. Mereka dengan sendirinya sudah familiar dengan kitab Taurat Ibrani, Targum (paraphrase Taurat dalam bahasa Aramik) dan kemungkinan juga dengan Septuaginta (Taurat bahasa Yunani).

Pola pembelajaran seperti ini merupakan salah satu tipe sekolah pada masa itu yang disebut "disciple circle" seperti yg dikatakan Cohen (FMM): ...The descriptions we have of the relationship between Jesus and the disciples approximates the type of school known as 'disciple circle' and would have used the standard teaching techniques of the world at that time. …disciple circles were the normal pattern for higher education in both Jewish and Greco-Roman antiquity.
"...dekripsi yang kita miliki mengenai hubungan antara Yesus dan para murid merupakan tipe sekolah yang dikenal sebagai "disciple circle" (lingkaran murid) dan digunakan sebagai standard teknik pengajaran di dunia pada masa itu. disciple circles merupakan pola umum untuk pendidikan tinggi di kalangan orang Yahudi dan dilingkungan Greco-Roman kuno"

Pendapat senada juga dikemukaan oleh John Baggett (STEJ):
"It was not unusual for great teachers in the first century Mediterranean world to have disciples. …In Judaism, disciples were generally those who studied under a particular teacher of the Law. No doubt term disciple was used at times to refer only those who lived and studied full time with such a teacher. It would not have been surprising at all that a charismatic teacher and healer named Jesus would have a small, limited number of the first type of disciples, and many, perhaps thousands of the second."
"Bukan merupakan hal yang tidak biasa para guru pada abad pertama di daerah Mediteran memiliki murid-murid. Dalam Yudaisme, murid-murid umumnya belajar dibawah bimbingan para guru/ahli Taurat. Tidak diragukan bahwa istilah murid digunakan berkali-kali merujuk pada mereka yang hidup dan belajar secara penuh waktu dengan seorang guru. Maka tidaklah mengherankan jika seorang guru karismatik & penyembuh bernama Yesus memiliki sejumlah kecil murid sebagai murid utama dan banyak lagi murid-murid lainnya."

Proses pembelajaran dengan pola semacam itu melibatkan beberapa aktivitas belajar seperti membaca, mengingat/menghafal dan mencatat hal-hal yang disampaikan oleh gurunya. Ben Witherington (JQ)menyatakan hal ini “Disciples in early Jewish settings were learners, and, yes, also reciters and memorizers. This was the way Jewish educational processes worked. In fact it was the staple of all ancient education, including Greco-Roman education“.
"Murid-murid dalam konteks Yahudi awal adalah para pembelajar dan yah, mereka juga sebagai pengutip dan penghafal. Ini merupakan proses pembelajaran Yahudi. Pada kenyataan, ini merupakan hal-hal pokok dalam pendidikan kuno termasuk penduduk pada masa Greco-Roman"

Dari semua data yang ada semakin memberikan bukti yg kuat bahwa para murid bukan saja familiar dengan beberapa bahasa seperti Aramik & Yunani, namun juga memberikan kemungkinan yang kuat bahwa merekapun bisa membaca & menulis.

Jaringan Apologia Kristen
Jimmy Jeffry

Reference:
- Craig Evans, (FJ) Fabricating Jesus, InterVarsity Press, Downers Grove, 2005 (terj. Indo: Merekayasa Yesus, ANDI)
- Kugel and Greer, (EBI) Early Biblical Interpretation, Westminster
- E.P. Sanders, (JPB) Judaism: Practice and Belief 63BCE-66CE, SCM: 1992
- Cohen, [FMM] From the Maccabees to the Mishnah, Westminster: 1987.
- John Baggett, (STEJ) Seeing Through the Eyes of Jesus, Erdmans, GrandRapid
- Ben Witherington, (JQ) The Jesus Quest. Downers Grove: IVP, 1995.
Share:

Bukankah di Kis 4:13 disebutkan Petrus & Yohanes Buta Huruf?

ARGUMENTASI LIBERALISME
Perhatikan Kisah Para Rasul 4:13 “Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus”.
Disitu disebutkan kata “tidak terpelajar” yang sebenarnya dalam bahasa Yunani digunakan kata “ἀγράμματοί” yang seharusnya di terjemahkan sebagai seseorang yang buta huruf (bahasa Inggris: unlettered).

JAWABAN
Mari kita melihat arti kata "tidak terpelajar" ini dalam bahasa Yunani. Menurut Strong’s Hebrews & Greek Dictionaries kata ἀγράμματος (agrammatos) memiliki arti unlettered, that is, illiterate: - unlearned, bentuk negatif dari kata gramma (learning, letter, scripture, writing, written). Dari arti ini “buta huruf” vs “tidak terpelajar” ternyata hampir semua Alkitab yg berpengaruh memilih kata “tidak terpelajar” dgn variannya “tidak terlatih/tidak terdidik/tidak sekolah”.
NIV : unschooled,
NASB : uneducated and untrained,
ISV : uneducated, KJV: unlearned,
AKJV: unlearned,
ASV: unlearned,
God’Word: no education or special training,
BBE: education or learning,
Websters: unlearned.
hanya Weymouth NT yg menerjemahankan illiterate.

Menurut Bible Commentary yang ditulis oleh Craig Keener (BBC:NT), pengertian kata agrammatos (tidak terpelajar) dalam ayat tersebut yaitu orang yang tidak mengikuti suatu pendidikan khusus pada masa itu melalui seorang rabi terkenal seperti Paulus yg dididik oleh Gamaliel.
Unschooled” means not trained in Greek rhetoric (public speaking), as the priestly aristocracy would be. It could also mean that they were not trained under a recognized rabbi...”
"Unschooled memiliki arti tidak dilatih dalam ilmu retorika Yunani (komunikasi publik), sebagaimana mestinya seorang bangsawan. Ini juga berarti bahwa mereka tidak dilatih oleh seorang rabi terkenal..."

Penggunaan kata agrammatos dalam Kis 4:13 ini mirip dengan beberapa ayat berikut ini yang ditujukan pada Yesus & Paulus.
Yoh 7:15 ... Maka heranlah orang-orang Yahudi dan berkata: "Bagaimanakah orang ini mempunyai pengetahuan (gramma) demikian tanpa belajar!".
Kis 26:24..Festus dengan suara keras: "Engkau gila, Paulus! Ilmumu (gramma) yang banyak itu membuat engkau gila."
Kata gramma (”pengetahuan” & ”ilmu”) adalah akar kata dari agrammatos. Paulus dalam Kis 26:24 dianggap sebagai orang berilmu atau sebagai orang yang terpelajar. Sedangkan Yesus sama seperti Petrus & Yohanes dianggap orang-orang yang tidak terpelajar.

Walaupun seandainya arti kata agrammatos dalam Kis 4:13 itu adalah illiterate (buta huruf) itu pun hanya asumsi sebelumnya para ahli Taurat & kemudian mereka ”heran” karena Petrus & Yohanes justru menunjukan ciri-ciri orang yang terpelajar. Keheranan ini didasari pada perkataan-perkataan Petrus yang mengutip ayat-ayat dalam kitab Perjanjian Lama. (Kis 4:11-Maz 118:22). Padahal biasanya hanya orang terpelajar saja yang bisa mengerti ayat-ayat dalam Taurat & kitab para nabi. Dalam kitab Kisah Para Rasul banyak dicatat kutipan-kutipan ayat Perjanjian Lama oleh Petrus dalam khotbah-khotbahnya sejak hari Pentakosta. Beberapa kutipan ayat-ayat tersebut seperti:
Kis 2:25-28=>Maz 16:8-11, Kis 2:30=>Maz 132:11/2 Sam 7:12-13, Kis 2:34-35=>Maz 110:1, Kis 3:13=>Kel 3:15.

Data ini sekali lagi membuktikan bahwa Petrus & kemungkinan besar murid-murid lainnya bukanlah buta huruf!. Mereka mungkin tidak mengikuti pendidikan formal lewat seorang rabi dari ahli-ahli Taurat tetapi mereka banyak mengetahui dasar-dasar pengajaran Taurat melalui orang tua mereka dan secara mendalam melalui didikan langsung rabi Yesus.

Jaringan Apologia Kristen
Jimmy Jeffry

Reference:
- Keener, Craig S., IVP Bible Background Commentary: New Testament , (Downer’s Grove, IL: InterVarsity Press) 1997.
Share:

Benarkah Matius Penulis Injil Matius ?

ARGUMENTASI LIBERALISME
Matius yang seorang pemungut cukai dari kerajaan Roma hanyalah seperti sekarang ini “Debt Collector”. Sedangkan Papias melalui tulisannya “Expositions of the Sayings of the Lord” sekitar tahun 140 Masehi, adalah orang pertama yang memberikan komentar bahwa Injil Matius ditulis oleh Matius murid Yesus, dan Injil Markus ditulis oleh Markus, kenalan dekat dari Petrus. Masalah dengan Papias adalah, jika kita pelajari dari sejarah, ia tidak bisa menjadi sumber sejarah yang akurat. Mengapa? tidak hanya karena Eusibius mengatakan bahwa ia adalah orang yang memiliki intelligence yang rendah (Church History 3.39). Tapi, menurut para Scholars, dari apa yang Papias sampaikan, tentang penulis Injil, justru banyak sekali yang bertentangan dengan isi Injil itu tersebut.

JAWABAN
Debt Collector atau biasa disebut penagih hutang lebih identik dengan kekerasan, yaitu menggunakan bodyguard untuk menagih hutang-hutang yang macet. Pekerjaan Debt Collector berbeda dengan penagih pajak (pemungut cukai) yang harus menguasai sistem perpajakan.
Sistem perpajakan kuno di Palestina di bawah penguasaan Romawi cukup kompleks. Ada pajak property, pajak perorangan, pajak perdagangan, pajak lokal seperti temple tax. Bahkan di Mesir jenis pajak lebih banyak lagi mencapai sekitar 111 jenis pajak.

John Wenham (RMML) menuliskan kompleksitas sistem pajak ini & bagaimana pekerjaan Matius sebagai seorang Tax Collector: “It is known that in Egypt at this date there were 111 kinds of tax, and many of the tax-collectors knew shorthand. Matthew's livelihood was earned by interviewing tax-payers and discussing their affairs (usually in Aramaic) and then writing up his reports in Greek. He had a lifelong habit of noting things down and of preserving what he had written.
"Seperti yang telah diketahui bahwa Mesir pada masa itu memiliki 111 jenis pajak dan banyak para pemungut cukai memiliki catatan tangannya sendiri. Kehidupan Matius sendiri diisi dengan melakukan interview terhadap wajib pajak dan membahas permasalahan-permasalahan mereka (biasanya menggunakan bahasa Aramik) dan kemudian menuliskan laporannya dalam bahasa Yunani. Dia memiliki kebiasaan mencatat banyak hal dan menyimpan apa yang ditulisnya.

Matius pasti tahu bagaimana menyusun laporan keuangan karena itu bagian dari tugasnya. Maka dia pun tentu memiliki kemampuan untuk mencatat berbagai perkataan Yesus. Pritchard (LANT) lewat studinya menyatakan hal ini: "…It is not unlikely that Matthew, a man trained in handling financial accounts, should have competently collected and arranged sayings of Jesus..."
"Bukan hal yang tidak mungkin bahwa Matius, seorang yang terlatih dalam menangani laporan keuangan, seharusnya juga memiliki kemampuan mengumpulkan dan menyusun kembali perkataan-perkataan Yesus..."

Menariknya Injil Matius paling banyak menulis hal-hal yang berkaitan dengan “keuangan”. Dan karakteristik ini sangat cocok dengan Matius sebagai Tax Collector. Saya coba hitung kata “uang” dalam tiap kitab Injil: Matius (15), Markus (5), Lukas (6), Yohanes (3). Selain itu dalam Injil Matius banyak terdapat hal spesifik yang berkaitan dengan istilah keuangan, diantaranya:
Matius menggunakan tiga jenis kategori untuk uang (dua dirham Mat 17:24, empat dirham Mat 17:27, Talenta Mat 18:24 ). Hanya Matius yang menggunakan kata emas & perak. Hanya Matius yang menuliskan tentang pembayaran bea ke Bait Allah (Mat 17:24-27). Dalam perumpamaan tentang Talenta, Matius merinci jumlah uang lebih detail. Penjelasan yang lebih baik terhadap berbagai istilah keuangan lainnya seperti hutang, pertukaran uang, perhitungan uang dan lain-lain. Informasi lengkap mengenai hal ini dibahas oleh Werner G. Marx (MMM).

Kita bisa melihat kombinasi data yang saling berkaitan antara: Matius sebagai Tax Collector – Kompleksitas Pekerjaan Tax Collector – Ciri khas istilah keuangan dalam Injil Matius. Ini memberikan kemungkinan yang sangat kuat bahwa Matiuslah penulis Injil Matius.

Papias adalah salah satu bapa gereja yang menyatakan bahwa Matius murid Yesus adalah penulis injil Matius seperti yang dikutip oleh Eusebius (H.E. 3.39.15-16):"…So then Matthew wrote the oracles (logia) in the Hebrew language, and every one interpreted them as he was able."
Argumentasi yang mengatakan bahwa Papias diragukan karena disebut oleh Eusibius memiliki "intelligence yang rendah" harus diuji kembali. Ternyata yang dimaksud dengan “intelligence yg rendah” oleh Eusibius ditujukan pada tafsiran-tafsiran dari Papias seperti masalah Eskatologi, tetapi bukan berkaitan dengan fakta2 sejarah yang ditulis oleh Papias. Salah buktinya berkaitan dgn penyebutan Matius sebagai penulis Injil Matius yang ternyata Eusibius sendiripun sepakat dengan hal ini (H.E. 3.24.6).…For Matthew, who had at first preached to the Hebrews, when he was about to go to other peoples, committed his Gospel to writing in his native tongue ..”. Bahkan dari tulisan dia juga mengutip beberapa bapa gereja lainnya yg menyatakan hal yg sama.

Irenaeus (130-200) (Adv. Haer. 3.1.1; juga dikutip oleh by Eusebius, H.E. 5.8.2):
"..Now Matthew brought forth among the Hebrews a written gospel in their language, while Peter and Paul were preaching in Rome and founding the church."
Origen (185-254) (dikutip oleh Eusebius, H.E. 6. 25.4):
"..Among the four Gospels, which are the only indisputable ones in the Church of God under heaven, I have learned by tradition that the first was written by Matthew, who was once a publican, but afterwards an apostle of Jesus Christ, and it was prepared for the converts from Judaism, and published in the Hebrew language
Eusebius juga mengatakan tentang sebuah tradisi tentang Injil Matius yg dikaitkan dgn seorang bernama Pantaenus (190) anggota gereja di Alecandria. (H.E. 5.10.3):
..Pantaenus was one of these, and is said to have gone to India. It is reported that among persons there who knew of Christ, he found the Gospel according to Matthew, which had anticipated his own arrival. For Bartholomew,168 one of the apostles, had preached to them, and left with them the writing of Matthew in the Hebrew language,169 which they had preserved till that time.

Adapun mengetahui berbagai ketidaksesuaian dari tulisan Papias dengan Injil Matius, inipun berkaitan dengan tafsiran terhadap Injil itu. Tetapi hal yang berkaitan dgn fakta sejarah bahwa Matius sebagai penulis Injil Matius tdk ada pengaruhnya. Kalaupun Papias salah menyebutkan Injil Matius ditulis oleh Matius, seharusnya ada catatan lainnya yang mengoreksi kesalahan itu !

Masih ada beberapa bapa gereja lainnya yang menyebut Matius sebagai penulis Injil Matius, seperti: Ephiphanius (c. 315-403)(Haer. 30.3), Cyril of Jerusalem (c. 315-86)(Cat. 14), Jerome (Prol. in Matt.; Praef. in Quat. Ev.; Vir. 3). Menarik apa yg dikatakan oleh John Wenham (RMML): "But the fact remains that there is no alternative tradition about the authorship of Matthew's gospel, as there is in the case of Hebrews, nor was there doubt of its apostolic authorship …"

Tidak ada tradisi alternatif tentang siapa nama penulis Injil Matius selain Matius itu sendiri. Termasuk tidak ada referensi dari bapa-bapa gereja yang mengatakan bahwa Injil Matius ditulis oleh orang lain yg bukan Matius.

Jaringan Apologia Kristen
Jimmy Jeffry

Reference:
- John Wenham, [RMML] Redating Matthew, Mark, and Luke, IVP: 1992.
- Pritchard, John Paul. A Literary Approach to the New Testament. Norman: U. of Oklahoma Press, 1972.
- Werner G. Marx, ”Money Matters in Matthew,” Bibliotheca Sacra 136:542, 1979
- The Early Church Fathers v2, CCEL, Wheaton College, www.ccel.org
Share:

Islam Meluruskan Kristen ?

ARGUMENTASI ISLAM
Semula ajaran Taurat Musa yang murni diselewangkan oleh ahli-ahli Taurat terutama orang Farisi & Saduki yaitu dengan mencampurkannya dengan tradisi yang melahirkan agama Yudaisme. Yesus kemudian datang untuk kembali meluruskan Taurat tersebut. Tetapi oleh Paulus ajaran murni Yesus yang menekankan tauhid (keesaan Tuhan) diselewangkan dengan mengangkat Yesus dari hanya seorang nabi menjadi Tuhan. Puncaknya di tahun 325M Yesus dilantik menjadi Tuhan. Ini kemudian melahirkan agama Kristen.

Muhammad datang untuk meluruskan ajaran Yesus yg telah tersesat tersebut. Alquran berfungsi sebagai sumber pengajaran baru dan sebagai Al-furkan (penyeleksi) terhadap Alkitab, mana asli dan mana telah dipalsukan. Walaupun umat Kristen & Yahudi telah mengubah kitab mereka, tanda-tanda nubuatan Muhammad masih bisa ditemukan dalam dalam Alkitab.

JAWABAN
Pertama-tama kita coba melihat keterkaitan antara Taurat (Yudaisme) dengan pengajaran Yesus. Apakah Yesus telah menggangap ajaran Taurat telah diselewangkan oleh orang Farisi/Saduki?. Dalam kitab Injil memang tercatat bahwa Yesus sering berdebat dengan para ahli Taurat. Tetapi dia tidak mengatakan bahwa inti ajaran dari ahli Taurat itu salah atau menyimpang. Tetapi dia menegur mereka karena penerapannya yang keliru.

Mat 23:1-3 Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya".

Lalu bagaimana hubungan antara Perjanjian Lama (PL) & Perjanjian Baru (PB)?
Ibr 1:1-2 "Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta."
Pada masa PL Allah berbicara (berfirman) melalui perantara nabi-nabi dengan mimpi, penglihatan dan pengilhaman lainnya. Tetapi pada kedatangan Yesus, Allah sudah tidak berbicara seperti pada masa PL. Tetapi perkataan Allah (Firman) itu telah menjadi manusia (Yoh 1:14a). Sehingga Yesus merupakan puncak pernyataan Allah bagi manusia.
Melalui pemahaman ini, sangat jelas bahwa Yesus adalah pernyataan Allah yg terakhir. Kitab PL berupa janji dan kitab PB berupa penggenapan. Ibr 10:1 "Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri...".

Tidak heran banyak nubuatan PL yang dianggap tentang Muhammad ternyata lewat eksegesis yang teliti sebenarnya tertuju pada Yesus. Pembahasan lengkap mengenai hal ini bisa dilihat pada topik tentang Nubuatan Muhammad dalam Alkitab.
Dari telaah ini menjadi jelas bahwa tidak akan ada kemungkinan Allah akan memilih seorang nabi lagi untuk menyatakan firmanNya. Sehingga bisa dipastikan bahwa benang merah antara Muhammad/Islam dengan Taurat-Yesus terputus!

Lalu bagaimana dengan Paulus, apakah dia telah menyelewangkan ajaran Yesus?
Pembahasan lengkap untuk hal ini bisa dilihat pada topik tentang "Paulus sang Rasul", namun saya sedikit memberi ringkasannya.
Tuduhan terhadap Paulus ini didasari kurangnya pemahaman konteks sejarah jemaat mula-mula. Pada masa itu memang muncul pertanyaan dari kalangan orang Yahudi yg telah percaya Yesus tentang Taurat. Tetapi masalah ini kemudian telah diselesaikan oleh para rasul-rasul dalam sidang di Yerusalem (Kis 15).

Kis 15:4 "Setibanya di Yerusalem mereka (Paulus & Barnabas) disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul dan penatua-penatua, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka"
Lalu Petrus berkata dalam sidang itu.
Kis 15:7 "Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan berkata kepada mereka: "Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya".
Kis 15:10-11 "Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga."

Dari perkataan Petrus ini sangat jelas menyatakan bahwa keselamatan didapat melalui kasih karunia Tuhan Yesus. Dan para orang non Yahudi (gentiles) tdk harus dibebankan utk menjalankan aturan taurat (kuk).Yakobus kemudian berbicara yang selaras dengan Petrus.
Kis 15:19 "Sebab itu aku (Yakobus) berpendapat, bahwa kita (orang Yahudi kristen)tidak boleh menimbulkan kesulitan (menjalankan Taurat) bagi mereka dari bangsa-bangsa lain (orang non Yahudi) yang berbalik kepada Allah"

Dari sidang Yerusalem ini, kita bisa mendapatkan beberapa hal bahwa Paulus tidaklah bertentangan dengan para rasul lainnya! Ajaran Paulus secara prinsip selaras dengan ajaran para rasul (Petrus, Yakobus dan lainnya). Walaupun dalam surat-surat Paulus ada hal-hal yang agak sulit dipahami, namun Tuhan memakai dia karena latarbelakangnya sebagai sarjana Yahudi murid Gamaliel. Tidak heran dia bisa bersoal jawab dengan para filsuf di Athena.

Petrus sendiri mengakui hal ini.
2 Pe 3:15-16 "Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain."

Melalui pembahasan singkat ini, sangat jelas bahwa Paulus tidaklah menyelewangkan ajaran Yesus. Tetapi Pauluslah yang mengembangkan kekristenan lewat berbagai misi penginjilannya.

Bagian terakhir menyangkut Alkitab yang dipalsukan. Pertanyaan untuk kaum muslim yaitu kapan kira-kira terjadi pemalsuan itu? Apakah sebelum atau sesudah kedatangan Muhammad?.
Kalau sesudah, pasti tidak mungkin karena sesudah abad 7 Alkitab telah dicetak ke dalam banyak bahasa. Kalau sebelum, apakah jemaat Kristen pada sebelum abad 7 memiliki konsep messianik lagi mengharapkan kedatangan seorang nabi? sama sekali tidak! Bahkan kitab-kitab apokrif yang ditulis pada sekitar abad 2 dan abad selanjutnya tidak satu pun menulis akan datangnya seorang nabi seperti Muhammad itu. Manuscript-manuscript Alkitab yang sangat banyak itu sama sekali tidak terdapat hal ini. Apalagi dengan kitab Perjanjian Lama (PL), apakah pernah ada persengkongkolan di bawah kolong langit antara Yahudi dan Kristen untuk mengubah kitab PL?

Seringkali konsili Nicea-Konstantinopel pada abad 4 dijadikan kambing hitam. Konsili itu dilakukan bukanlahlah untuk melantik Yesus menjadi Tuhan. Tetapi hanya untuk meneguhkan pengajaran iman yang telah diterima secara alami oleh jemaat mula-mula. Bermula dari pengakuan Thomas dalam Yoh 20:28 Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!". Kemudian diteruskan melalui pengajaran para rasul (paradosis katekete). Sehingga wajarlah pengajaran sesat tidak banyak berkembang pada abad 1, karena langsung ditanggapi oleh para rasul seperti ajaran Doketisme yg ditanggapi rasul Yohanes dalam suratnya (1 Yoh).

Nanti pada sekitar abad 2 setelah matinya para rasul, ajaran sesat mulai banyak muncul termasuk munculnya Injil Apokrif seperti injil Thomas, injil Yudas, injil Petrus dan lain-lain. Ajaran sesat yang mulai banyak pengaruhnya adalah ajaran Arius. Hal ini melatarbelakangi lahir sidang/konsili untuk menanggapi berbagai ajaran sesat terutama Arius dan sekaligus untuk meneguhkan pengajaran iman yang telah diterima sejak awal tentang keilahian Yesus & Roh Kudus. Roh Kudus telah dipahami sebagai suatu Pribadi Ilahi sejak awal seperti tertulis jelas dalam kitab Kisah Para Rasul.

Sidang-sidang tersebut juga membahas tentang kanonisasi. Ada yang beranggapan bahwa sidang tersebut dilakukan untuk memusnahkan kitab-kitab yang bertentangan dengan ajaran gereja. Ini pemahaman yang keliru!. Kanonisasi bukanlah dilakukan dengan mengumpulkan semua kitab lalu diseleksi satu persatu. Tetapi kanonisasi adalah berupa peneguhan kitab-kitab yang telah diterima oleh jemaat Kristen. Salah satu buktinya, banyak tulisan bapa-bapa gereja mengacu pada Injil kanon, kalaupun mengutip injil Apokrif itu dalam rangka menentangnya. Hampir semua injil Apokrif masih ada sampai saat ini, bagi yang tertarik silahkan ke http://www.ccel.org


Dari analisis ini terbukti bahwa ajaran Yesus tidaklah berubah sampai saat ini. Sehingga secara logika tidak dibutuhkan lagi seorang nabi untuk meluruskannya.

Kalau begitu, bagaimana dengan Islam menurut perspektif Alkitab?
Menurut Alkitab jika ada seseorang yang memberitakan injil yang lain maka dia disebut sebagai penyesat atau nabi palsu.
Gal 1:8 "Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia"

Yesus juga mengingatkan tentang munculnya nabi palsu.
Mat 24:23-24 "Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: Lihat, Mesias ada di sini, atau Mesias ada di sana, jangan kamu percaya. Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga"
Nabi palsu inipun bahkan bisa menyamar sebagai malaikat terang.
2 Kor 11:13-15 "Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang.Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran..."

Jika mempelajari pengajaran Islam sangat jelas banyak sekali hal-hal yang bertentang dengan iman Kristen. Seperti penolakan keilahian Yesus Kristus & Roh Kudus, pernyataan Yesus tidak mati di kayu salib dan masih banyak lagi. Sehingga dengan sendirinya Muhammad masuk kategori sebagai nabi palsu.

Ada beberapa peneliti Alkitab bahkan menyatakan bahwa memang Alkitab telah menubuatkan Muhammad tetapi sebagai nabi palsu. Beberapa ayat dianggap berkaitan dengan hal ini, diantaranya:
Wah 6:8 "Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning dan orang yang menungganginya bernama Maut dan kerajaan maut mengikutinya. Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang di bumi"
Kata kuda, warna hijau kuning & pedang dianggap identik dengan Islam.

Dan 7:25 "Ia akan mengucapkan perkataan yang menentang Yang Mahatinggi, dan akan menganiaya orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi; ia berusaha untuk mengubah waktu dan hukum..."
Islam menggunakan sistem kalender & hukum sendiri.
Namun Lepas dari tepat atau tidaknya tafsiran itu yang jelas Muhammad bukan seorang nabi sejati.

Bagaimana dengan perspektif sejarah?
Kita perlu ketahui daerah Arab tidak pernah dikunjungi Paulus pada masa penginjilannya. Sehingga tidak heran di daerah tersebut banyak bermunculan bidat-bidat Kristen. Ini bisa terlihat dalam Quran sendiri yang justru menanggapi salah satu pengajaran bidat tentang Maria yang dianggap salah satu oknum Trinitas selain Bapa dan Anak. Dalam Quran juga banyak terdapat referensi dari ayat-ayat di kitab-kitab Apokrif seperti Injil Maria, Injil Masa Kanak-kanak Yesus dalam Bahasa Arab dan beberapa kitab lainnya. Selain itu terdapat juga sumber-sumber dari Talmud yang beberapa ceritanya hanyalah bersifat alegoris/mitos tetapi dalam Quran dianggap sejarah.

Memang dalam Quran banyak menulis Yesus (Isa) bahkan lebih banyak dari kata Muhammad sendiri. Tetapi pemahaman tentang Yesus dalam Quran banyak berbeda dengan Alkitab. Ibaratnya melihat sebuah bangunan di remang-remang malam yang mana bangunan itu bisa dianggap benteng, rumah atau istana. Sedangkan Alkitab ibarat melihat bangunan tersebut di siang hari.

Kesimpulan yang bisa ditarik yaitu: Islam bukanlah pelanjut dari kekristenan atau Islam tidak meluruskan Kristen.


Share:

Siapakah Parakletos?

ARGUMENTASI ISLAM
Yoh 14 berisi janji Yesus mengenai datang seorang penolong lain merupakan bukti nubuatan tentang Muhammad. Dalam banyak hal ayat tersebut lebih cocok menunjuk pada Muhammad dibandingkan Roh Kudus.

JAWABAN
Kita perlu menelaah (eksegesis) ayat-ayat dalam Yoh 14 dan melihat keterkaitannya dengan ayat-ayat lainnya. Agar pembahasannya sistematis akan dibagi menjadi tiga bagian yaitu ciri-ciri penolong lain, kedatangan Roh Kudus yang dijanjikan dan Arti kata Parakletos.

1. Ciri-ciri Penolong lain.
Yoh 14:16 "Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya". Kata "selama-lamanya" menunjuk pada Roh Kudus yang bersifat abadi berbeda dengan Muhammad yang lahir sekitar tahun 570 dan mati sekitar tahun 632 M.

Yoh 14:26 "tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, ... dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu". Jelas Penghibur yang dimaksud adalah Roh Kudus bukan seorang manusia! Penghibur itu diutus dalam nama Yesus, apakah dalam Quran ada pernyataan bahwa Muhammad diutus Allah dalam nama Yesus? Kata "mengingatkan kamu" dan kata "semua yang telah kukatakan kepadamu" memiliki arti semua perkataan Yesus kepada murid-muridnya. Ini jelas adalah Roh Kudus bukan Muhammad yang nanti muncul sekitar 600 tahun kemudian.

Yoh 14:30 "Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Ku". Ayat ini nubuat Yesus tentang kematian diriNya, mereka memang menyalibkannya tetapi mereka tidak berkuasa atasNya karena Ia sendiri rela menjalankan rencana keselamatan ini. Ayat ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan Muhammad.

Yoh 15:26 "Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.". Apakah Muhammad bersaksi tentang Yesus? Apakah Muhammad pernah mengatakan bahwa ia diutus oleh Yesus?


Yoh 16:7 "... tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu". Penghibur akan diutus kepada murid-muridnya! terlalu lama menunggu Muhammad.
Yoh 16:13Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, ...". Sekali lagi disebut Roh bukan seorang manusia!

2. Kedatangan Roh Kudus yang dijanjikan
Yoh 14:26 "tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, ... dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu"
Kata "mengingatkan kamu" dan kata "semua yg telah kukatakan kepadamu" memiliki arti semua perkataan Yesus kepada murid-muridnya. Dan murid-murid masih tetap hidup saat yang dijanjikan itu datang untuk mengingatkan mereka.

Ini ditegaskah kembali oleh perkataan Yesus sebelum naik ke sorga, mereka harus tinggal di kota menunggu kedatangan Penghibur yg dijanjikan itu. Luk 24:49Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi."
Kis 1:4Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, ...

Selanjutnya Yesus mengatakan mereka akan dibaptis dengan Roh Kudus.
Kis 1:5Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.
Ayat ini cocok dgn perkataan Yohanes pembaptis tentang Yesus.
Mat 3:11Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.

Janji ini kemudian terpenuhi saat kedatangan Roh Kudus yang ditandai dengan lidah api.
Kis 2:3-4dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya

Para murid dapat berkata-kata dalam bahasa lain menyampaikan Injil, ini juga tanda bahwa ajaran Yesus harus disebarkan ke segala bangsa.
Kis 1:8Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."

Apa yang terjadi sesudah peristiwa itu, para murid-murid menjadi begitu semangat dalam memberitakan Injil, tadinya mereka takut pada waktu penangkapan Yesus tetapi sekarang menjadi berani bahkan sampai mati dibunuh sekalipun. Khotbah Petrus yang luar biasa itu dimulai sejak menerima Roh Kudus, mereka menjadi mengerti tentang kebenaran dan rela mati untuk kebenaran itu.
Selama masa jemaat mula-mula ini Roh Kudus berperan besar menuntun para rasul dalam memberitakan Injil & memelihara kehidupan jemaat. Kis 9:31Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus

3. Arti kata Parakletos
Penulis muslim berargumentasi mengenai kata "Paraclete" untuk mencoba membuktikan nubuatan Muhammad. Menurut mereka yang tertulis sebenarnya “Perikletos” yang memilik arti indah & pujian dan ini mirip dengan arti Ahmad (akar kata nama Muhammad) yang berarti “yang terpuji”. Tetapi jelas arti ini berbeda dengan arti kata Parakletos yang berarti penghibur, penolong & pengantara.

Memang kedua kata agak mirip tetapi kemiripan kata tidak menjamin memiliki arti yang sama. Contohnya: kata "sandung" mirip dengan "sanjung", kata "selimut" mirip dengan "selamat", kata "doa" mirip dengan kata "dosa" dan banyak sekali lidah orang asing terpeleset di sini dengan mengatakan, "mari kita berdosa". Tetapi harus diingat pula bahwa kata perikletos yang mereka maksu adalah bahasa Yunani sedangkan Ahmad bahasa Arab jadi ini berbeda substansi (meta basis).

Seandainya kata penolong lain kita ganti dengan kata AHMAD perhatikan ayat berikut ini.
Yoh 14:16-17 "Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang AHMAD yang lain, supaya AHMAD menyertai kamu selama-lamanya, yaitu AHMAD. Dunia tidak dapat menerima AHMAD, sebab dunia tidak melihat AHMAD dan tidak mengenal AHMAD. Tetapi kamu mengenal AHMAD, sebab AHMAD menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu".

Para apologis muslim sering menuduh bahwa kata yang sebenarnya tertulis adalah Perikletos tetapi oleh Kristen telah diubah menjadi Parakletos. Tuduhan ini tidak berdasar karena berdasarkan seluruh manuscript dan naskah kuno Perjanjian Baru kata yang tertulis adalah Parakletos !

Jaringan Apologia Kristen
Jimmy Jeffry
Share:

Nabi Itu Haris Mati - Ulangan 18:20

ARGUMENTASI ISLAM
Ayat ini salah satu bukti nubuatan kenabian Muhammad.Ul 18:20 “Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati.”.Muhammad cocok dengan ayat ini karena dia tidak mati di usai muda berbeda dengan Yesus yang mati dibunuh di usia muda melalui penyaliban.

JAWABAN
Pertama-tama kita perlu mengetahui arti kata "nabi itu harus mati". Ada dua kemungkinan makna dari kata-kata itu, yaitu:
- kemungkinan pertama, nabi itu harus dibunuh (dihukum mati) oleh orang Israel
- kemungkinan kedua, nabi itu akan dibunuh (dimatikan) oleh Allah sendiri.
Untuk itu kita perlu membandingkan dengan ayat-ayat paralel lainnya tentang nabi palsu .
Ul 13:1-2Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya"
Ul 13:5Nabi atau pemimpi itu haruslah “dihukum mati”..."

Dari Ul 13:1-5 menyatakan bahwa Tuhan memerintahkan kepada orang Israel untuk menghukum mati nabi palsu tersebut. Jika kemudian kita membandingkan hal ini dengan Ul 18:20 maka kata ”dihukum mati” berkorelasi dengan kata ”nabi itu harus mati”.
Dalam banyak ayat lainnya kata ”dihukum mati” merupakan perintah Allah kepada orang Israel. Salah satu contoh ayat: Kel 17:12 Orang yang berlaku terlalu berani dengan tidak mendengarkan perkataan imam yang berdiri di sana sebagai pelayan TUHAN, Allahmu, ataupun perkataan hakim, maka orang itu harus mati

Berdasarkan hal ini maka makna kata ”nabi itu harus mati” lebih tepat pada kemungkinan pertama yaitu nabi itu harus dibunuh/dihukum mati oleh orang Israel. Ini berarti Tuhan memberikan perintah kepada orang Israel untuk menghukum mati setiap nabi palsu. Sehingga Ul 18:20 bukanlah sebuah prediksi dari ”tindakan Allah” tetapi merupakan ”perintah Allah” kepada orang Israel.

Nah ... namanya sebuah perintah seharusnya dituruti namun kadang kala dilanggar. Bahkan bisa juga terjadi sebuah perintah salah diterapkan pada orang yang tidak bersalah karena salah mengerti atau ketidaktahuan. Kasus ini terjadi pada Yesus yang menurut anggapan orang Yahudi telah melanggar hukum/perintah Allah dengan tuduhan menghujat Allah.
Mar 14:61-64… Imam Besar itu bertanya kepada-Nya sekali lagi, katanya: "Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?" Jawab Yesus: "Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit." Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Untuk apa kita perlu saksi lagi? Kamu sudah mendengar hujat-Nya terhadap Allah. Bagaimana pendapat kamu?" Lalu dengan suara bulat mereka memutuskan, bahwa Dia harus dihukum mati.

Padahal Yesus tidak melakukan kesalahan apapun.
Luk 23:14... Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya.
Satu-satunya yg dianggap kesalahan bagi orang Yahudi yaitu sikap & perkataan Yesus yg menunjukan bahwa Ia adalah Allah. Ini dianggap sebuah kesalahan fatal yg harus dihukum mati.

Yoh 10:33Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."
Yoh 5:18Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.

Jadi jelaslah Ul 18:20 merupakan sebuah perintah dari Allah kepada orang Israel untuk menghukum mati nabi palsu. Namun mereka salah menjalankan perintah ini dengan menghukum mati Yesus.

Kita coba perhatikan pemahaman (logika) yang digunakan para apologis Muslim untuk ayat tersebut: "kematian Yesus (mati di usia muda dengan disalib) adalah tindakan Allah karena Yesus adalah nabi palsu". Pemahaman ini terlihat aneh dan tidak cocok dengan konteks & makna sesungguhnya ayat itu! Bahkan pemahaman ini bertentangan dengan konsep Islam yang tetap mengakui Yesus adalah seorang nabi bukan nabi palsu. Sedangkan nabi palsu menurut Islam adalah Paulus

Pemahaman yang benar adalah:
“kematian Yesus dilakukan oleh orang Yahudi karena mereka menganggap Yesus adalah seorang nabi palsu berdasarkan perintah Allah dalam Taurat, tetapi mereka salah dalam menjalankan perintah Allah tersebut”

Bagaimana dengan Muhammad?
Kita coba melihat kembali pemahaman logika lainnya dari para apologis Muslim:
Muhammad tidak dimatikan oleh Allah berarti Muhammad bukan nabi palsu”. Jika logika ini dipakai untuk membenarkan kenabian Muhammad maka dengan logika yang sama akan banyak di dunia nabi-nabi yang dianggap benar karena mereka tidak mati secara tidak normal. Sebagai contoh Lia Eden yang dianggap nabi palsu seandainya dia kemudian mati secara normal di usia tua apakah dia otomatis disebut nabi yang benar ?

Sekarang kita coba ganti kata ”dimatikan oleh Allah” dengan kata ”dihukum mati oleh orang Yahudi” menjadi kalimat berikut: ”Muhammad tidak dihukum mati oleh orang Yahudi berarti Muhammad bukan nabi palsu”. Kalimat ini juga terlihat aneh, karena apa pedulinya orang Yahudi dengan Muhammad. Bukan saja hanya Muhammad tetapi orang-orang lain yang mengaku nabi dan tidak berasal dari Israel mereka tidak perduli. Apakah itu nabi orang Mesir, nabi orang Edom, nabi orang Filistin, nabi orang Arab dan lain-lain. Karena mereka tahu bahwa Ul 18:20 hanya ditujukan pada nabi-nabi yang berasal dari bangsa Israel.

Kesimpulan:
Seorang nabi yang dihukum mati (atau mati muda) belum tentu seorang nabi palsu seperti Yesus dan begitu juga sebaliknya seseorang yang tidak dihukum mati (atau mati tua) belum tentu seorang nabi sejati seperti Muhammad. Jadi dengan kata lain Ul 18:20 bukanlah bukti nubuatan Muhammad!

Jaringan Apologia Kristen
Jimmy Jeffry
Share:

Kontradiksi Kisah Pertobatan Paulus

PERTANYAAN
Kisah pertobatan Paulus sangat meragukan karena terdapat kontradiksi kisah tersebut Kis 9:7 dan Kis 22:9. Selain itu tidak ada saksi & bukti dari kisah pertobatan ini.

JAWABAN
Untuk menguji permasalah ini kita harus mempelajari ayat-ayat ini dalam bahasa aslinya Yunani. Ok let's examine it ...

Kis 9:7 "Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu (akouontes men tes phones) tetapi tidak melihat seorang juga pun."
Kis 22:9 "Dan mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar (ten de phonen ouk ekousan)."

Dalam bahasa Yunani terdapat perbedaan antara mendengar suara sebagai bunyi (kata kerja mendengar berfungsi sebagai genitif atau penunjuk sumber) dengan mendengar suara sebagai berita atau pesan (kata kerja mendengar berfungsi sebagai akusatif atau menjadi penunjuk obyek).

Dalam Kis 9:7 teman-teman Paulus dinarasikan oleh Lukas hanya mendengarkan suatu bunyi (kasus genitif) tetapi tidak mengetahui pesan/berita. Berbeda dengan Paulus (Kis 9:4) yang dinarasikan mendengar dengan jelas (ekousen phonen-kasus akusatif). Hal ini mirip dengan Yoh 12:28-29 "Bapa, muliakanlah nama-Mu!" Maka terdengarlah suara dari sorga "Aku telah memuliakan-Nya lagi!". Orang banyak yang berdiri di situ dan mendengarkannya berkata, bahwa itu bunyi guntur.. Allah Bapa berbicara kepada Anak namun perkataan itu tidak diketahui oleh orang banyak mereka hanya mendengar suatu bunyi

Sedangkan Kis 22:9 merupakan perkataan langsung Paulus yang menyatakan bahwa teman-temannya tidak mendengar pesan/berita yang dikatakan oleh Yesus (kasus akusatif). Sangat jelas dari kata "tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku" menekankan ucapan-ucapan dari Yesus yang ditujukan kepada Paulus hanya didengar/dipahami oleh Paulus sendiri. Dalam konteks peristiwa ini ketidakmampuan mendengar pesan (hanya bunyi guntur) sebanding dengan ketidakmampuan melihat jelas (hanya cahaya menyilaukan).

Dalam Kis 9:7 teman-teman Paulus tidak bisa melihat jelas Yesus. Memang dalam perikop ini tidak tertulis mereka melihat cahaya. Namun ini hanya mengenai redaksi sebuah tulisan. Seorang penulis tidak harus mencatat semua deskripsi sebuah peristiwa secara lengkap yang ditekankan adalah inti ceritanya. Inti ceritanya adalah Paulus melihat & mendengar Yesus sedangkan teman-temanya tidak melihat dan mendengar Dia. Pada Kis 22:9 deskripsi mereka melihat cahaya muncul dalam perkataan Paulus "memang melihat cahaya itu". Kata ini bermakna bahwa teman-teman Paulus hanyalah melihat cahaya tetapi tidak melihat seseorang (Yesus).

Jadi jelaslah dengan memahami hal ini tidak ada kontradiksi antara dua cerita kisah pertobatan Paulus. Kejadian tersebut juga disaksikan banyak orang yang menyertai Paulus dalam perjalanannya. Dampak dari pertemuannya dengan Yesus, Paulus menjadi buta selama tiga hari. Ini adalah bukti yang kuat, apakah mungkin kebutaan ini bisa direkayasa?. Dalam pelayanannya Paulus sering mengalami siksaan: dipukul, diusir, dicambuk bahkan dibunuh. Apa mungkin ada orang yang mau mati untuk suatu kebohongan?



Share:

Menjawab Keraguan Terhadap Paulus

PERTANYAAN
Paulus adalah penyesat ajaran kekristenan seperti mengajarkan bahwa Taurat sudah tidak berlaku lagi. Ajarannya bertentangan dengan murid-murid Yesus lainnya.

JAWABAN

Sebenarnya Yudaisme & Muslim memiliki pandangan yang sama terhadap Paulus yaitu sama-sama menolak dia sebagai Rasul!, tetapi kalau mengenai Yesus mereka berbeda, Yudaisme menolak Yesus sebagai seorang mesias bahkan menyebut Yesus nabi palsu sedangkan Muslim masih menerima Yesus sebagai seorang nabi tapi menolak keilahiannya.

Tuduhan terhadap Paulus didasarkan pada perbedaan ajaran Paulus dengan ajaran Yesus, Yohanes Pembaptis & Yakobas. Namun jika memperhatikan konteks sejarah jemaat mula-mula, sebenarnya banyak persoalan yang diungkap saat itu menyangkut perbedaan pandangan terhadap orang non Yahudi, apakah harus menjalankan Taurat atau tidak? Persoalan ini kemudian diselesaikan oleh para rasul itu sendiri dalam sidang di Yerusalem (Kis 15).

Kis 15:4 “Setibanya di Yerusalem mereka (Paulus & Barnabas) disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul dan penatua-penatua, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka”.
Mereka disambut oleh para rasul dan setelah mendengar kesaksian Paulus, mereka kemudian berunding dan mengambil keputusan.
Kis 15:7 "Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan berkata kepada mereka: "Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya".
Kis 15:10-11 "Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga."
Dari perkataan Petrus ini sangat jelas ia menyatakan bahwa keselamatan didapat melalui kasih karunia Tuhan Yesus. Dan ini sejalan dengan pengajaran Paulus tentang keselamatan hanya oleh kasih karunia Yesus.
Ef 2:8 "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah".
Rasul Yohanes menuliskan pengajaran Yesus bahwa keselamatan didapat melalui percaya kepadaNya.
Yoh 3:18 "Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah"
Selanjutnya mengenai Taurat, Petrus menekankan bahwa orang non Yahudi (gentiles) tidak harus dibebankan untuk menjalankan aturan taurat (kuk). Hal ini sejalan dengan pengajaran Paulus tentang Taurat.
Gal 3:24 "Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman".
Yakobus pun berbicara dalam sidang itu yang intinya selaras dgn Petrus & Paulus.
Kis 15:19 "Sebab itu aku (Yakobus) berpendapat, bahwa kita tidak boleh menimbulkan kesulitan (menjalankan Taurat) bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah"
Dari sidang Yerusalem ini, kita bisa mendapatkan beberapa hal bahwa Paulus tidaklah bertentangan dengan para rasul lainnya! Ajaran Paulus secara prinsip selaras dengan ajaran para rasul (Petrus, Yakobus dll). Walaupun dalam surat-surat Paulus ada hal-hal yang agak sulit dipahami, namun Tuhan memakai dia karena latarbelakangnya sebagai sarjana Yahudi murid Gamaliel. Tidak heran dia bisa bersoal jawab dgn para filsuf di Athena. Petrus sendiri mengakui hal ini.
2 Pet 3:15-16 "Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain"

Point terakhir yang cukup penting, yaitu dari kehidupan Paulus itu sendiri
2 Kor 11:24-26 "Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu"
Apakah mungkin Paulus menjalankan misinya dengan dasar kebohongan? Jelas tidak mungkin! karena tidak ada orang yang mau mati untuk suatu kebohongan. Dan seperti murid-murid lainnya yg mati sahid kecuali Yohanes. Mereka semua melakukannya karena iman yang teguh kepada Yesus yang telah bangkit!


Share:

Debat

Jimmy Jeffry Versus Polemikus Islam:

Jimmy Jeffry Versus Liberal Scholar
Jimmy Jeffry Versus Bidat 
Jimmy Jeffry VersusYudaisme
  • Ben Zion: Debat Nubuatan Mesianik: Yesaya 53 "Hamba yang Menderita Serie 1 Serie 2
Share:

Biblical Archaeology Review (BAR)

Biblical Archaeology Review (BAR) 
  1. Davies, Philip R. “Abraham & Yahweh.” Bible Review, Aug 1995, 24-33
  2. Aharoni, Miriam, Herzog, Ze’ev, Rainey, Anson F. “Arad—An Ancient Israelite Fortress with a Temple to Yahweh.” Biblical Archaeology Review, Mar/Apr 1987, 16-25, 28-35.
  3. Witherington, Ben, III. “Biblical Views: Making Sense of the Unlikely Easter Story.” Biblical Archaeology Review, Mar/Apr 2011, 30
  4. DeConick, April D. “Biblical Views: What’s Up with the Gospel of Thomas?.” Biblical Archaeology Review, Jan/Feb 2010, 28, 85.
  5. Laughlin, John C. H. “Capernaum: From Jesus’ Time and After.” Biblical Archaeology Review, Sep/Oct 1993, 54-61, 90.
  6. Cole, Dan P. “Corinth & Ephesus.” Bible Review, Dec 1988, 20-30
  7. Resig, Dorothy. “Crossing the Holy Land.” Biblical Archaeology Review, Sep/Oct 2011, 48-54
  8. Tzaferis, Vassilios. “Crucifixion—The Archaeological Evidence.” Biblical Archaeology Review, Jan/Feb 1985, 44-53.
  9. Kloner, Amos. “Did a Rolling Stone Close Jesus’ Tomb?.” Biblical Archaeology Review, Sep/Oct 1999, 22-25, 28-29, 76.
  10. Fitzmyer, Joseph A. “Did Jesus Speak Greek?.” Biblical Archaeology Review, Sep/Oct 1992, 58-63, 76-77.
  11. Howard, George. “The Name of God in the New Testament.” Biblical Archaeology Review, Mar 1978, 12-14, 54.
  12. Gros Louis, Kenneth R. R. “Different Ways of Looking at the Birth of Jesus.” Bible Revi ew, Winter 1985, 33-40.
  13. Bahat, Dan. “Does the Holy Sepulchre Church Mark the Burial of Jesus?.” Biblical Archaeology Review, May/Jun 1986,
  14. Tzaferis, Vassilios. “Inscribed “To God Jesus Christ”.” Biblical Archaeology Review, Mar/Apr 2007, 38-45, 48-49.
  15. Tigay, Jeffrey H. “What’s in a Name?.” Bible Review, Feb 2004, 34-43, 47-50
  16. Malamat, Abraham. “Let My People Go and Go and Go and Go: Egyptian records support a centuries-long exodus” Biblical Archaeology Review, Jan/Feb 1998, 62-66, 85.
  17. Wilkinson, T. J. “Excavating the Land of Sheba.” Archaeology Odyssey, Nov/Dec 2001, 44-51, 57-58.
  18. Krahmalkov, Charles R. “Exodus Itinerary Confirmed by Egyptian Evidence.” Biblical Archaeology Review, Sep/Oct 1994,
  19. Lang, Bernhard. “From Adonai to Yahweh.” Bible Review, Aug 2003, 51-54.
  20. Kempinski, Aharon. “From Death to Resurrection: The Early Evidence.” Biblical Archaeology Review, Sep/Oct 1995, 56-61,
  21. Hoffmeier, James K. “Son of God: From Pharaoh to Israel’s kings to Jesus.” Bible Review, Jun 1997, 44-49, 54.
  22. Shanks, Hershel, Strange, James F. “Has the House Where Jesus Stayed in Capernaum Been Found?.” Biblical Archaeology Review, Nov/Dec 1982, 26-37.
  23. Crouch, James E. “How Early Christians Viewed the Birth of Jesus.” Bible Review, Oct 1991, 34-38.
  24. Chancey, Mark, Meyers, Eric M. “Spotlight on Sepphoris: How Jewish Was Sepphoris in Jesus’ Time?.” Biblical Archaeology Review, Jul/Aug 2000, 18-33, 61
  25. Chancey, Mark. “How Jewish Was Jesus’ Galilee?.” Biblical Archaeology Review, Jul/Aug 2007, 42-50, 76.
  26. Millard, Alan R. “How Reliable Is Exodus?.” Biblical Archaeology Review, Jul/Aug 2000, 50-57.
  27. Goldwasser, Orly. “How the Alphabet Was Born from Hieroglyphs.” Biblical Archaeology Review, Mar/Apr 2010, 36-50, 74.
  28. “How the Septuagint Differs.” Biblical Archaeology Review, Jun 1976, 33-34, 38.
  29. Netzer, Ehud. “In Search of Herod’s Tomb.” Biblical Archaeology Review, Jan/Feb 2011, 36-48, 70.
  30. Magen, Yitzhak. “Inn of the Good Samaritan Becomes a Museum.” Biblical Archaeology Review, Jan/Feb 2012, 48-57.
  31. Linnemann, Eta. “Is There a Gospel of Q?.” Bible Review, Aug 1995, 18-23, 42-43.
  32. Schmidt, Thomas. “Jesus’ Triumphal March to Crucifixion.” Bible Review, Feb 1997, 30-37.
  33. Van der Horst, Pieter W. “Jewish Funerary Inscriptions—Most Are in Greek.” Biblical Archaeology Review, Sep/Oct 1992, 46-49, 54-57
  34. Kisilevitz, Shua, Onn, Alexander, Ouahnouna, Brigitte, Weksler-Bdolah, Shlomit. “Layers of Ancient Jerusalem.” Biblical Archaeology Review, Jan/Feb 2012, 36-47, 69-70.
  35. Millard, Alan R. “Literacy in the Time of Jesus.” Bi bl i cal  Archaeology Review, Jul/Aug 2003, 36-39, 41-42, 44-45.
  36. Greenspoon, Leonard J. “Major Septuagint Manuscripts—Vaticanus, Sinaiticus, Alexandrinus.” Bible Review, Aug 1989, 38-39.
  37. Kerkeslager, Allen. “Mt. Sinai—in Arabia?.” Bible Review, Apr 2000, 32-39, 52
  38. Lemaire, André. “Solomon & Sheba, Inc: New inscription confirms trade relations between “towns of  Judah”  and South Arabia” Biblical Archaeology Review, Jan/Feb 2010, 54-59, 82.
  39. Shanks, Hershel. “Prize Find: Oldest Hebrew Inscription Discovered in Israelite Fort on Philistine Border.” Biblical Archaeology Review, Mar/Apr 2010, 51-54.
  40. Hoffmeier, James K. “Out of Egypt: The Archaeological Context of the Exodus.” Biblical Archaeology Review, Jan/Feb 2007, 30-41, 77.
  41. Lesko, Barbara, Lesko, Leonard. “Pharaoh’s Workers: How the Israelites Lived in Egypt.” Biblical  Archaeology Review, Jan/Feb 1999, 36-41, 43-45.
  42. Nun, Mendel. “Ports of Galilee.” Biblical Archaeology Review, Jul/Aug 1999, 18-31, 64
  43. Shanks, Hershel. ““Revolt” Coins Minted on Temple Mount.” Biblical Archaeology Revi ew, Mar/Apr 2011, 58-59.
  44. Deutsch, Robert. “Roman Coins Boast “Judaea Capta”.” Biblical Archaeology Revi ew, Jan/Feb 2010, 51-53.
  45. Batey, Richard A. “Sepphoris—An Urban Portrait of Jesus.” Biblical Archaeology Revi ew, May/Jun 1992, 50-62.
  46. Hurowitz, Victor. “Solomon’s Temple in Context.” Biblical Archaeology Review, Mar/Apr 2011, 46-57, 77-78.
  47. Shanks, Hershel, Strange, James F. “Synagogue Where Jesus Preached Found at Capernaum.” Biblical Archaeology Review, Nov/Dec 1983, 24-31.
  48. Garfinkel, Yosef. “The Birth & Death of Biblical Minimalism.” Biblical Archaeology Review, May/Jun 2011, 46–53, 78.
  49. Barkay, Gabriel. “The Garden Tomb: Was Jesus Buried Here?.” Biblical Archaeology Review, Mar/Apr 1986, 40-53, 56-57.
  50. Meshorer, Yaakov. “The Holy Land in Coins.” Biblical Archaeology Review, Mar 1978, 32-38.
  51. Parpola, Simo. “The Magi and the Star.” Bible Review, Dec 2001, 16-23, 52, 54.
  52. Richardson, H. Neil. “The Old Testament Background of Jesus as Begotten of God.” Bible Review, Summer 1986, 22-27.
  53. von Wahlde, Urban C. “The Puzzling Pool of Bethesda.” Biblical Archaeology Revi ew, Sep/Oct 2011, 40-47, 65.
  54. Peel, Malcolm L. “The Resurrection in Recent Scholarly Research.” Bible Review, Aug 1989, 14-21, 42-43.
  55. Wright, N. T. “The Resurrection of Resurrection.” Bible Review, Aug 2000, 10, 63
  56. Barkay, Gabriel. “The Riches of Ketef Hinnom: Jerusalem tomb yields Biblical  text  four  centuries older  than Dead Sea Scrolls” Biblical Archaeology Review, Jul/Aug Sep/Oct 2009, 22-28, 30-33, 35,
  57. Shanks, Hershel. “The Siloam Pool.” Biblical Archaeology Review, Sep/Oct 2005, 16-23.
  58. Greenspoon, Leonard J. “Mission To Alexandria.” Bible Review, Aug 1989, 34-37, 40-41.
  59. Goodman, Martin. “Under the Influence: Hellenism in ancient Jewish life.” Biblical Archaeology Review, Jan/Feb 2010, 60-67, 84
  60. Klawans, Jonathan. “Was Jesus’ Last Supper a Seder?.” Bible Revi ew, Oct 2001, 24-33, 47.
  61. Howard, George. “Was The Gospel of Matthew Originally Written In Hebrew?.” Bible Review, Fall 1986, 15-25.
  62. Magness, Jodi. “What Did Jesus’ Tomb Look Like?.” Biblical Archaeology Revi ew, Jan/Feb 2006, 38-49, 70.
  63. Murphy-O’Connor, Jerome. “What Was Paul Doing in “Arabia”?.” Bible Revi ew, Oct 1994, 46-47.
  64. Shanks, Hershel. “When Did Ancient Israel Begin?.” Biblical Archaeology Revi ew, Jan/Feb 2012, 59-62, 67.
  65. Murphy-O’Connor, Jerome. “Where Was Jesus Born?: Bethlehem…Of Course.” Bible Review, Feb 2000, 40-45, 50.
  66. Lemaire, André. “Who or What Was Yahweh’s Asherah?.” Biblical Archaeology Review, Nov/Dec 1984, 42-51.
  67. Murphy-O’Connor, Jerome. “Why Jesus Went Back to Galilee.” Bible Review, Feb 1996, 20-29, 42-43.
  68. Mendels, Doron. “Why Paul Went West.” Biblical Archaeology Review, Jan/Feb 2011, 49-54, 68
Share: